spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Duduk Perkara Tim Kaltim yang Dituding Main ‘Sepak Bola Gajah’ di PON XX Papua

Cuaca terik menyengat di Stadion Barnabas Youwe, Jayapura membuat 11 pemain Kalimantan Timur bermandi keringat. Pada Senin (4/10/2021) sore, laga kedua bagi tim asuhan Rahmad “Rambo” Hidayat pada ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) XX. Tanah Papua yang menjadi tuan rumah, memang terkenal tidak ramah dalam urusan sengatan sinar mentari.

Seiring sore yang terus melingsir, konsentrasi pemain yang rerata umurnya belum menyentuh 23 tahun itu terus diuji. Kaltim harus mengamankan minimal tidak kalah lebih satu gol. Imbang dengan ganjaran satu angka, sudah cukup untuk membuat langkah menembus babak 6 besar. Skor di pertengahan babak kedua menghadapi Aceh masih terjaga, 2-2.

Satu serangan dari sisi kiri pertahanan Kaltim pada menit ke-70, jadi awal petaka. Umpan tarik dari area dalam kotak penalti pemain Aceh bernomor punggung 9 terlihat tak begitu keras. Rizki Ramadhan yang jadi penjaga pos pertahanan menghalau umpan itu. Sapuan dengan kaki kanannya mengubah arah bola. Rizki menghalau bola tidak dengan kaki terkuatnya, kiri.

Nasib sial, bola justru mengarah deras ke dalam gawang sendiri. Papan skor berubah, 3-2 untuk keunggulan tim Aceh, dan bertahan sampai wasit berskala internasional, Thoriq Alkatiri meniup peluit panjang.

Sebelum gol ketiga itu, pertandingan berjalan menarik. Aceh sudah tancap gas sejak awal. Menit keenam, Riza Rizki menjebol gawang Andry Fathur Robby. Kaltim merespons dengan mencetak dua gol pada menit ke-26 lewat Rifaldi dan Agus Santoso menit ke-33. Setelah istirahat turun minum tertinggal 1-2, Aceh yang dikomando pelatih kawakan Fakhri Husaini, berhasil menyamakan skor 2-2 lewat Akhir Wadhan pada menit ke-50.

Skor 3-2 bagi kemenangan Aceh membuat ketiga tim di Grup C babak penyisihan awal sepak bola PON Papua sama banyak; 3. Dari tiga tim, Kaltim dan Aceh berhak menuju babak 6 besar. Tidak dengan Sulawesi Utara yang meski memenangkan laga kontra Aceh pada pertandingan sebelumnya, 2-1, harus pulang lebih dini.

Tiga tim hanya berselisih kualitas mencetak gol. Aceh memasukkan 4 gol, dan kemasukan 4 gol, Kaltim memasukkan 3 gol dan kemasukan 3 gol. Sulawesi Utara, hanya mencetak 2 gol dan kemasukan 2 gol. Sesuai aturan, produktivitas gol menjadi acuan penentuan lolos, jika ada tim yang memiliki nilai sama.

Sulawesi Utara yang gagal melangkah lebih jauh ini ternyata menganggap apa yang tersaji pada laga Kaltim kontra Aceh pantas untuk dilanjutkan di luar lapangan. Media yang berbasis di Manado, Sulawesi Utara, lantas menyebut adanya dugaan main mata. Kaltim dituding enggan menang demi menyingkirkan tim dari Tanah Kawanua.

Jejaring media sosial pun langsung ramai. Kasak-kusuk praktik sepak bola gajah di arena PON menyeruak. Apalagi partai itu disaksikan Sekretaris Jendral PSSI, Yunus Nusi. Pria kelahiran Gorontalo itu juga pernah menjabat Ketua Asosiasi Provinsi PSSI Kaltim. Dari sinilah tudingan-tudingan miring itu muncul.

Yunus Nusi, seperti diberitakan manadopost.id, pesan singkat melalui jejaring WhatsApp dari jurnalis media tersebut, dibalas dengan nada santai. Yunus hanya menyebut lolos ke babak 6 besar, sudah lumayan bagi Kaltim. “Lolos enam besar sudah lumayan buat kami,” ujar Yunus.

Kepada kaltimkece.id, Yunus berujar bahwa dirinya tak lagi menjabat sebagai ketua Asprov PSSI Kaltim. Setelah menerima jabatan sebagai Sekjen PSSI, Yunus memilih mengundurkan diri dari Kaltim, dan fokus ke tugas-tugas PSSI di Jakarta. “Saya sudah lama mundur. Sekarang menjalankan tugas atas nama PSSI mengawasi jalannya PON,” ungkapnya.

Disinggung soal opini publik yang menyudutkan Kaltim, Yunus enggan menanggapi.  Baginya, sepak bola adalah olahraga yang penuh drama. “Itulah sepak bola. Banyak cerita. (soal tudingan main mata) Saya tidak tahu apa-apa,” ungkapnya melalui pesan singkat, Rabu 6 Oktober 2021.

Tim sepak bola Sulawesi Utara sendiri ternyata tak mau tinggal diam. Laporan resmi telah dilayangkan kepada PSSI. Rilis manadopost.id, Wakil Ketua Asprov PSSI Sulut, Dr Harley Mangindaan melalui pesan WhatsApp menceritakan upaya protes. Pada 5 Oktober 2021, pukul 11.00 Waktu Indonesia Timur, dokumen telah dilayangkan ke induk olahraga sepak bola nasional.

“Dokumen protes yang dilayangkan official tim Sulut, berisikan keberatan pada laga Kaltim vs Aceh, sudah diterima Bung Andesit dari PSSI, dan Bung Barry selaku PP (Pengawas Pertandingan) saat laga Kaltim vs Aceh,” begitu yang tertulis di laman resmi media tersebut.

Yunus Nusi mengamini protes tertulis dari ofisial Sulawesi Utara. Mekanisme tim yang mengikuti PON memang mengatur hal tersebut. Laporan telah diterima technical delegate dan pengawas pertandingan. Nantinya, ada dewan hakim yang telah ditunjuk untuk menyelesaikan sengketa terkait pelaksanaan PON.

“Ada dewan hakim yang dibentuk PB PON untuk menangani kasus-kasus yang dilaporkan pada PON XX Papua. PSSI menyerahkan sepenuhnya kepada dewan hakim untuk menggunakan kewenangannya,” lanjut Yunus.

Media-media berbasis Jakarta pun ramai memberitakan kejadian tersebut. Pengamat sepak bola yang juga penggalang gerakan #SAVEOURSOCCER, Akmal Marhali memberikan pandangannya. Pada 5 Oktober 2021, melalui akun Instagram @akmalmarhali20, ia mengunggah potongan video saat kejadian gol ketiga Aceh ke gawang Kaltim. Akmal menyertakan pula narasi pendek; LAGA PON

HARUS DIINVESTIGASI!

Akmal menyebut jika laga tersebut memperlihatkan praktik “main mata” alias “main sabun.” Akmal juga menandai akun @pssi lewat Komite Fair Play, Komite Disiplin, Komite Integritas bahkan @satgaspolri_antimafiabola agar segera bertindak.

Akmal lantas menulis kejadian tersebut tak ubahnya praktik memalukan yang kerap dicap sebagai sepak bola gajah. Sepak bola tanah air juga pernah diramaikan isu serupa. Pada 21 Februari 1988, Persebaya mengalah 0-12 kepada Persipura untuk menyingkirkan PSIS Semarang. Saat itu, liga bagi klub Perserikatan belum disatukan dengan kompetisi bagi tim Galatama, dan menjadi dua ajang tertinggi di tanah air. Pembedanya, Perserikatan dianggap ajang amatir, dan Galatama dinilai sebagai kompetisi profesional.

Laga yang tak kalah meninggalkan drama adalah pertandingan penyisihan Grup A Piala Tiger 1998. Kompetisi antarnegara ASEAN itu mempertemukan Indonesia dan Thailand. Kedua tim seolah enggan bertemu Vietnam yang sudah menunggu pemenang laga itu, yang akan berstatus juara grup. Jadilah, kedua tim menunjukkan sikap pengecut dengan sama-sama menolak menang.

 

Pemain Indonesia, Mursyid Effendi menjadi pesakitan setelah sengaja mencetak gol ke gawang sendiri. Aksi itu diikuti pemain Thailand. Perlombaan menaklukkan kiper sejawat itu dimenangi Thailand, dan bersua Vietnam di semifinal. Kedua tim pun akhirnya mendapat skorsing federasi sepak bola dunia, FIFA. Satu keputusan yang melegenda adalah; Mursyid Effendi dilarang bermain sepak bola profesional seumur hidup.

Kejadian serupa juga menimpa PSIS Semarang dan PSS Sleman. Kedua tim berada di babak 8 besar Liga 2 tahun 2014, bersua di Stadion Sasana Krida AAU, Jogjakarta, 26 Oktober 2014. Keduanya sama-sama menghindari tim asal Samarinda, Pusamania Borneo FC (nama sesusai daftar tim pada kompetisi kala itu), di semifinal. Keduanya underestimate bakal bisa mengalahkan tim peralihan dari Perseba Bangkala itu yang digadang bakal jadi juara kompetisi level dua, dan promosi ke Liga 1.

Lomba menjebol gawang sendiri dengan sangat jelas tersaji. Dua tim bahkan dengan telanjang dan kasat mata saling melakukan upaya bertahan di daerah lawan. PSIS unggul sejak menit ke-78, saat gelandang PSS Agus Setiawan mencetak gol ke gawang sendiri. Aksi serupa dilanjutkan Hermawan Jati yang membuat keunggulan jadi 2-0 bagi PSIS.

Pemain PSIS yang juga menolak menang, kemudian berlomba mencetak gol ke gawang sendiri. Fadli Manan menjebol gawang rekannya pada menit ke-89. Komaedy, pemain PSIS lainnya mencetak dua gol untuk kemenangan PSS pada menit 90+1 dan 90+3. Upaya PSS untuk mencoba menjebol gawang sendiri demi memberikan angka bagi PSIS tidak membuahkan hasil karena para pemain PSIS justru beramai-ramai menjaga gawang lawan. Disusul pula waktu pertandingan yang sudah tak tersedia lagi, skor 3-2 bagi kemenangan PSS. Anehnya, usai laga pemain PSIS seolah gembira dengan kekalahan itu.

Komisi Disiplin PSSI pun bertindak cepat dengan melakukan investigasi. Beberapa keputusan penting diambil. Di antaranya, kedua tim dinyatakan diskualifikasi dan sama-sama gagal melaju ke semifinal. Dua tim, PSGC Ciamis dan Persiwa Wamena mendapatkan jatah sebagai pengganti PSS dan PSIS.

PANITIA BESAR PON XX BERGERAK CEPAT

Seperti dirilis CNN Indonesia, Panitia Besar (PB) PON langsung melakukan meeting. Tudingan yang membuat citra ajang empat tahunan itu tercoreng, segera dicarikan penyelesaian. Dari penelusuran PB PON, tidak ditemukan adanya indikasi main mata antara Kaltim dengan Aceh. Wakil Ketua II PB PON, Roi Letlora menyebut telah melakukan penelusuran. Satu di antaranya dengan menghubungi Ketua Bidang Pertandingan PB PON, Jan Jap Ormuseray.

“Tidak ada indikasi main sabun dari laporan teman saya di bidang pertandingan PB PON. Panitia melihat itu bukan suatu kesengajaan, bukan main sabun. Tapi untuk detailnya itu bukan di bagian saya,” kata Roy kepada CNNIndonesia.com, Rabu 6 Oktober 2021.

Respons cepat juga dilakukan Kementerian Pemuda dan Olahraga. Menpora Zainudin Amali juga telah melakukan komunikasi dengan pihak terkait yang ada di Stadion Barnabas Youwe kala pertandingan berlangsung. “Saya kebetulan tidak di situ. Saya di Merauke. Saya tanya ke teman-teman netral, kami melihat enggak ada sesuatu yang perlu dicurigai,” ujar Zainudin Amali saat konferensi pers secara daring.

“Saya tanya, enggak ada, main normal saja. Soal gol yang seolah-olah bunuh diri karena kipernya sudah out of position. Itu penjelasan mereka. Ini pelajaran juga dalam situasi ini agak sulit. Paling bagus kita tidak menggantungkan nasib ke tim lain,” jelas Menpora.

Keinginan agar kasus ini tak menjadi isu liar juga diharapkan Ketua Asosiasi Provinsi PSSI Aceh, Nazir Adam. Dirinya telah meminta tim Aceh tidak merespons isu tersebut.

“Mungkin harus ditanya dulu ke yang beranggapan begitu (main sabun). Itu ‘kan kita berjuang habis-habisan kemarin. Karena kita wajib menang, kita kemarin terjepit, kalau enggak menang kita harus pulang,” ujar Nazir seperti diunggah CNNIndonesia.com.

Kaltim Enggan Ambil Pusing

Rumor yang menyudutkan Kaltim ini ternyata tak membuat pasukan Rahmad “Rambo” Hidayat terganggu. Secara fisik dan mental, tim yang menunjuk Rifaldi sebagai kapten ini pun tetap fokus pada persiapan babak 6 besar. Rabu 6 Oktober 2021 sore, Kaltim berhadapan dengan Jawa Barat. Pada laga yang digelar di Stadion Barnabas Youwe, Jayapura, Kaltim sukses mengalahkan Jawa Barat dengan skor tipis 1-0, berkat gol Agus Santoso menit ke-43.

Rambo ternyata membuktikan omongannya. Menurutnya, menjaga mental bertanding pasukannya, jadi prioritas utama. Saat disinggung soal sepak bola gajah, Rambo enggan menanggapi. Ia hanya enggan berspekulasi atas rumor yang berkembang. Pesan singkat yang dikirimkan media ini pada Selasa 5 Oktober 2021 malam, baru dibalas pada Rabu 6 Oktober 2021 pagi. “Maaf semalam saya sudah istirahat untuk persiapan hari ini melawan Jawa Barat,” tuturnya.

Soal gol bunuh diri dari Rizki, Rambo pun memberikan pembelaan pada pemainnya. Diyakini Rambo, sang pemain telah berusaha sebaik mungkin menjaga pertahanan.

“Setelah pertandingan (melawan Aceh) saya tanyakan langsung pada Rizki. Rizki bilang  kejadian itu tanpa kesengajaan karena bola datang begitu cepat ke arahnya yang saat itu sedang berlari ke area gawang. Bagi yang tahu sepak bola, dan melihat kejadian di video, pasti akan paham. Rizki ini pemain kidal, dan bola datang ke arah kaki terlemahnya, sehingga tak bisa mengontrol arah bola dengan baik,” lanjut Rambo.

Media ini juga mencoba mengonfirmasi pelatih tim Aceh, Fakhri Husaini. Sayangnya belum ada balasan dari pelatih yang pernah membela tim PS PKT Bontang itu, juga pernah jadi bagian dari sejarah sepak bola Kaltim. Saat PON 2008 di Kaltim, Fakhri adalah pelatih yang sukses mempersembahkan medali perunggu. Kala itu, Kaltim diisi pemain yang akhirnya melejit di sepak bola nasional. Semisal Fadhil Sausu dan Sultan Samma yang sampai saat ini masih aktif menghiasi sepak bola profesional tanah air.

Dari sumber terpercaya kaltimkece.id di Jayapura yang mengikuti perjalanan tim PON Kaltim, dan meminta namanya untuk dirahasiakan, menyayangkan tudingan bertubi-tubi pada tim Benua Etam. Menurutnya, ada skenario pembusukan nama baik sepak bola Kaltim.

Publik tidak diberitahu jika ada upaya dari ofisial tim Sulawesi Utara sebelum pertandingan mencoba melakukan lobi-lobi. Khususnya pada tim Aceh untuk memenangkan laga lebih dari 2 gol.

“Saya tahu, ada upaya mereka (Sulut) meminta Aceh menang dari dua gol. Karena jika itu terjadi, Kaltim akan terjegal dan mereka (Sulut dan Aceh) yang akan lolos,” ungkapnya.

“Seharusnya kalau mereka (Sulut) mau lolos, harusnya yang dilobi itu Kaltim, karena kami bisa saja hanya mencari posisi aman dengan hasil imbang. Ayo, tolong lah, ini arena pembinaan, saya pastikan di kubu Kaltim tak ada yang mengatur ini-itu (pengaturan skor). Silakan dibuktikan,” pungkasnya. (kk)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img