Oleh: Kusno Yuli Widiati
Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman
Pada Seminar Nasional Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia (Mapeki) VIII saya berkolaborasi dengan Agus Susanto menulis tentang laban yang memiliki nama ilmiah Vitex pubescens Vahl berasal dari famili Lamiaceae yang berasal dari Asia bagian selatan dan timur.
Di Indonesia, laban banyak ditemukan di beberapa daerah seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Kayu laban termasuk kedalam jenis kayu yang kuat dan tahan lama. Kayu laban juga dapat bertahan di kondisi lembab karena memiliki daya tahan yang baik terhadap air.
Berdasarkan sifat fisika dan mekanikanya, maka kayu Laban (Vitex pubescens Vahl) termasuk dalam klasifikasi kayu sangat kuat dan termasuk kelas kuat I, sehingga kayu Laban (Vitex pubescens Vahl) dapat dimanfaatkan sebagai pengganti kayu-kayu yang telah terlebih dahulu dikenal seperti ulin (Eusideroxylon sp).
Namun pada umumnya, kayu laban dimanfaatkan sebagai kayu bakar atau arang karena menghasilkan aroma khas dan dipercaya dapat meningkatkan citarasa makanan. Dari hasil penelitian Dhandy Abdurrasyid Widarto (2023) pada lima pasar besar di Samarinda (Segiri, Pagi, Sungai Dama, Rahmat, Ijabah) kalori yang dihasilkan dari arang bongkahan yang dijual antara 6500-7000 kal/g. masuk standar SNI 01-6235-2000.
Di daerah Kalimantan Selatan, masyarakat memproduksi arang dari kayu laban. Setiap bulannya mampu menghasilkan 15-25 ton untuk bahan bakar memasak yang dipasarkan di beberapa wilayah seperti Banjarmasin, Banjarbaru, Martapura, dan wilayah lainnya. Begitu juga rata-rata pasar di Samarinda menyediakan arang dari kayu laban.
Terdapat hasil produksi arang kayu laban di Samarinda, Kalimantan Timur yang dikelola PT Masa Genah Group yang telah melakukan ekspor perdana arang kayu halaban pada tahun 2021 hasil bermitra dengan BUMDes ke Kanada dari Terminal Peti Kemas (TPK) Palaran, Kota Samarinda.
Selama ini masyarakat memproduksi atau menjual arang biasa, jadi nilai jualnya cenderung rendah dan mudah remuk. Selain itu jika dipakai untuk pemanggangan, asap dan abunya lumayan banyak serta harus sering dikipasi karena baranya cepat padam.
Pengrajin arang masih jarang yang memproduksi briket arang, meskipun sebenarnya pembuatan briket arang cukup mudah. Untuk membuat briket arang kayu, langkah yang diperlukan adalah: 1) Siapkan bahan baku, seperti serbuk kayu atau arang yang kering, 2) Jika masih berupa serbuk kayu, harus dibuat arang dulu dengan proses panggangan selama 6–7 jam, 3) Setelah menjadi arang, tumbuk hingga halus. Selanjutnya diayak, 4) Campurkan arang dengan perekat, seperti tepung tapioka, tepung jagung, atau perekat alami lainnya sebanyak 2-4%, 5) Selanjutnya dicetak, ditekan agar menjadi padat, dijemur supaya briket lebih kering dan tahan lama. Siap dijual.
Kelebihan dari briket arang adalah; 1) Ramah lingkungan: briket arang kayu dapat mengurangi penggunaan bahan bakar non-terbarukan, mengurangi limbah kayu, dan mengurangi polusi udara, 2) Efisien: briket arang kayu memiliki durasi pembakaran yang lebih panjang dibandingkan kayu bakar atau arang biasa, sehingga lebih efisien dan memberikan panas yang lebih stabil, 3) Ekonomis: Briket arang kayu lebih murah dan ekonomis daripada bahan bakar minyak, 4) Tidak beresiko meledak, 5) Mudah disimpan dan diangkut, 6) Bersih dan tidak berbau, 7) Asap sedikit dengan nyala api yang lebih bersih dibandingkan arang biasa.
Kelebihan-kelebihan tersebut sebenarnya merupakan peluang yang besar untuk merebut pasar arang kayu biasa dengan nilai jual lebih agar mampu meningkatkan kesejahteraan pengrajin arang. Namun kenyataannya briket arang masih diproduksi oleh industry sedang dan besar. Di dalam pasar lokal masih sangat jarang ditemukan penjualan briket arang. Jangan sampai briket arang murah juga dikuasai pihak luar.
Yang menjadi pertanyaan, mengapa mereka kebanyakan tetap dengan produk biasa. Permasalahannya berarti bukan terletak pada teknologi yang harus dikuasai karena peralatan dan bahan baku yang diperlukan mudah didapatkan.
Apakah nasib pengrajin arang akan sama dengan petani yang jumlahnya semakin berkurang karena dukungan pemerintah yang setengah hati saat kebijakan diterapkan di lapangan? Pemerintah seharusnya menampung produk mereka dulu pada saat pasar belum siap untuk menyerapnya karena mereka membutuhkan uang untuk makan segera.
Jika mereka menunggu hasil penjualan, keluarga mereka tak dapat berbelanja kebutuhan sehari hari. Jika ada penampungan produk oleh pemerintah dengan harga yang sesuai dengan kerja keras mereka, pengajin arang akan mampu bertahan sehingga lama kelamaan bongkahan arang biasa dengan pelan-pelan menghilang dari pasar.
Konsumen akan dipaksa untuk beralih ke briket arang dan kemudian akan terbiasa. Bukankah selama ini untuk produk produk yang lain juga demikian? Terjadinya pola perubahan konsumsi suatu produk secara alami akan terjadi jika terjadi perubahan dalam penyediaan barang atau jenis produk tertentu.
Setelah terbiasa dikonsumsi sebagai alternatif pengganti bahan bakar minyak atau bahan bakar lainnya, briket arang akan mampu meminimalisir limbah perkebunan, pertanian, kehutananan maupun limbah produk biologis lain selama masih bisa dibuat arang. (*)
Referensi
Pohon Laban: Manfaat Kayu dan Cara Membuat Bonsainya
Kelebihan Arang Briket Dibanding Arang Biasa
Pengaruh Jumlah Tepung Kanji Pada Pembuatan Briket Arang