PEMBANGUNAN Ibu Kota Negara (IKN) di wilayah Kalimantan Timur bisa dikatakan sebagai sebuah lompatan besar Pemerintah Indonesia untuk melakukan transformasi menuju Indonesia Maju. Kota bernama Nusantara pun kini telah disematkan untuk menunjukkan kebesaran bangsa Indonesia dan mencerminkan identitas nasional. Megahnya kota yang didesain dengan konsep modern ini turut digadang-gadang sebagai kota yang dijuluki Kota Pintar alias “Smart City”. Namun, apakah keberadaan IKN ini ke depannya akan sesuai ekspektasi sebagai representasi bangsa yang unggul?
DEBU mengiringi perjalanan rombongan jurnalis menuju Ibu Kota Nusantara (IKN). Lanskap yang tampak di depan mata terlihat sangat sibuk dengan warga yang beraktivitas untuk mempersiapkan dan menyambut perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus mendatang. Terlebih, rencananya akan berlangsung di lapangan depan Istana Negara di IKN.
Terlihat pula para pekerja duduk di belakang bak terbuka, mengenakan helm tanpa masker meskipun udara penuh dengan debu. Ada juga warga sekitar yang menjajakan dagangan, berharap mendapatkan berkah dari perpindahan ibu kota negara ini.
Meskipun Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2022 telah mengatur perpindahan ibu kota negara dari Jakarta menuju IKN. Akan tetapi, nyatanya hingga saat ini Keputusan Presiden (Keppres) tentang pemindahan ibu kota dari Jakarta ke IKN Nusantara di Kalimantan Timur (Kaltim) belum juga terbit.
Konon, Pemerintah sempat menjelaskan alasan Keppres masih belum diterbitkan oleh Presiden Jokowi. Salah satunya, Presiden Jokowi mengatakan melihat situasi lapangan terlebih dahulu. Ia tak ingin memaksakan keadaan.
Ya, IKN memang belum sepenuhnya selesai, namun pembangunan terus dikebut demi perayaan besar Peringatan Kemerdekaan RI yang akan dipimpin langsung Presiden Jokowi.
“Waktu kami berkunjung ke sana, bisa dikatakan 90 persen lebih sudah selesai. Tinggal merapikan saja, jadi tanggal 17 Agustus sudah siap,” kata Usman, Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), kepada wartawan di Jakarta.
IKN memang sedang menjadi perhatian. Di balik kemegahan pembangunannya yang tidak lepas dari sorotan, juga menyimpan begitu banyak problematika yang kerap bersinggungan dengan dampak sosial di masyarakat.
Hal itu dapat terlihat dari kisruhnya permasalahan warga lokal soal pergantian lahan, obral hak atas tanah selama 190 tahun, hingga pembatasan jumlah penduduk di pusat pemerintahan IKN.
Tapi, pemerintah sepertinya enggan terpaku dengan masalah tersebut, dan saat ini tetap sibuk merekayasa cuaca, penyewaan mobil mewah, hingga mengundang puluhan artis dan influencer untuk mengangkat citra IKN yang lebih baik.
INFLUENCER Vs JURNALIS
Pesatnya kemajuan pembangunan IKN semakin tersorot dengan hadirnya Autonomous Rail Rapid Transit (ART) atau kereta tanpa rel, keran-keran dengan air layak minum, lampu-lampu jalan yang mampu mendeteksi keadaan sekitar, taman-taman yang menarik, embung air canggih, hingga gedung-gedung dengan fasilitas luar biasa.
Pada 28 Juli lalu, Presiden Joko Widodo juga mengajak beberapa influencer, seperti Raffi Ahmad, Atta Halilintar, Nagita Slavina, dan lainnya untuk menemani kunjungan kerjanya ke IKN. Tujuannya, adalah ikut menyaksikan peresmian Jembatan Pulau Balang dan pembangunan jalan tol IKN.
“Masih bingung dan heran, para artis itu ngapain dan fungsinya apa?” tulis akun @arie_ombob di kolom komentar Instagram.
Pada Jumat (9/8/2024), akhirnya kesempatan itu juga tiba bagi 60 wartawan lokal dan nasional bersama-sama meliput situasi di IKN, ditemani oleh Kepala Satgas Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur IKN, Danis Hidayat Sumadilaga, beserta pihak OIKN.
Kunjungan wartawan ke IKN dalam rangka Media Visit ini diatur oleh Humas Otorita IKN. Perjalanan ini tentunya bukan untuk mendampingi Presiden, melainkan untuk meninjau seberapa jauh pembangunan di IKN atau bahkan memperkenalkan bangunan-bangunan di sana.
Bisa dikatakan ini mirip dengan studi lapangan yang dipimpin oleh Raja Juli Antoni, Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang/Wakil Kepala Badan Pertanahan Nasional (Wamen ATR/Waka BPN) sekaligus Plt Wakil Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN).
Ini menjadi salah satu kesempatan bagi para jurnalis untuk meliput persiapan IKN menuju 17 Agustus nanti.
“SERUNYA” PERJALANAN
Perjalanan kunjungan ini dimulai dari poros Sepaku yang dilalui, terlihat warung-warung makan yang menutupi makanan dengan tirai untuk menghindari debu. Namun, debu tetap terlihat tebal menutupi pemandangan di setiap warung.
Sudah pasti debu-debu tersebut berasal dari truk-truk yang membawa bahan bangunan untuk IKN, karena sumbernya berasal dari jalan raya. Kekhawatiran pun muncul, tentang dampak kesehatan bagi warga dan apakah ada pengecekan kesehatan gratis bagi mereka yang terdampak.
Jarak dari Sepaku menuju IKN sekitar 12 kilometer, yang memakan waktu sekitar 30 menit perjalanan menggunakan minibus. Kami sebenarnya memulai perjalanan dari kantor OIKN di Jalan Mulawarman, Balikpapan.
Dari kantor OIKN, kami menuju jalan tol Balikpapan – Samarinda (Balsam). Sayangnya, akibat hujan yang cukup lama, jalanan terdampak banjir sehingga sempat macet panjang selama lebih dari 2 jam.
“Mobil kami paling ketinggalan, sampai dua kunjungan terlewat,” ujar Alexa, salah satu wartawan peserta dalam kunjungan ini.
Selain keterlambatan, beberapa wartawan juga mengeluh tentang konsumsi, baik makan pagi maupun makan siang, yang tidak tersaji, terutama bagi yang tertinggal dari jadwal akibat banjir.
“Saya senang meski sakit perut, karena sudah menunggu kesempatan visit ke IKN,” lanjut Alexa.
Memang terlihat bahwa pihak Humas OIKN dinilai belum cukup tanggap dalam mengantisipasi berbagai kemungkinan-kemungkinan yang terjadi selama membawa rombongan wartawan ke IKN.
Koordinasi antara pihak yang bertanggung jawab dan para wartawan sempat terganggu. Wartawan yang tertinggal dan tidak mendapatkan makan pun lepas dari perhatian OIKN. Walaupun pada akhirnya jadwal tetap berlanjut dan OIKN sudah menyampaikan permintaan maaf.
Atas kejadian tersebut, Humas OIKN yang diwakili Setyawan mengungkapkan rasa maaf dengan komitmen untuk terus memperbaiki dan meningkatkan kualitas acara.
“Kami berkomitmen untuk terus memperbaiki dan meningkatkan kualitas acara Media Site Visit ke depannya, agar dapat memberikan pengalaman yang lebih baik bagi rekan-rekan semua,” katanya.
MODERNISASI IKN SEBAGAI “SHOWCASE” TRANSFORMASI
Terlepas dari “keseruan” perjalanan rombongan wartawan tadi, sesampainya di IKN, kami yang terlambat langsung menuju tempat percobaan kereta tanpa rel atau ART. Kami disambut oleh Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Rachman Arief, yang menerangkan bahwa percobaan ART akan berlangsung pada Sabtu (10/8/2024).
“Panjang jalur kereta otonom ini 6,5 Km, dengan kapasitas 200 orang yang terdiri dari 3 rangkaian. Besok akan dilakukan uji coba, jadi diharapkan 17 Agustus nanti dapat digunakan untuk tamu menuju lapangan, namun bersifat fungsional,” jelasnya sambil menunjukkan jalur ART.
Kami berkesempatan melihat langsung ART melintas di atas jalurnya tanpa rel. Saat itu kereta masih dikemudikan oleh teknisi untuk mengecek efektivitas jalurnya. Menurut Arief, salah satu keunggulan dari ART ini adalah kemampuannya berjalan tanpa harus membangun rel seperti kereta api biasa.
“Jalan-jalan ini dilengkapi dengan sensor yang dibangun oleh Kementerian APBN, Kementerian PUPR menyediakan jalannya, dan Kementerian Perhubungan menyediakan ART-nya,” lanjut Arief.
Deputi Transformasi Hijau dan Digital Otorita IKN, Mohammed Ali Berawi, menjelaskan bahwa kereta tanpa awak di IKN yang akan diuji coba ini didatangkan oleh perusahaan CRRC Zhuzhou & Norinco asal Tiongkok.
Dari ART, kami bergerak ke tempat berikutnya, yaitu Sumbu Kebangsaan. Tempat ini terlihat megah dan hijau, begitu kesan kami. Sumbu Kebangsaan memiliki fasilitas berupa sentra massa untuk wadah para warga yang berkunjung, Ngaju Sarumpun, Sumbu Seremoni, Sumbu Massa, Susur Hutan, Seriung Amfiteater, dan Bukit Bumantara.
“Sumbu Kebangsaan di KIPP IKN Nusantara ini merupakan ruang terbuka yang nantinya menjadi simbol hubungan harmonis antara alam, manusia, dan nilai-nilai luhur kebudayaan,” ujar Direktur Operasi II Brantas Abipraya, Purnomo.
Kami dapat melihat bangunan kantor kementerian hingga Istana Kepresidenan yang megah dari sana. Sangat cocok untuk beristirahat sejenak sembari menikmati pemandangan kawasan hijau. Apalagi sambil melintasi jembatan kayu, pengalaman yang menurut kami sangat nyaman bahkan mungkin jika para warga lokal melintasinya sendiri.
Setelah puas melihat kehijauan, kami dibawa ke Rumah Susun (Rusun) ASN. Di sana kami dijelaskan bahwa setiap unit Rusun ASN-Hankam memiliki luas 98 m² dengan 3 kamar di dalamnya. Di dalamnya terdapat ruang kerja, ruang keluarga, 1 kamar utama dengan kamar mandi, 2 kamar anak, 1 kamar mandi, dapur, ruang makan, dan area servis.
Infonya, dari 47 tower, ada 12 tower yang sudah selesai. Setiap tower terdiri dari 12 lantai, secara rerata 1 lantai terdiri dari 5 unit apartemen.
Rusun ASN memang terlihat megah dengan fasilitas yang mumpuni. Nantinya, 12 tower Rusun ASN akan dijadikan tempat menginap sementara bagi petugas upacara yang bertugas pada upacara bendera nanti.
Rusun ini juga akan difasilitasi dengan berbagai fasilitas umum seperti kafe, minimarket, dan lain sebagainya, demi memenuhi kebutuhan para Aparatur Sipil Negara (ASN) yang ditugaskan di sana.
Sekitar pukul 17.00 Wita, kami melanjutkan perjalanan ke tempat terakhir, yaitu Swissotel Nusantara. Hotel ini merupakan hotel bintang lima dengan 9 lantai berisi 191 kamar. Sebuah hotel mewah di tengah-tengah IKN.
“Untuk 17 Agustus nanti, 150 kamar yang kami buka, tapi semuanya sudah full booked,” terang salah satu karyawan kepada kami.
Juru Bicara Kementerian PUPR, Endra S. Atmawidjaja, mengatakan bahwa tamu-tamu yang akan menginap di Swissotel Nusantara adalah tamu yang diundang secara langsung oleh pemerintah, seperti tamu kenegaraan atau para gubernur.
“Untuk harga kamarnya, kami memulai di harga Rp2,2 juta per malam untuk premier room. Namun, karena belum aktif distributornya, update-nya itu per tanggal 18 Agustus,” ujar Ari Putra Ervanto, Direktur Komersial Swissotel Nusantara.
Hotel ini dilengkapi dengan premier room seluas 32 meter persegi, dengan 62 kamar kasur twin, dan 102 kamar kasur king. Sementara untuk grand room dengan luas 51 meter persegi, terdapat 14 kamar. Kemudian suite room dengan luas 66 meter persegi, yang terdapat 12 kamar, serta 1 kamar presidential suite dengan luas 200 meter persegi.
Kami pun diajak langsung untuk melihat-lihat kamar hotel. Kesan pertama kami, luar biasa mewah. Kasur yang nyaman, televisi, kamar mandi, serta showernya terlihat sangat mewah. Tak heran harga kamarnya begitu tinggi.
Rentetan perjalanan dari gedung ke gedung ini membawa harapan bahwa pembangunan bisa dipenuhi sesuai janji Presiden RI. Rasanya cukup sayang jika berujung mangkrak atau bahkan molor. IKN ternyata memberikan pesona kemajuan demi Indonesia. Semoga benar-benar rampung pada tahun 2045.
Dalam kesempatan yang sama, Raja Juli Antoni mengatakan bahwa upacara bendera akan melibatkan banyak pihak sipil. Ia telah mempersiapkan agar warga sipil juga terlibat, sebab IKN dibangun untuk rakyat. Secara umum, yang kami amati, memang IKN sangat siap menghadapi upacara nanti.
Pada Sabtu (9/8/2024), kirab bendera dilaksanakan sebagai rangkaian dari acara kemerdekaan. Semua berjalan lancar dan diharapkan dapat dilaksanakan tepat sesuai dengan rencana.
“Ini sudah siap betul untuk perayaan 17 Agustus di IKN, bisa dikatakan sudah lebih dari 94 persen selesai,” jelas Direktur Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika, Usman Kansong.
Pertanyaannya adalah, bagaimana kabar IKN setelah upacara usai? Apakah pembangunan akan terus dikebut atau malah melambat? Patut dinanti rangkaian Upacara Kemerdekaan pertama kalinya di IKN serta bagaimana kelanjutan nasib IKN setelah upacara nanti.
Penulis: Khoirul Umam/Nelly Agustina
Editor : Nicha R