PPU – Di antara hamparan hijau perkebunan dan kehangatan tanah Waru, sebuah harapan baru tumbuh dari tetesan Madu Kelulut. Usaha yang awalnya hanya dikelola secara individu kini telah menjadi sumber mata pencaharian bagi para petani yang tergabung dalam Kelompok Mandiri Sejahtera.
Dukungan dari PT Waru Kaltim Plantation (WKP) yang merupakan anak usaha dari PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI), semakin memperkokoh langkah mereka dalam mengembangkan usaha ini. Tak hanya memberikan bantuan dana, PT WKP juga hadir dengan ilmu, bimbingan, serta sarana yang dibutuhkan agar impian para petani Madu Kelulut dapat berkembang seindah bunga yang menjadi sumber nektarnya.
Perjalanan ini dimulai dari sebuah tekad sederhana. Di pelosok Waru, Kelompok Mandiri Sejahtera memulai perjalanan mereka dengan satu impian yakni mengangkat potensi Madu Kelulut agar menjadi sumber penghidupan yang menjanjikan. M Ruslim, Ketua Kelompok Mandiri Sejahtera, dengan mata berbinar, mengenang perjalanan awalnya.
“Awalnya saya menjalankan usaha Madu Kelulut ini sendirian, namun setelah bertemu dengan teman-teman, kami sepakat untuk bersama-sama mengembangkan usaha ini agar lebih bermanfaat,” tuturnya penuh semangat.
Sebagai informasi, Madu Kelulut adalah madu yang dihasilkan oleh lebah tanpa sengat dari genus Trigona atau Meliponini. Berbeda dengan madu dari lebah biasa (Apis), Madu Kelulut memiliki tekstur yang lebih cair, rasa yang lebih asam manis, dan aroma khas yang unik.
Namun, perjalanan mengembangkan usaha ini tidaklah mudah. Seiring waktu, tantangan demi tantangan menghadang. Tanpa dukungan yang memadai, impian besar ini bisa saja terhenti di tengah jalan. Beruntung, PT WKP melihat potensi besar yang dimiliki para petani Madu Kelulut dan memberikan dukungan nyata agar usaha ini terus melaju. Melalui bantuan dana, bimbingan teknis, dan penyediaan peralatan, para petani kini memiliki kesempatan lebih besar untuk berkembang dan meningkatkan produksi mereka.
“Awalnya, kami hanya memiliki 14 log (koloni lebah). Setelah mendapat bantuan dari PT WKP, jumlahnya bertambah menjadi 19 log. Meski sempat menghadapi tantangan seperti cuaca panas yang merusak beberapa koloni, kami tetap teguh melangkah,” ujar Ruslim.
Perjuangan ini bukan tanpa rintangan. Cuaca yang tak menentu menjadi tantangan berat. Namun, semangat tak pernah pudar.
“Dulu, untuk membeli bahan sendiri, kami harus merogoh kocek sekitar Rp850.000. Namun, dengan bantuan PT WKP, kami mendapatkan kayu untuk log, plastik penampung madu, dan berbagai kebutuhan lainnya. Itu sangat membantu kami,” ujar Ketua Mandiri Sejahtera. Ia juga berharap ke depannya usaha ini bisa terus berkembang dan memberikan manfaat yang lebih besar lagi terutama bagi lingkungan sekitar.
Kini, setiap bulan, sekitar 20 botol Madu Kelulut siap dipasarkan. Dengan harga Rp100.000 per botol ukuran 150 ml, usaha ini tak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga menjadi simbol perjuangan dan ketekunan.
“Produksi kami bisa lebih banyak jika cuaca mendukung. Tapi yang terpenting, kami tetap menjaga kualitas dan terus berkembang,” tambahnya.
Bagi PT WKP, keberhasilan para petani Madu Kelulut ini adalah bukti nyata bahwa sebuah dukungan kecil dapat menjadi pendorong perubahan besar. Dengan komitmen tinggi terhadap pemberdayaan ekonomi lokal, PT WKP tak hanya berinvestasi dalam usaha, tetapi juga dalam masa depan masyarakat.
“Kami merasa senang bisa menjadi bagian dari perjalanan mereka. Ini bukan sekedar bisnis, melainkan perjalanan bersama untuk menciptakan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat,” ujar Eko Andrianto, Administratur PT WKP.
Kini, Madu Kelulut bukan sekadar hasil dari kerja keras, tetapi juga bukti nyata bahwa sinergi antara perusahaan dan masyarakat dapat menciptakan keberlanjutan yang berarti. Di balik setiap tetes madu yang manis, tersimpan kerja keras, harapan, dan masa depan yang lebih baik.
Pewarta: Robbi Syai’an*