SAMARINDA – Debat pertama calon gubernur dan wakil gubernur Kaltim yang berlangsung 23 Oktober lalu, menyoroti berbagai isu krusial, salah satunya adalah masalah stunting yang masih tinggi di Kaltim.
Dalam sesi tanya jawab antar-cawagub, Seno Aji menyoroti angka kasus stunting di Kaltim dan menanyakan hal ini langsung kepada Hadi Mulyadi. Isu ini menjadi menarik karena tingginya angka stunting di Kaltim yang mencapai 10,2%, lebih tinggi dari rata-rata nasional (7,1%) serta provinsi Kalimantan lainnya, seperti Kalimantan Tengah (10,1%), Kalimantan Selatan (8,7%), dan Kalimantan Utara (8,9%). Hal ini memicu pertanyaan publik terhadap kinerja pemerintah daerah.
Dalam jawabannya, Hadi Mulyadi menyatakan dirinya sebagai anggota Satgas Stunting di Kaltim dan memaparkan penurunan angka prevalensi stunting di provinsi tersebut. “Ketika saya menjadi Wagub, saya menjadi salah satu anggota satgas stunting jadi angka-angkanya saya masih ingat. Memang pada 2022 angka stunting di Kaltim di atas nasional sebesar 23,9%, cuma ini datanya kurang urut. Tahun 2023 sudah menurun jadi 22,9%, Desember 2023 sudah turun jadi 18,3%, dan Juli 2024 turun lagi menjadi 14,5% di bawah standar nasional,” kata Hadi.
Namun, Seno Aji kembali mengklarifikasi bahwa pertanyaannya menyangkut “kasus stunting,” yang merujuk pada angka dari Kemendagri, bukan prevalensi yang menggunakan acuan data Kementerian Kesehatan.
Jawaban Hadi Mulyadi pada sesi debat ini masih menimbulkan pertanyaan Rasyid Ridla, Ketua Forum Persaudaraan Muslim Kaltim. “Jika benar Hadi Mulyadi tergabung dalam Satgas Stunting, muncul pertanyaan di kepala saya: mengapa ia tidak bisa membedakan antara ‘prevalensi stunting,’ yaitu persentase anak di bawah lima tahun yang mengalami stunting, dengan ‘kasus stunting,’ yang mengacu pada jumlah total kasus?”
Isu stunting merupakan masalah serius di Kaltim, terutama dengan anggaran APBD yang terbesar di Kalimantan dan kelima terbesar nasional. Dalam debat tersebut, Seno Aji juga mempertanyakan efektivitas kebijakan dan langkah-langkah pemerintah daerah dalam mengatasi stunting di Kaltim.
Dengan alokasi APBD yang besar, seharusnya angka kasus stunting dapat diturunkan secara signifikan. Pada debat perdana Pilgub Kaltim 2024 kemarin, pasangan Rudy Mas’ud dan Seno Aji menyebutkan bahwa APBD Kaltim adalah yang terbesar se-Kalimantan dan masuk 5 besar nasional.
“Kesalahpahaman ini memperlihatkan pentingnya pemahaman yang mendalam terhadap data dan informasi dalam menangani masalah kesehatan masyarakat seperti stunting. Diharapkan, pada debat berikutnya, para kandidat dapat lebih siap dan memahami isu-isu yang mereka hadapi agar masyarakat Kaltim mendapatkan informasi yang lebih jelas dan akurat dalam menentukan pilihannya,” lanjut Rasyid. (mk)