spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Catatan LKPJ Wali Kota Bontang 2020 (28): Dari 3.886 Kelahiran Hanya 4 Kasus Kematian Ibu

BONTANG – Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bontang selama tahun 2020 melaksanakan 22 program pokok dan 8 program penunjang, serta 161 kegiatan bidang kesehatan. Alokasi dana untuk urusan kesehatan pada tahun anggaran 2020 yaitu sebesar Rp.199.216.822.181,00 dengan realisasi keuangan sebesar Rp. 186,501,368,908.79 atau 93,62% dan realisasi fisik sebesar 97,62%.

Tabel 3.3.
Realisasi Indikator Kinerja Utama Urusan Kesehatan Tahun 2020

Berdasarkan tabel di atas, capaian indikator Persentase Tempat-Tempat Umum (TTU) yang memenuhi syarat mengalami peningkatan 6,8 % dari target yang ditetapkan yaitu 90% dan terealisasi sebesar 96,8%. Berdasarkan Inspeksi Kesehatan Lingkungan pada tahun 2020 terdapat 335 TTU yang memenuhi syarat dari jumlah TTU seluruhnya yang dilakukan Inspeksi Kesehatan Lingkungan yaitu 346 TTU. Hal tersebut disebabkan pemantauan TTU telah dilakukan oleh Puskesmas di awal tahun sebelum adanya pembatasan kegiatan luar gedung selama masa Pandemi Covid-19.

Capaian indikator Persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat/memiliki sertifikat mengalami penurunan yang signifikan dari target menjadi 38,3%. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Bontang terdapat 166 TPM yang memenuhi syarat dan bersertifikat dari jumlah 433 TPM yang memenuhi syarat. Hal ini disebabkan kondisi Kejadian Luar Biasa (KLB) Covid-19 yang mengakibatkan adanya pembatasan aktivitas di luar gedung yaitu visitasi TPM oleh tim Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota Bontang.

Sedangkan indikator Angka Harapan Hidup (AHH) penduduk Kota Bontang tahun 2020 adalah sebesar 74,18% melebihi target yang ditetapkan. AHH merupakan salah satu dimensi dasar pembangunan manusia khususnya di bidang kesehatan yang diharapkan dapat mencerminkan “lama hidup” sekaligus “hidup sehat” dalam masyarakat. Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang selama hidup. Penghitungan Angka Harapan Hidup melalui pendekatan tak langsung (indirect estimation).

Jenis data yang digunakan adalah Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup (AMH). Angka Harapan Hidup yang digunakan untuk menghitung bersumber dari data Sensus Penduduk dan proyeksi penduduk yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Peningkatan Angka Harapan Hidup mencerminkan keberhasilan Pemerintah Kota Bontang khususnya pembangunan di bidang kesehatan yang ditandai dengan peningkatan kondisi sosial ekonomi penduduk, derajat kesehatan masyarakat dan lingkungan.

Capaian indikator Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 kelahiran hidup tahun 2020 mengalami peningkatan yang signifikan dari target menjadi 103 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Bontang terdapat 4 kasus kematian ibu dari jumlah 3.886 kelahiran hidup. Kematian ibu tersebut karena adanya penyebab tidak langsung (penyakit tidak menular sebanyak 3 kasus kematian) dan penyebab langsung (hemoraghic post partum sebanyak 1 kasus kematian).

Tindak lanjut yang harus dilakukan dalam menekan kasus kematian ibu adalah pemberdayaan masyarakat secara dini bagi Wanita Usia Subur (WUS) termasuk calon Pasangan Usia Subur (PUS) melalui pemberian edukasi kesehatan reproduksi pada PUS, calon pengantin dan remaja putri, penyetaraan standar pelayanan kesehatan pada ibu hamil, bersalin dan nifas di fasilitas kesehatan, dan pemenuhan sarana prasarana kegawatdaruratan obstetri, maternal dan neonatal.

Kondisi saat ini hanya terdapat 2 rumah sakit dari total 5 rumah sakit yang memenuhi standar Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) yaitu RSUD Taman Husada dan Rumah Sakit Pupuk Kaltim. Selain itu, perlu penggerakan peningkatan kelas ibu hamil di kelurahan/ Puskesmas serta melakukan edukasi suami siaga.

Capaian indikator Angka Kematian Bayi (AKB) mengalami peningkatan menjadi 13 per 1.000 kelahiran hidup dari target yang ditetapkan. Berdasarkan data tahun 2020, terdapat 53 kasus kematian bayi yang terlaporkan, terdiri dari kematian neonatal (berumur 0-28 hari) sebanyak 44 kasus dan kematian post natal (berumur 29 hari – 11 bulan) sebanyak 9 kasus dari jumlah 3.886 kelahiran hidup yang disebabkan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), asfiksia, penyakit bawaan (kelainan kongenital), pneumonia, kelainan saluran cerna dan lain-lain.

Oleh sebab itu, perlu dilakukan peningkatan kesadaran ibu hamil, keluarga dan masyarakat terhadap resiko kematian bayi serta pemenuhan sarana prasarana kegawatdaruratan neonatal yang sampai saat ini hanya terdapat di RSUD Taman Husada dan Rumah Sakit Pupuk Kaltim yang memiliki ruang perawatan Neonatal Intensive Care Unit (NICU).

Capaian indikator Prevalensi Balita Gizi Kurang/Underweight (BB/U) mengalami peningkatan yang cukup signifikan menjadi 10,56% dari target yang ditetapkan. dan belum mencapai target yang ditetapkan. Pada tahun 2020 terdapat 774 balita gizi kurang dari total 7.328 balita seluruhnya yang ditimbang. Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: kemiskinan, kurangnya akses air bersih dan sanitasi, praktik pengasuhan anak yang kurang tepat dan/atau konsumsi makanan bergizi yang rendah.

Tindak lanjut yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah Pemberian
Makanan Tambahan (PMT) bagi ibu hamil Kekurangan Energi Kronis (KEK), edukasi bagi ibu hamil terkait manfaat zat besi (FE) selama kehamilan, peningkatan pelayanan ANC pada fasilitas kesehatan sesuai standar dengan pembinaan oleh Dinas Kesehatan secara berkala, memaksimalkan pelayanan kelas ibu hamil, penyuluhan calon pengantin serta edukasi tentang pola asuh dan pola makan yang sesuai dengan usia balita.

Capaian indikator Insiden Rate (IR) DBD mengalami peningkatan yang signifikan dari target yang ditetapkan yaitu 78,46 dan terealisasi sebesar 148,46 per 100.000 penduduk. Pada tahun 2020 terdapat 269 kasus DBD dari total penduduk sebanyak 181.182 jiwa. Kota Bontang merupakan salah satu daerah endemis demam berdarah, dimana angka IR DBD cenderung meningkat yang dapat disebabkan adanya perubahan iklim yang berpengaruh terhadap kehidupan vektor, faktor perilaku dan partispasi masyarakat yang masih kurang dalam kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) serta faktor pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan mobilitas penduduk yang diiringi oleh peningkatan sarana transportasi yang menyebabkan penyebaran virus DBD semakin mudah dan semakin luas.

Berdasarkan Analisis Iklim dan Kasus DBD di Provinsi Kalimantan Timur yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 2016, diketahui bahwa iklim tidak berpengaruh terhadap kasus DBD akan tetapi dipengaruhi oleh faktor lain misalnya kebersihan lingkungan. Adapun tindak lanjut yang dilakukan untuk penurunan kasus DBD yaitu meningkatan kesadaran masyarakat untuk melakukan 3M (Menguras dan Menutup penampungan air dan Mengubur barang bekas tempat perkembangbiakan nyamuk DBD), Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta menyebarkan bakteri thuringensis israilensis (bio larvasida) yang rencana akan dilaksanakan pada tahun 2021. (adv)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
Html code here! Replace this with any non empty raw html code and that's it.