spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Dahlan Iskan Hadir di Fahutan Unmul, Semangati Mahasiswa Jadi Aktivis

HAWA DINGIN efek hujan rintik pada Ahad pagi, 28 Agustus 2022, sebenarnya cukup jadi alasan untuk sedikit bermalas-malasan. Tapi, itu tidak berlaku bagi Sarkowi V Zahry. Kabar yang diterima pada Sabtu malam, 27 Agustus 2022, adalah musababnya.

Dahlan Iskan, mantan bosnya kala masih menjadi wartawan, belasan tahun lalu, mengabarkan kesiapannya jadi pemateri. Itulah alasan bagi legislator di DPRD Kaltim itu makin antusias, meski istirahatnya terasa belum maksimal.

“Pak Dahlan datang pakai pesawat pagi, saking Beliau khawatir telat ke acara, sampai minta dijemput pakai motor, saya gak masalah ke bandara (Sungai Siring) pakai motor, tapi ini lagi hujan, jadi Beliau menerima alasan untuk saya jemput pakai mobil,” begitu ucap Sarkowi V Zahry menceritakan momen yang dilewatinya sebelum mengantar Dahlan Iskan ke Kampus Fakultas Kehutanan Unmul, di Gunung Kelua, Samarinda.

Dahlan Iskan memang bukan sosok sembarangan. Khususnya di dunia jurnalistik. Sampai saat ini, Abah, begitu dirinya biasa disapa, juga masih aktif menulis. Bagi Sarkowi, bisa menghadirkan Dahlan Iskan menjadi pemateri adalah satu kebanggaan. Beruntung, jadwal yang disusun sinkron dengan agenda Dahlan di Kaltim.

Training Jurnalistik Kampus Hijau (Tajuk Hijau) 2022, yang digagas Ikatan Keluarga Alumni Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, jadi sarana Sarkowi mengundang Dahlan Iskan. Paguyuban bagi Rimbawan, sebutan alumni Fahutan Unmul, yang kini dipimpinnya, memang punya gawe besar.

Alumni Mengajar, adalah satu di antara beragam program kerja yang disusun. Tujuannya, jadi jembatan transfer pengetahuan alumni Fahutan Unmul dengan mahasiswa aktif, ataupun alumni yang ikut menjadi peserta pada saat pelatihan.

“Alumni (Fahutan Unmul) kini bekerja di berbagai bidang. Di antaranya ada yang menekuni dunia jurnalistik. Itu kenapa kita coba fasilitasi kegiatan pelatihan jurnalistik. Para pemateri juga banyak yang dari lingkup IKA Fahutan,” ungkap Sarkowi.

Dasar-dasar pengetahuan jurnalistik diberikan kepada lebih kurang 100 peserta. Sarkowi menyebut, pembangunan bidang kehutanan tak bisa lepas dari peran media. Banyak instrumen yang perlu diketahui publik, dan sarana yang paling tepat adalah dengan melibatkan media.

“Peran media sangat besar bagi perkembangan sektor kehutanan. Seperti memberikan informasi dan gambaran objektif pada masyarakat agar tergugah dan lebih peduli pada sektor hutan dan kehutanan. Juga bisa berfungsi mendorong efektivitas pengawasan demi pelestarian hutan. Semua informasi itu penting diketahui dan menjadi masukan bagi perumusan kebijakan. Rimbawan bisa menjadikan pengetahuan tentang media dan ketertarikan menulis sebagai kemampuan tambahan di samping kompetensi utamanya,” ungkap lelaki yang memulai studi di Fahutan Unmul pada 1993 silam itu.

Sementara itu, Dekan Fahutan Unmul, Profesor Rudianto Amirta menyebut pentingnya kemampuan menulis bagi mahasiswa. Bidang jurnalistik juga disebut bisa jadi alternatif karier setelah lulus dari pendidikan tinggi.

“Training jurnalistik menjadi sangat penting untuk mendapatkan peningkatan dalam berbagai hal, termasuk soft skill di bidang menulis,” ujar Rudianto Amirta.

Peran penting alumni bagi Fahutan Unmul juga akan terus dijaga dalam berbagai sinergi. Dekan akan memberikan dukungan baik dalam penyediaan fasilitas yang bisa dimaksimalkan dalam beragam kegiatan.

“Insya Allah kegiatan seperti Tajuk Hijau akan kami masukkan dalam agenda rutin kegiatan kemahasiswaan dan alumni di dalam program kerja resmi, sehingga tidak hanya fasilitas ruang pelatihan beserta fasilitasnya namun juga dimungkinkan untuk memberikan dukungan lainnya yang dibutuhkan,” lanjutnya.

Nilai lebih alumni juga disebut Rudianto Amirta, layaknya brand ambassador. Citra Fakultas Kehutanan juga akan dibawa oleh para alumninya saat terjun ke berbagai bidang profesi.

Hal terpenting yang diharapkan dapat terbangun dan diperankan oleh alumni adalah sinergi untuk mengisi ruang-ruang kosong yang tidak terkelola sepenuhnya dalam, seperti Tajuk Hijau ini. Kemudian peluang peningkatan jejaring dan rekognisi lebih luas fakultas dengan melibatkan peran dari alumni di berbagai bidang, termasuk dalam pelaksanaan kegiatan kerja sama dengan sektor swasta, pengelolaan dan pengembangan potensi bisnis usaha bidang kehutanan dan lingkungan yang berpeluang diinisiasi bersama.

“Tentu akan bermanfaat buat mahasiswa dan juga alumni yang membutuhkan ketersediaan lapangan kerja. Secara umum tentu kami berharap alumni dapat memunculkan prestasi dan teladan baik yang dapat direkognisi oleh masyarakat agar dapat mencerminkan kualitas layanan yang diperoleh selama menempuh perkuliahan di Fahutan, termasuk menjaga nama baik dan berprestasi untuk marwah almamaternya,” ungkap Rudianto Amirta.

Dahlan Iskan Dorong Mahasiswa Fahutan Jadi Aktivis
Sementara itu, dalam penyampaiannya, Dahlan Iskan menyempatkan diri bernostalgia dengan Sarkowi V Zahry. Menurutnya, kala masih jadi jurnalis, Sarkowi adalah salah satu wartawan andalan Kaltim Post, tempatnya dulu berkarier sebagai jurnalis. Media yang juga sebagian kepemilikan sahamnya dimiliki Dahlan Iskan. Menurutnya, kemampuan menjadi jurnalis, bisa lahir dari berbagai latar belakang keilmuan.

Proses belajar di kampus juga disebut Dahlan Iskan jangan hanya dilewati mahasiswa hanya untuk belajar di ruang kuliah. Menjadi aktivis juga penting, untuk mengasah kepekaan pada lingkungan. Aktivis, diartikan Dahlan Iskan sebagai bentuk kepedulian dan kemampuan memperjuangkan ide, khususnya bagi mahasiswa pada lingkungan terdekatnya.

“Mahasiswa yang baik itu harus terus belajar, asah itu dengan belajar berorganisasi dan menjadi aktivis. Bagi kemajuan Kaltim, hanya orang Kaltim yang bisa melakukannya. Yakin bahwa tidak ada orang di Jakarta yang benar-benar mau memikirkan tentang Kaltim, kalau bukan orang dari Kaltim sendiri,” ungkapnya.

Dahlan Iskan pun menceritakan kemarahannya ketika ada pandangan orang Jakarta selalu lebih hebat dari orang di daerah. Baginya, tidak ada beda antara masyarakat di pelosok maupun Jakarta. Bahkan saat memulai jadi wartawan di Samarinda pada era 1980-an, Dahlan selalu marah saat ada wartawan dari Jakarta yang sangat mudah ketemu dengan Gubernur Kaltim, sementara wartawan di Samarinda selalu kesulitan.

“Padahal kualitas berita yang disajikan juga biasa-biasa saja. Saya sangat marah kalau ada perlakuan yang berbeda untuk orang dari Jakarta. Ini harus diberantas, jangan sampai ada pandangan setiap yang dari pusat selalu lebih baik. Dan Anda (peserta) juga gak boleh berpandangan yang dari Jakarta lebih selalu lebih hebat,” ungkap Dahlan.

Bagi Dahlan Iskan, potensi besar yang dimiliki Kaltim, harus ikut dikawal. Apa yang dilakukannya di Tenggarong Seberang dengan membangun pembangkit listrik, adalah bagian dari “pemberontakan” di bidang energi.

“Kaltim itu punya semua potensi. Saya bangun pembangkit listrik adalah upaya pemberontakan, karena saat itu Kaltim yang punya banyak sekali sumber daya, tapi masih krisis listrik. Jadi bukan karena semata karena urusan bisnis. Bahkan saya bangun itu awalnya tanpa izin,” lanjut pria yang mengaku telah berusia 71 tahun itu.

Bagi lelaki yang pernah menjabat Menteri BUMN di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu, Kaltim harus diperjuangkan sendiri oleh masyarakatnya. Alur itu juga hanya bisa diasah lewat aktivitas para cendekiawan yang dilahirkan oleh kampus.

“Karena itu, saya menitipkan pesan, mahasiswa jangan hanya bangga dengan nilai-nilai ujian yang bagus. Tapi asah juga kepekaan dengan menjadi aktivis. Saya sangat terharu karena Anda semua mau meluangkan waktu belajar, meski itu di hari Minggu, yang seharusnya bisa dimaksimalkan untuk bersantai. Dan ini adalah bibit-bibit aktivis yang baik, karena mau mengasah kemampuan di luar jam kuliah,” ungkap Dahlan yang disambut tepuk tangan peserta yang memenuhi Ruang Merbau, Fahutan Unmul.

Pelaksanaan kegiatan yang berlangsung 27-28 Agustus 2022 itu pun tidak hanya berakhir di ruangan. Ferdiansyah Yunus, Ketua Panitia menyebut, akan ada tindak lanjut dari kegiatan ini. Nantinya, peserta akan terus mendapat pembinaan dari para mentor. Maklum, waktu dua hari yang tersedia dianggap sangat singkat untuk peserta bisa mengaplikasikan semua materi.

“Kami akan terus mengawal hasil dari kegiatan ini. Nantinya, minimal peserta akan bisa sampai fase mahir menulis artikel, membuat karya foto atau video, dan juga bisa memproduksi karya jurnalistik yang sudah sesuai kaidah pemberitaan,” tutur Ferdiansyah Yunus. (kk)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti