Beranda BONTANG Duhh… Sudah PPKM, Kaltim Steril, PPKM Mikro, Corona di Balikpapan Masih Tinggi

Duhh… Sudah PPKM, Kaltim Steril, PPKM Mikro, Corona di Balikpapan Masih Tinggi

0
Wali Kota Rizal Effendi mengumumkan perkembangan Covid-19 di Balikpapan. (surya aditya/kaltimkece.id)

BALIKPAPAN – Sudah berbagai langkah pencegahan Virus Corona berlangsung di Balikpapan. Namun sebaran kasus tetap saja kian masif. Korban meninggal dunia terus bertambah. Segala usaha pemerintah bak hanya mengulur waktu agar layanan kesehatan tidak semakin sengsara.

Sepanjang 2021 ini, sedikitnya Pemkot Balikpapan sudah menerapkan tiga program untuk mengentaskan pandemi. Pertama pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Kemudian Kaltim Steril. Dan yang terbaru PPKM skala mikro.

Media ini merangkum data kasus Covid-19 selama program-program tersebut diterapkan. Semua data ini dihimpun dari akun Instagram @covid19_bpn yang dikelola Tim Satuan Tugas Covid-19 Balikpapan.

Selama empat hari PPKM skala mikro diberlakukan, pada 12—15 Februari, total ada 505 kasus Covid-19 terkonfirmasi. Naik dibandingkan empat hari pasca Kaltim Steril. Untuk diketahui, program yang digagas Gubernur Kaltim Isran Noor itu dilaksanakan pada 6-7 Februari.

Setelah program tersebut dilaksanakan, 8-11 Februari, kasus Covid-19 hanya ada 416 kasus. Sedangkan dua hari saat Kaltim Steril dijalankan terdapat 240 kasus Covid-19.

Sebelum Kaltim Steril, Pemkot Balikpapan lebih dulu menerapkan PPKM. Program ini dilaksanakan dalam dua jilid. Jilid pertama pada 15-29 Januari. Jilid kedua pada 30 Januari sampai 5 Februari.

Selama tujuh hari pada jilid kedua, tersebut terdapat 1.189 kasus Covid-19. Mundur tujuh hari ke belakang pada masa jilid pertama kasus Covid-19 malah berkurang. Di mana pada 23-29 Januari kasus Covid-19 ada 921 kasus.

Jumlah lebih sedikit lagi bila dibandingkan sebelum adanya program PPKM. Selama tujuh hari pada 8-14 Januari, kasus Covid-19 hanya tercatat 796 kasus.

Selama 46 hari pada tahun ini nyaris selalu ada kasus meninggal dunia. Terbanyak pada 5 Februari, yaitu 11 kasus meninggal dunia. Hanya ada dua hari tanpa kasus meninggal dunia, yaitu pada 10 dan 18 Januari.

Sepanjang 46 hari itu, kasus terbanyak terjadi pada 3 Februari lalu. Saat itu terjadi 263 kasus Covid-19. Secara akumulasi, sejak Covid-19 mewabah di Balikpapan pada 18 Maret 2020 hingga 15 Februari 2021, total ada 11.805 kasus Covid-19.

Wali Kota Balikpapan, Rizal Effendi, memberikan tanggapannya mengenai jumlah kasus pada masa PPKM, Kaltim Steril, dan PPKM skala mikro. Dia mengakui, sampai saat ini kasus Covid-19 belum bisa dituntaskan.

Namun dia meminta agar publik tidak buru-buru menyalahi ketiga program tersebut. Karena bagaimana pun, kata Rizal, program-program yang dibuat itu sesungguhnya sebagai ikhtiar meminimalisasi kasus Covid-19, bukan memperparah.

“Ini penyakitnya berkembang pesat. Situasinya juga berkembang. Sehingga upaya yang dilakukan itu sepertinya tidak maksimal. Jadi jangan cepat mengambil kesimpulan, seolah-olah apa yang kami lakukan tidak ada artinya,” kata Rizal kepada kaltimkece.id, Senin sore, 15 Februari.
Dengan keadaan yang makin memburuk di Balikpapan, Rizal tak memungkiri bakal kembali menerapkan Kaltim Steril di kota yang ia pimpin. Termasuk mempertimbangkan gabungan antara PPKM skala mikro dengan Kaltim Steril.

“Saya kira ini akan kami kombinasikan (Kaltim Steril dan PPKM skala mikro). Karena sekarang ini kebijakan apapun belum ada yang efektif. Jadi harus kita coba mana yang lebih baik,” imbuhnya.

Hal senada juga disampaikan Ketua Ikatan Dokter Indonesia Kaltim, Nataniel Tandirogang. Untuk menyimpulkan apakah program pemerintah untuk menanggulangi Covid-19 efektif, kata dia, tidak bisa dihitung dalam beberapa hari saja. Namun perlu waktu yang cukup panjang.

“Enggak bisa dilihat dalam tempo satu—dua minggu. Paling tidak dua—tiga bulan baru kelihatan hasilnya. Jadi kasus-kasus yang muncul sekarang ini adalah yang sebelum dilakukannya program,” katanya kepada media ini di ujung telepon.

Nataniel pun berpendapat sama seperti Rizal soal Kaltim Steril dan PPKM skala mikro. Menurutnya, kedua program itu sama saja. Sama-sama untuk memperkecil penyebaran Covid-19. Yang terpenting baginya adalah pemerintah harus konsisten menjalankan program-program tersebut.

“Yang penting menjalankan program dengan konsisten dan dievaluasi. Apa yang kurang ditambahkan, yang buruk jangan dipertahankan,” ucapnya.

Yang paling penting lagi, tambah dia, masyarakat harus mematuhi betul-betul penerapan protokol kesehatan, seperti menggunakan masker, menghindari kerumunan, dan rajin mencuci tangan. Tanpa itu semua mustahil Balikpapan bisa bebas Covid-19.

“Karena menurut data BNPB ‘kan Balikpapan-Samarinda termasuk kota yang protokol kesehatannya sangat rendah sekali,” sebutnya.

Sebenarnya, sambung Nataniel, segala upaya pemerintah ini hanya memperlambat penularan virus saja. Sehingga pelayanan kesehatan tidak semakin menderita.

“Lambat laun, cepat atau lambat, dengan kondisi pandemi sekarang ini, semua orang kemungkinan besar terinfeksi. Jadi harapannya, sambil mengulur waktu, imun bisa terbentuk dan vaksin bisa segera didistribusikan menyeluruh, sehingga tidak terjadi kolaps terhadap layanan kesehatan kita,” ucapnya.

Nataniel turut memberikan pandangannya mengenai lockdown. Menurutnya, upaya lockdown adalah pekerjaan yang sia-sia jika diterapkan sekarang. Karena saat ini virus corona sudah menyebar di mana-mana.

“Kalau awal-awal pandemi itu baru benar, kita anjurkan lockdown supaya tidak cepat menyebar. Tapi kalau sekarang mau di-lockdown percuma, karena sudah menyebar di tengah-tengah masyarakat,” tutupnya. (kk)

Artikel dari kaltimkece.id, jaringan mediakaltim.com

TIDAK ADA KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Exit mobile version