Roda kepemimpinan Kota Bontang segera beralih dari Wali Kota Neni Moerniaeni ke Basri Rase, yang sebelumnya mendampingi Neni sebagai Wawali. Banyak pencapaian yang dihasilkan pasangan Neni-Basri, selama keduanya menjabat periode 2016-2021. Berikut catatannya yang disajikan secara bersambung.
Wabah dunia Covid-19 menjadikan 2020 sebagai tahun terberat, dibanding 4 tahun sebelumnya saat mereka menjabat sebagai kepala daerah. Berbagai program pembangunan Pemkot Bontang yang sudah disusun lewat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2016-2021, terpaksa disesuaikan untuk mendukung kebijakan pemerintah pusat dalam menangani pandemi Covid-19.
“Dengan sinergi yang baik antara seluruh komponen masyarakat dan pemerintahan pusat serta Pemprov Kaltim, pembangunan Bontang pada tahun 2020 tetap berjalan dengan baik walau dalam tekanan dampak penyebaran Covid-19 yang hingga kini masih kita rasakan,” Kata Neni saat membacakan laporan keterangan pertanggungjawaban (LKPJ) Wali Kota Bontang yang disampaikan pada rapat paripurna DPRD Bontang, awal Maret 2021.
Dengan segala keterbatasan yang ada, visi pembangunan Neni-Basri dalam RPJM yakni “Menguatkan Bontang sebagai Kota Maritim Berkebudayaan Industri yang Bertumpu pada Kualitas Sumberdaya Manusia dan Lingkungan Hidup untuk Kesejahteraan Masyarakat” berhasil terus dijalankan.
Hasilnya, tingkat pertumbuhan ekonomi Kota Kontang, tanpa memasukan peran industri pengolahan migas dan sektor pertambangan, di tahun 2020 masih mengalami pertumbuhan positif sebesar 2,38%. Tingkat pertumbuhan ini mengalami penurunan dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan pada tahun 2019 yang tercapai sebesar 6,64%.
Sebaliknya, tingkat pertumbuhan ekonomi dengan migas masih tumbuh negatif mencapai -2,76 pada tahun 2020 yang sebagian besar disebabkan oleh penurunan peran industri pengolahan migas dan sektor pertambangan. “Tingkat pertumbuhan negatif ini juga dialami seluruh kabupaten/kota di Kalimantan Timur,” jelas Neni. (red2/adv)