spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Diguyur Hujan Deras, Manado Kembali Banjir dan Longsor, 3 Warga Meninggal, 1 Hilang

MANADO – Bencana demi bencana terus melanda wilayah Indonesia. Hujan lebat disertai petir di Sulawesi Utara mengakibatkan banjir dan tanah longsor di Kota Manado dan Kabupaten Minahasa, Jumat (22/1/2021). Khusus di Kota Manado, banjir terjadi di Kelurahan Karombasan Kompleks TK Pembina, Terminal Karomabasan, Perumahan PDK Kelurahan Malalayang, Kecamatan Malalayang, Kelurahan Taas, dan Kelurahaan Ranomuut.

Hingga pukul 22.00 WITA pada Jumat (22/1) malam tadi sebanyak delapan kecamatan di kota itu terdampak banjir, dengan tiga warga meninggal dan satu orang hilang. Banjir di Ranomuut banjir juga sudah mencapai lutut orang dewasa. Di ruas jalan Ranomuut-Perkamil, sejumlah kendaraan terpaksa balik arah karena air semakin tinggi.

Terlihat warga di lokasi itu mulai keluar rumah dan di depan lorong rumah mereka mengantisipasi banjir makin naik. Kampus Farmasi di Jalan Manguni, Kelurahan Perkamil, juga terendam banjir.

Tidak hanya itu, hujan lebat yang melanda Manado mengakibatkan salah satu sungai, tepatnya Sungai Bahu meluap. Air sungai masuk ke rumah warga. Sementara di Minahasa, banjir terjadi di Perumahan Puri Alfa Mas Pineleng. Hujan lebat juga mengakibatkan longsor di ruas Jalan Manado-Tomohon. Longsor terjadi di beberapa titik ruas jalan itu.

Informasi Tim SAR, jalur Tomohon ke Manado saat ini ditutup untuk mengantisipasi longsor di wilayah Tinoor. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah membuat analisis sementara penyebab hujan lebat yang mengakibatkan longsor dan banjir di Manado dan Minahasa. Koordinator Operasional Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi Manado Ben Arther Molle mengatakan, berdasarkan kondisi dinamika atmosfer terkini adanya pusat tekanan rendah atau LPA (1008 hPa) di Laut China Selatan dan LPA (998 hPa) di Laut Timur.  Keadaan ini membentuk sirkulasi siklonal yang menyebabkan pola gradiend angin di Sulawesi Utara yaitu konvergensi massa udara atau pertemuan massa udara di wilayah Sulawesi Utara.

“Massa udara yang bertemu di Sulawesi Utara merupakan massa udara basah yang terbawa dari Samudera Pasifik sebelah barat,” katanya lewat pesan singkat, Jumat seperti dikutim Kompas.com.

“Kondisinya atmosfer demikian mengakibatkan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang disertai petir dalam durasi waktu yang lama,” sambungnya. Hingga pukul 18.15 Wita, hujan dengan intesitas sedang hingga lebat masih melanda Kota Manado.

Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara menyatakan bahwa hingga pukul 22.00 WITA pada Jumat (22/1) malam sebanyak delapan kecamatan di kota itu terdampak banjir, dengan tiga warga meninggal dan satu orang hilang.

“Hujan dengan intensitas tinggi sejak Jumat (22/1) pukul 12.00 WITA menjadi pemicu banjir sehingga debit air di Daerah Aliran Sungai (DAS) Sawangan dan Tondano yang melewati Kota Manado meluap,” kata Kepala BPBD Manado, Donald Sambuaga di Manado, Sabtu dini hari seperti ditulis antaranews.com.

Ia menjelaskan kedelapan kecamatan terdampak yaitu Kecamatan Malalayang, Wanea, Sario, Paal Dua, Pikkala, Wenang, Tuminting dan Singkil. BPBD masih mengidentifikasi korban yang telah dievakuasi. Sedangkan kerugian material belum diketahui secara rinci.

Menurut Donald pihaknya masih terus memantau rumah warga yang terendam dan terjadinya beberapa titik longsor. Tinggi genangan banjir sekitar 50 hingga 400 cm. (net/red)

[irp]

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti