SAMARINDA – Permasalahan parkir liar di Kota Tepian bisa diatasi dengan menerapkan parkir elektronik. Program ini bisa berjalan baik selama dinas terkait benar-benar melakukan pengawasan secara maksimal, dengan begitu tak terjadi kebocoran penerimaan daerah yang hingga kini terus berlangsung.
Calon wali kota Samarinda no urut 3, Zairin Zain mengakui selama ini pengelolaan perparkiran di Samarinda tak berjalan sesuai harapan. Padahal jika diseriusi, potensi penerimaan daerah yang didapat cukup besar bagi kas daerah. “Tapi tak tertata dan dikelola dengan baik. Dibiarkan saja, sayang. Harus dikelola dengan baik,” katanya.
Salah satu caranya dengan memerintahkan dinas terkait menjalankan fungsinya secara maksimal. Dinas tersebut kemudian memberi sejenis pelatihan pada jukir resmi bagaimana melayani pengguna jalan.
Bagi Barkati, mengatasi jukir liar cukup dengan memberikan peluang kerja baru. Bisa juga bekerja seperti biasa tapi diberi gaji tetap, tak boleh lagi mengutip uang parkir di lapangan. Solusi lain, menggunakan e-money. “Bisa juga soal parkir ini kita bentuk perusda, dengan pengelolanya adalah orang-orang profesional. Jadi ndak ada lagi kebocoran (penerimaan parkir),” sarannya.
Soal manajemen pengelolaan perpakiran menurut Andi Harun sudah ada acuan hukumnya. Menurut dia, baru-baru ini Mendagri Tito Karnavian mengeluarkan Permendagri yang meminta daerah agar menerapkan parkir elektronik. “Tapi harus bijak penerapannya. Pengelola (lama) mesti kita libatkan lagi, tapi harus terapkan sistem baru (parkir elektronik),” katanya.
Pertanyaan lain yang diajukan moderator I Made Kertayasa adalah terkait dampak pandemi Covid-19 terhadap tingginya angka pengangguran di Samarinda. Disadari Andi, ini bukanlah masalah ringan. Namun dengan program bantuan Rp 100-300 juta per RT yang diajukannya, masalah ini bisa diatasi.
Bantuan tersebut, lanjut Andi, bisa digunakan masyarakat untuk membangun UMKM. “Bantuan itu bisa digunakan masyarakat untuk memberdayakan ekonomi mereka,” katanya. Sementara Zairin Zain berpandangan, untuk jangka pendek, warga yang tak punya pekerjaan tersebut diberi bantuan sosial tanpa melihat latar belakang mereka.
Tak berbeda dengan Zairin, menurut Barkati, inilah saatnya orang yang memiliki kelebihan harta untuk membantu sesama. “Kita minta para ustaz memberi pemahahan orang berpunya (kaya) untuk memberi bantuan pada orang susah. Ini kesempatan orang berpunya belanjakan uangnya supaya jadi amal ibadah,” katanya. (red2)