LEBANON – Ledakan besar terjadi di Beirut, Lebanon Selasa (4/8/2020) waktu setempat. Ledakan ini meratakan pelabuhan kota, merusak gedung-gedung di seluruh ibu kota dan membuat awan jamur raksasa ke langit. Hingga pagi ini waktu Indonesia Barat, dilaporkan lebih dari 70 orang tewas dan 3.000 luka-luka, dengan jenazah yang terkubur di reruntuhan, kata para pejabat.
Ledakan itu menghantam dengan kekuatan gempa magnitudo 3,5 menurut pusat geosains Jerman GFZ. Ledakan didengar dan dirasakan sejauh Siprus lebih dari 200 kilometer (180 mil) melintasi Mediterania. Menteri Dalam Negeri Lebanon mengatakan tampaknya ada sejumlah besar amonium nitrat di pelabuhan yang meledak.
Kehancuran mendadak membanjiri sebuah negara yang sudah berjuang dengan pandemi virus corona, krisis ekonomi, dan keuangan yang parah. Selama berjam-jam setelah ledakan yang paling merusak dalam semua sejarah Lebanon, ambulans bergegas masuk dari seluruh negeri untuk menggotong yang terluka.
Rumah sakit dipenuhi para korban, mereka meminta pasokan darah dan generator untuk menyalakan lampu. Untuk blok di sekitar pelabuhan, di mana ledakan terjadi, warga berlumuran darah terhuyung-huyung melalui jalan-jalan yang dipenuhi dengan mobil terbalik dan puing-puing dari bangunan yang hancur.
Jendela dan pintu-pintu ditemukan terlepas beberapa kilometer jauhnya, termasuk di satu-satunya bandara internasional kota itu. Helikopter militer membantu mengatasi kebakaran yang berkobar di pelabuhan Beirut.
Diwartakan AP News, Menteri Dalam Negeri Mohammed Fahmi mengatakan kepada sebuah stasiun TV lokal, ledakan itu disebabkan oleh lebih dari 2.700 ton amonium nitrat yang telah disimpan di sebuah gudang di dermaga sejak disita dari sebuah kapal kargo pada tahun 2014.
Sementara Duta Besar RI untuk Lebanon, Hajriyanto Thohari, mengatakan pihaknya mengantisipasi kesulitan pasokan makanan dalam beberapa hari mendatang setelah ledakan dahsyat di Pelabuhan Beirut, pada Selasa (04/08), menyebabkan paling tidak 78 orang meninggal dan lebih dari 4.000 lainnya luka-luka.
Ia mengatakan sekitar 70% barang-barang impor Lebanon, termasuk makanan dan kebutuhan pokok lainnya, datang melalui lokasi terjadinya ledakan.
“Yang paling utama adalah dampak ekonomi karena untuk beberapa hari ke depan [pasokan] pasti terganggu,” kata Hajriyanto kepada wartawan BBC Indonesia, Callistasia Wijaya, melalui telepon pada Rabu (05/08).
Untuk itu, ia mengatakan pihaknya mengimbau para WNI, terutama mereka yang tinggal di Beirut, untuk memperhatikan stok makanan. Ia menambahkan pihak KBRI akan memberikan bantuan bagi mereka yang kesulitan mengakses pasokan makanan. “Kita selama pandemi Covid-19 memang sudah memberi bantuan secara periodik. Kami akan segera, dengan memperhatikan jadwal dan waktu, memberi bantuan yang disesuaikan dengan perkembangan baru ini,” ujarnya.
Selain fokus pada dampak ekonomi, Hajriyanto mengatakan pemerintah Lebanon tengah mengantisipasi kemungkinan dampak kimiawi dari ledakan amonium nitrat itu. Menurut keterangannya, gudang yang meledak itu adalah tempat penyimpanan bahan-bahan amonium nitrat yang digunakan untuk keperluan industri.
“Bahan itu harus dijaga ketat. Tidak tahu bagaimana ada info, terkena api. Sampai hari ini belum ada informasi bahwa itu adalah tindakan terorisme, tapi kecelakaan,” kata Hajriyanto.
Saat kejadian ledakan, Hajriyanto menceritakan, ia dan staf di KBRI- yang jaraknya sekitar delapan kilometer dari lokasi kejadian- merasa seperti sedang terjadi gempa bumi dan ledakan yang sangat dekat. “Gorden-gorden itu jatuh,” ujarnya.
Berbagai laporan menyebutkan ledakan itu terdengar sampai ke Nicosia sejauh 240 kilometer di Siprus. Guncangannya, menurut catatan sejumlah pakar seismologi, setara dengan gempa magnitudo 3,3.
Sebelumnya, juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Teuku Faizasyah, mengatakan ada satu orang warga negara Indonesia yang luka namun kondisi sudah stabil. “Ada satu WNI yang mengalami luka-luka (inisial NNE). Staf KBRI sudah berkomunikasi melalui video call dengan yang bersangkutan. Kondisinya stabil, bisa bicara dan berjalan. Yang bersangkutan sudah diobati oleh dokter rumah sakit dan sudah kembali ke apartmennya di Beirut,” kata Faizasyah. Korban luka dari Indonesia adalah pekerja migran, tambahnya.
Duta Besar RI untuk Lebanon, Hajriyanto Thohari, mengatakan WNI yang mengalami luka tersebut adalah seorang perempuan yang berada di kawasan Jal El Dib, sekitar delapan kilometer dari Pelabuhan Beirut. “Luka sudah dijahit oleh dokter. Saat ini sudah pulang dan berada di apartemen bersama empat WNI lainnya di Jal El Dib,” sebut Hajriyanto dalam pesan tertulis kepada BBC Indonesia, Rabu (05/08).
SUMBER GAMBAR,SUNNIVA ROSE
Sementara itu, Hamzah Assuudy Lubis selaku Presiden Perhimpunan Pelajar Indonesia di Lebanon, mengatakan kepada BBC Indonesia bahwa “ledakan awalnya kami rasakan seperti gempa kurang lebih 10 detik”. Dia dan beberapa teman sesama mahasiswa tinggal di daerah Barbir, Beirut, yang berjarak kurang lebih empat kilometer dari lokasi kejadian.
Secara terpisah, mahasiswa Indonesia lain bernama Fitrah Alif melalui akun Twitternya menulis, “65 mahasiswa terpantau aman lagi pada rebahan di kasur asrama masing-masing.”
“Saya lagi di asrama di kota Tripoli, sekitar 80 kilometer dari Beirut dan tidak terasa guncangan, namun teman yang tinggalnya 8 km dari titik ledak, dia merasa seperti gempa, terasa getarannya,” kata Fitrah kepada BBC Indonesia.
Tersimpan di gudang 2.750 ton amonium nitrat
Para pejabat menuding adanya bahan peledak yang disimpan di gudang selama enam tahun. Kepala Keamanan Umum, Abbas Ibrahim, mengatakan “bahan berdaya ledak tinggi” hasil sitaan beberapa tahun sebelumnya disimpan dalam gudang tersebut.
Perdana Menteri Hassan Diab mengatakan adanya 2.750 ton amonium nitrat – bahan untuk pupuk dan peledak – disimpan di gudang “tidak dapat diterima.” “Saya tidak akan diam sampai kita menemukan orang yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi, sehingga kita dapat meminta pertanggung jawaban dan menerapkan hukuman paling berat,” kata perdana menteri dalam akun Twitter resminya.
“Tidak dapat diterima ada 2.750 amonium nitrat disimpan di gudang selama enam tahun, tanpa adanya langkah pengamanan sehingga membahayakan keselamatan warga.”
Apa itu amonium nitrat?
Amonium nitrat punya banyak kegunaan, namun dua manfaat yang paling umum adalah sebagai pupuk pertanian dan peledak. Zat tersebut sangat mudah meledak ketika bersentuhan dengan api—dan ketika meledak, amonium nitrat bisa melepaskan sejumlah gas beracun, termasuk nitrogen oksida dan gas amonia.
Karena mudah meledak, ada sejumlah aturan ketat dalam menyimpan amonium nitrat secara aman. Ragam aturan tersebut meliputi tempat penyimpanan yang tahan api, tidak boleh ada lubang drainase, pipa-pipa, atau saluran lain yang dapat menumpuk amonium nitrat sehingga menciptakan bahaya ledakan tambahan.
Rumah sakit kewalahan
Rumah sakit rumah sakit dilaporkan kewalahan dan banyak gedung yang hancur. Seorang petugas medis mengatakan sebanyak 200 hingga 300 orang telah dilarikan ke unit gawat darurat di sebuah rumah sakit. “Saya tidak pernah yang seperti ini. Mengerikan,” kata petugas bernama Rouba, kepada kantor berita Reuters.
Wartawan BBC di Beirut, Sunniva Rose mengatakan seluruh kota tampak menghitam. “Mengendarai menyusuri Beirut menjelang malam, benar-benar berantakan. Jalan-jalan penuh dengan kaca, sulit untuk ambulans lewat, banyak batu-batu, bongkahan semen, rumah-rumah ambruk,” kata Rose.
“Asap masih mengepul saat malam. Seluruh kota gelap, sulit untuk berjalan, orang-orang berlumur darah. Saya melihat nenek berusia 86 tahun dirawat dokter yang berlari keluar dari rumahnya dengan perlengkapan bantuan pertama,” tambahnya.
“Flat saya juga rusak. Kaca berserak. Kerusakan begitu dasyat. Bahkan satu mal yang berjarak dua kilometer dari tempat ledakan, seluruh bagian depan hancur. Kerusakan bukan hanya di pelabuhan, seluruh Beirut terhantam,” katanya lagi.
Staf kedutaan Jerman di Beirut termasuk korban luka dalam ledakan, kata kementerian luar negeri Jerman. “Kami terkejut melihat foto dari Beirut. Kolega di kedutaan kami termasuk korban luka,” kata kedutaan dalam pesan di Twitter.
Kemudian terjadi ledakan kedua yang jauh lebih besar yang tampaknya menghancurkan beberapa bangunan di sekitarnya. Media setempat mengatakan orang-orang terjebak di bawah reruntuhan. Salah seorang saksi mata kepada BBC mengatakan ledakannya begitu besar hingga mengira ia akan tewas. Ledakannya sangat memekakkan telinga, katanya.
‘Seperti gempa’
Hamzah Assuudy Lubis, Presiden Perhimpunan Pelajar Indonesia di Lebanon, menuturkan kepada BBC Indonesia Saat ledakan terjadi, saya dan teman teman sedang berada di rumah mahasiswa yang berjarak kurang lebih empat kilometer dari lokasi kejadian, yaitu Pelabuhan Beirut.
Suasana di sini sangat mencekam, ambulans mondar mandir, masyarakat panik mencari perlindungan, dan takut akan adanya ledakan susulan.
Ledakan awalnya kami rasakan seperti gempa kurang lebih 10 detik. Kami tinggal di salah satu apartemen di daerah Barbir, Beirut, yang berjarak kurang lebih empat kilometer dari lokasi kejadian. Setelah merasakan goncangan, kami turun lewat tangga agar tidak terkena reruntuhan.
Sesampainya di bawah, kami melihat keadaan sudah mencekam. Salah satu orang lokal bilang kepada kami agar naik kembali ke apartemen agar tidak terkena ledakan susulan. Kondisi apartemen sendiri beberapa kaca pecah dan dinding retak.
Sumber: Tirto dan BBC