Beranda BERAU Dianggap Tidak Menguntungkan, Pertanian Belum Dilirik Kaum Muda

Dianggap Tidak Menguntungkan, Pertanian Belum Dilirik Kaum Muda

0
Pertanian di Kabupaten Berau belum dilirik generasi muda dan dianggap tidak menguntungkan. (Andhika Dezwan/Media Kaltim) 

TANJUNG REDEB – Regenerasi petani menjadi tantangan besar yang segera mungkin harus diselesaikan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau, agar ketahanan pangan secara berkelanjutan dapat terwujud.

Kelompok Jabatan Fungsional Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Berau, Suprianto mengatakan, masyarakat muda sama sekali tidak tertarik untuk bekerja di sektor pertanian dan lebih memilih profesi atau pekerjaan lain. Padahal, Kabupaten Berau membutuhkan regenerasi petani agar bisa mencapai ketahanan pangan.

“Untuk petani di Berau rata-rata umurnya 50 tahun ke atas. Kalau mereka pensiun yang diharapkan kelompok tani yang masih muda,“ jelasnya, kepada Mediakaltim.com, Sabtu (17/9/2022).

Padahal, Kementerian Pertanian (Kementan) memprogramkan petani milenial dengan memperkenalkan teknologi pertanian sebagai daya pikat. Namun, kurangnya minat masih menjadi kendala berjalannya program itu dengan sempurna.

“Peminatnya kurang, karena banyak yang menilai bekerja di luar sektor pertanian itu sangat menjanjikan,“ ujarnya.

“Asumsi anak muda kalau menjadi petani harus turun ke lahan dan berpanas-panasan, serta penghasilannya belum bisa diandalkan. Berbeda dengan sektor pertambangan yang menjanjikan gaji tinggi,” sambungnya.

Faktor pemicu kurangnya anak muda terjun ke sektor pertanian, yakni banyak kegagalan dalam merawat tanaman, keadaan lahan, hama dan penyakit, kurangnya lahan, serta sulitnya memasarkan produk.

“Kalau di Jawa dan Sulawesi itu sarana dan prasarana mendukung, sehingga membuat anak mudanya tertarik (bertani),“ ungkapnya.

Diakuinya, pola pikir generasi muda tidak sampai ke sektor pertanian. Saat ini, pihaknya tengah melakukan sosialisasi tentang meraih keuntungan dalam sektor pertanian.

“Sebenarnya sangat menguntungkan, dengan catatan mengantongi ilmu pola tanam, pengendalian hama dan penyakit. Tetapi pada dasarnya petani milenial tergolong kurang,” terangnya.

Kendati demikian, faktor utama kurangnya regenerasi petani di Bumi Batiwakkal disebabkan kurangnya edukasi tentang penggunaan teknologi.

“Itu faktor-faktornya. Yang jelas, karena penghasilan di luar sektor pertanian dianggap menjanjikan. Kemudian, tingkat keberhasilan belum dapat diandalkan,” sebutnya.

“Tetapi dalam mengatasi kekurangan petani, kami melibatkan petani muda untuk membentuk kelompok tani milenial,” tandasnya. (Dez)

TIDAK ADA KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Exit mobile version