MAHAKAM ULU – Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu) ,saat ini gencar melakukan persiapan pagelaran Hudooq Pakayang yang akan dilaksanakan pada Oktober 2024 mendatang.
Kadisparpora Mahakam Ulu, Yason Liah mengatakan, mengenai pagelaran Hudoq Pakayang dari sisi koordinasi, Disparpora Mahulu telah melakukan komunikasi dengan pimpinan di tingkat pusat.
Bahkan, Disparpora Mahakam Ulu turut melakukan pembahasan mengenai hal ini dengan Kemenparekraf RI.
“Kemudian untuk pelaksanaannya kan kita juga terus melakukan semacam peningkatan kapasitas, bagaimana menfasilitasi event lewat para pendamping tim organisir yang ada,” ujar Yason kepada Media Kaltim melalui telpon seluler, Senin (8/7/2024).
Saat ini, kata Yason, pihaknya kerap memberikan pelatihan kepada panitia agar nantinya bisa menangani kegiatan dengan maksimal.
“Saat ini juga panitia sedang diberi pembekalan untuk dapat menangani kegiatan ini dengan maksimal nantinya. Dengan memberikan pelatihan event organizer kepada seluruh panitia yang terlibat dalam agenda nasional ini,” terangnya.
Pihaknya pun meyakini bahwa dengan berkembangnya pariwisata di Mahulu, dapat meningkatkan kemakmuran bagi masyarakat, tanpa harus merusak kekayaan alam.
“Pengelolaan pariwisata di Mahulu dapat membawa kesejahteraan bagi masyarakat, tapi harus dilakukan dengan suatu upaya yang terencana dengan baik. Khususnya sebuah langkah strategis pembangunan pariwisata yang tetap dapat menjaga kelanjutan lingkungan hidup,” ucapnya.
Hal ini perlu dikaji dalam pembahasan Kajian Lingkungan Hidup Sejahtera (KLHS) dan Kajian Strategis Pengembangan Ekonomi (KSPE). Sebagai sebuah langkah strategis mengembangkan pariwisata ramah lingkungan.
“Contoh yang di pasar ini yang KLHS dan KSPE. Itu kan semua ada kaitannya dengan seluruh kegiatan pembangunan berkelanjutan yang bisa dilakukan tanpa melibatkan kerusakan atau hal negatif sebagai dampak dari pembangunan,” ujarnya.
Selain itu, Disparpora Mahulu juga mengubah rumah warga sebagai alternatif akomodasi bagi para wisatawan di kabupaten ini.
Ditambahkanya, Yason Liah menyebutkan untuk membentuk sebuah homestay perlu adanya penyesuaian dengan kebutuhan wisatawan.
Seperti dari ketersediaan konsumsi bagi beberapa kelompok tertentu, yang memiliki larangan untuk mengonsumsi sesuatu hal. Untuk tetap menjaga kehalalan konsumsi di area homestay, harus ada pihak tertentu yang menangani.
“Begitu juga dengan wisatawan yang netral saja, apa saja boleh ya silakan. Jadi memang sekarang perannya Pokdarwis itu memang menjadi bagian yang sangat strategis,” katanya.
Peran Pokdarwis memiliki fungsi sebagai pemegang tugas bagian utama dari pengelolaan pariwisata di Mahulu. Pasalnya, perlu menjadi catatan bahwa pelaku wisata dapat dilakukan oleh siapa saja.
“Pemerintah kampung boleh, DPMK juga, masyarakat lokal, pelaku swasta misalnya investor boleh. Unsur pemerintah sekalipun seperti di Jawa ataupun inhutani itu sangat dimungkinkan,” jelasnya.
Semuanya kembali pada pihak pengelola di sebuah daerah, langkah mana yang lebih efisien untuk dilakukan.
Seperti pemerintah kampung bisa memiliki peran di sebuah objek wisata, tentu itu juga akan bisa menambah penghasilan masyarakat kampung di daerah itu.
“Karena tujuan akhirnya sebenarnya kegiatan kepariwisataan ini bisa memberikan manfaat ekonomi, kita bisa melakukan pembangunan yang berkelanjutan tanpa harus melakukan ekstraksi terhadap sumber daya alam,” tuturnya.
Inti dari pengelolaan kepariwisataan adalah kesejahteraan masyarakat, khususnya di Mahulu. Jika masyarakat atau seseorang telah sejahtera, maka ia dapat melakukan apapun yang diinginkannya.
“Kalau orang sudah sejahtera apapun yang dilakukannya boleh, mau sekolah boleh, jalan-jalan ke luar negeri boleh, memiliki fasilitas boleh. Tapi tentunya dengan suatu upaya yang terencana dengan baik,” tutupnya.
Pewarta: Ichal
Editor : Nicha R