spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Bu Mei dan Kajari Berau

Catatan Rizal Effendi

MANTAN Pj Sekdaprov Kaltim Dr Meiliana unik juga. Dia  sangat akrab dengan pejabat kejaksaan. Mulai Jaksa Agung ST Burhanuddin sampai jajaran di bawahnya. Misalnya dengan Kajati Kaltim Hary Setiyono sampai para kepala kejaksaan di kabupaten/kota.

Bu Mei, panggilan akrab Meiliana sudah lama kenal Burhanuddin sebelum dia menjadi Jaksa Agung. Mereka pernah bersama-sama mengikuti program Pendidikan dan Latihan Kepemimpinan (Diklatpim) I bagi pejabat Eselon I.

Hubungan itu berlanjut  sampai sekarang. Bahkan ada rencana dalam waktu dekat ini Jaksa Agung mau ke Maratua, pulau wisata cantik di Kabupaten Berau. Kebetulan Bu Mei menjadi ketua Tim Pelaksana Percepatan Kerjasama Pengembangan Strategis Kepariwisataan Kepulauan Maratua. “Senang sekali jika Pak Jaksa Agung datang ke sana,” katanya bersemangat

Kedatangan Jaksa Agung tentu membawa berkah buat Maratua. Setidaknya dari aspek promosi. Karena Maratua dikenal sebagai salah satu destinasi wisata laut yang menarik tidak saja bagi Indonesia, tapi juga dunia. Juga penguatan program Maratua yang dikembangkan mengikuti program ekonomi biru (blue economy).

Maratua yang memiliki luas daratan 384,36 km2 dan lautnya 3.735,18 km2  adalah salah satu dari 31 gugus pulau di  Kepulauan Derawan. Dikenal sebagai habitat  penyu bertelur.  Ini salah satu pulau terluar di wilayah Kaltim yang berbatasan dengan Filipina Selatan dan Sabah, Malaysia Timur.

Ada sekitar 5 ribu warga atau 1.000 kepala keluarga menghuni pulau tersebut. Umumnya dari suku Bajau, yang memang jago melaut dan mencari ikan. Mereka mendiami 4 kampung, yaitu Bohe Silian, Payung-payung, Teluk Harapan, dan Teluk Alulu.

Saya sudah pernah ke sana beberapa kali. Ada sejumlah resort dan cottage yang eksklusif di sana. Di antaranya Maratua Blue Resort, Arasatu Villas & Sanctuary, Pratasaba Resort, Green Nirwana, Payung-Payung, Borneo Cottage Teluk Harapan, Sienna Resort,  Noar Maratua Resort, Teluk Harapan Bohe Bukut dan Virgin Cocoa Island.

Resortnya sebagian menjorok ke laut (floating cottage). Jadi kalau kita menginap di sana, luar biasa keindahan yang kita reguk dan alami. Apalagi air lautnya sangat bening. Rasanya kaya berenang  di pulau surga. Sesuatu yang tidak mudah kita dapatkan di tempat lain.

Kalau Jaksa Agung ST Burhanuddin suka  snorkeling dan diving, Maratua salah satu surganya. Di sana ada 30 titik penyelaman dengan berbagai macam keunikan. Di antaranya Jetty Dive Spot, yang memberi suguhan pemandangan jenis biota bawah laut seperti ikan buaya, harlequin shrimp, kawanan ikan mandarin, gurita biru sampai terumbu karang raksasa.

Atau ke Eel Garden, lokasi penyelaman yang menjadi markasnya habitat belut laut dan ikan tuna spanyol. Terbentang di sepanjang  dasar laut berpasir dan dikelilingi oleh terumbu karang aneka warna.

Kalau berani dan sudah berpengalaman, bisa ke titik The Channel. Di situ kita bisa berenang di antara belasan hiu berbahaya seperti hiu moncong putih, hiu abu-abu dan hiu martil. Kalau saya suer tak punya adrenalin. Menyelam saja megap-megap. Meski pernah diving ke Bunaken, Manado.

Bu Mei dengan latar belakang salah satu resort di Maratua.
Pratasaba Resort yang indah di waktu malam.

MEMBUKA JALUR BARU

Akses ke Maratua relatif lancar. Meski perjalanannya cukup panjang. Kalau dari Jakarta atau daerah lain terbang dulu ke Samarinda atau Balikpapan. Lalu meneruskan perjalanan lewat udara lagi ke Tanjung Redeb, ibu kota Kabupaten Berau. Dari sini bisa langsung ke Maratua lewat jalur laut selama tiga jam atau jalan darat dulu ke Tanjung Batu selama dua jam, baru nyeberang ke Maratua.

Di Pulau Maratua sudah ada bandar udara (bandara)  dengan runway sepanjang 1.600 meter. Ini dibangun pada era Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak tahun 2015. Presiden Jokowi secara resmi membuka bandara tersebut pada 25 Oktober 2018.  Bandara ini bisa didarati pesawat jenis ATR-72 atau Cessna.

Awalnya ada penerbangan reguler  dari Balikpapan ke Maratua dengan pesawat ATR72-600. Tapi karena terbatasnya penumpang, maka jalur itu tidak berumur panjang. Belakangan ada penerbangan Susi Air ke sana, yang mampu bertahan sampai sekarang.

Ketika terbang ke Maratua pekan lalu, Bu Mei sempat bertemu Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Berau Hari Wibowo. Ternyata Kajari punya semangat ikut mengembangkan Maratua, yang terus diperjuangkan Bupati Berau Hj Sri Juniarsih Mas sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) pariwisata.

Kepada Bu Mei, Kajari menyatakan dukungannya untuk segera bisa dibuka penerbangan komersial dari Bandara Kalimarau di Teluk Bayur, Tanjung Redeb ke Bandara Maratua. “Biar arus wisatawan ke Maratua lebih lancar lagi,” tambahnya.

Kajari bilang Citilink sudah berminat. “Selanjutnya akan dilakukan pembahasan lebih konkret antara Pemkab Berau dan manajemen Citilink dengan melibatkan Kepala Bandara Kalimarau dan Maratua,” ujarnya.

Dia yakin jika jalur udara dari Tanjung ke Maratua sudah terbuka, maka arus wisatawan lebih meningkat lagi. “Jadi moda transportasinya sudah lengkap. Bisa langsung lewat laut, darat ditambah lagi udara,” tambahnya.

Hari menjelaskan, apa yang dia lakukan sejalan dengan amanah yang diberikan Jaksa Agung ST Burhanuddin kepadanya. Selain menjalankan tugas utamanya sebagai aparat penegakan hukum, tetapi juga dapat membantu dan mendukung pemerintah daerah mengatasi berbagai persoalan pembangunan seperti pengembangan sektor pariwisata dan transportasi udara.

Bu Mei mengungkapkan, dia lagi memantapkan program ekonomi biru Maratua dengan bekerjasama Pemerintah Seychelles, yang sudah berpengalaman. Dubes Seychelles Nico Barito sudah pernah ke sana. Sebelum mengakhiri masa jabatannya akhir September lalu, Gubernur Isran Noor sempat menandatangani finalisasi program tersebut “Kalau lancar, Kaltim dan Berau akan mendapat dana karbon ekonomi biru, seperti yang sudah diterima Kaltim lewat hutan,” jelasnya. (*)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti