Penyebaran virus corona bisa terjadi kapan saja, di mana saja, dan melalui media apa saja. Salah satunya melalui media kertas. Untuk itu, DPK Bontang membuat kebijakan “isolasi” buku dan memaksimalkan perpustakaan digital sebagai upaya mengantisipasi penyebaran Covid-19.
Buku-buku disusun di rak khusus. Tak langsung dikembalikan ke rak baca. Dibiarkan selama seminggu sejak dikembalikan pemustaka. Pustakawan memberikan kode tanggal masa isolasi. Karena khawatir basah dan rusak, buku-buku itu tak disemprot cairan disinfektan. Hanya diangin-anginkan. Usai masa isolasi selesai, buku-buku itu baru dikembalikan ke rak baca semula.
Itulah sekelumit penerapan kebijakan “isolasi” buku yang merupakan inovasi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Bontang di masa new normal ini sebagai upaya antisipasi penyebaran Covid-19. Mengingat, kertas merupakan salah satu media penyebaran Virus Corona. Bahkan berdasarkan penelitian, virus tersebut dapat bertahan lama hingga 120 jam atau 5 hari lamanya.
“Karena yang meminjam banyak orang, sehingga kami tidak tahu apakah mereka membawa virus atau tidak. Untuk itu kami diamkan dulu selama beberapa waktu di rak khusus,” ujar Usman, Kabid Perpustakaan DPK Bontang belum lama ini.
Selain kebijakan “isolasi” buku, di masa pandemi Covid-19 saat ini DPK Bontang juga menerapkan pelayanan membaca online berbasis aplikasi, bernama iBontang. Perpustakaan digital tersebut kembali dimaksimalkan untuk para pemustaka. Diketahui, aplikasi iBontang sudah diluncurkan sejak 2018 lalu bekerjasama dengan PT Woolu Aksaramaya.
Sejumlah koleksi buku digital pun telah tersedia bagi para pemustaka. Mereka cukup mengunduh aplikasi ini di Google Play, lalu bisa memilih buku mana yang akan dipinjam. Sehingga tak perlu repot datang ke Kantor DPK. “Lewat iBontang ini, kami berharap bisa hadir dan memberikan pelayanan ke rumah-rumah pemustaka,” ungkapnya. Usman menyebut, pihaknya akan berusaha semaksimal mungkin menambah jumlah koleksi buku di iBontang setiap tahunnya. Sehingga koleksi yang dimiliki DPK di aplikasi iBontang bisa semakin banyak.
Inovasi lainnya, DPK Bontang turut membatasi jumlah kunjungan per harinya ke perpustakaan. Jika di situasi normal bisa menampung hingga 100 orang, di masa pandemi saat ini dibatasi hanya 50 orang. Lokasi baca pun hanya difokuskan di lantai II dengan sirkulasi udara yang cukup dan telah diberi kode untuk saling menjaga jarak. “Kami juga siapkan aplikasi OCAS (Online Catalog A Services) bagi pemustaka yang ingin mencari koleksi dan judul buku. Ini agar mengurangi lamanya pemustaka mencari buku,” jelasnya.
Selain mengatur jarak para pemustaka yang berkunjung, DPK Bontang juga menyiapkan sarana cuci tangan di depan pintu kantor. Setelah itu, dilakukan pengecekan suhu tubuh. Apabila suhu badan tinggi, maka tidak diperkenankan untuk masuk oleh petugas keamanan. Selama melayani pemustaka, pustakawan juga dibekali masker dan face shield untuk sarana Alat Pelindung Diri (APD). Penyemprotan disinfektan pun juga sudah dilakukan DPK Bontang untuk memberikan rasa aman bagi setiap orang yang datang ke perpustakaan. (bambang)