BONTANG – Cerita anak Burung Kuntul Pemberani yang ditulis oleh Muthi’ Masfu’ah dengan nama asli Yattini adalah suatu karya untuk upaya pelestarian budaya dan kearifan lokal untuk kota Bontang.
Cerita dengan tokoh Burung Kuntul yang masuk dalam 250 pemenang cerita anak Gerakan Literasi Nasional tahun 2024 ini, terpilih dari seleksi 1.500 lebih peserta sayembara menulis cerita anak yang diadakan Kementrian Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa tahun 2024 dan sedang proses dibukukan.
Menyajikan buku yang bermutu dan mengangkat kebudayaan serta arifan lokal daerahnya, untuk Muthi sebagai penulis yang telah menulis 33 buku solo dan meraih berbagai penghargaan/juara guru inovasi kreatif dan juara kepenulisan tingkat Kaltim dan Nasional, menjadikan menulis sebagai peran strategis dalam mencerdaskan anak-anak Indonesia.
Adapun sinopsis dari cerita Burung Kuntul Pemberani yang merupakan salah satu dari tiga karya buku Muthi Masfuah, yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa tahun 2024.
Buku ini berkisah tentang burung Kuntul putih yang kecil merasa sedih karena ia berukuran lebih kecil daripada burung-burung lainnya yang hidup di hutan Mangrove Saleba. Ukurannya yang kecil sering kali dijadikan bahan ejekan dari burung-burung yang lain.
Burung Kuntul putih yang kecil tidak punya teman, ia sering menyendiri karena burung-burung lainnya enggan bermain bersama, mencari makan, bahkan tinggal berdekatan pun mereka menjauh dari burung Kuntul putih.
Suatu hari, di hutan Mangrove akan diadakan lomba memasak Gammi Bawis yang merupakan makanan khas terbuat dari ikan Bawis dan sambal yang dibakar di atas cobek. Semua burung-burung penghuni hutan Mangrove Saleba bersuka cita ikut lomba memasak.
Burung Enggang pemenang lomba memasak tahun lalu ikut serta dan ia yakin akan memenangkan lomba memasak lagi. Burung Enggang menyombongkan diri di depan burung Kuntul putih.
Saat lomba tiba, peserta mulai memasak menu yang telah ditetapkan panitia. Waktu yang disediakan panitia untuk memasak adalah satu jam. Ketika semua peserta asyik memasak, terdengarlah suara burung Enggang panik dan menangis. Rupanya ia lupa membawa ikan Bawis yang akan di masak. Untuk pulang dan mengambil ikan di rumahnya cukup jauh jaraknya juga burung Enggang tidak bisa terbang cepat. Karena badannya yang gemuk.
Burung-burung lain tak dapat menolong karena juga bertubuh besar dan tidak gesit terbang.
Karena iba, burung Kuntul putih kecil menawarkan diri membantu burung Enggang. Burung Kuntul secepat kilat terbang mengambil ikan Bawis yang masih ada dirumahnya dan jarak rumahnya tidak jauh dari tempat lomba.
Burung-burung bertepuk tangan ketika burung Kuntul tiba membawa sekantung ikan Bawis. Burung Enggang malu dan meminta maaf karena telah meremehkan burung Kuntul putih. Saat pengumuman lomba, burung Kuntul memenangnya.
Semua bersorak bahagia, juga burung Kuntul kecil dan burung Enggang. Sejak saat itu, burung Kuntul putih tidak di-bully lagi. Mereka bersahabat dengan damai. (*)
Editor : Nicha R