BONTANG – Kota Bontang saat ini terpilih menjadi salahsatu pilot project program inovasi nyamuk wolbachia, di antara 5 kota yang terpilih lainnya. Namun begitu, seharusnya Kota Bontang menjadi yang pertama menjalankan program ini setelah Jogja apabila tidak terkendala Covid-19 beberapa tahun lalu.
Hal itu diungkapkan Kasi Surveilans, Imunisasi, Wabah, dan Bencana Dinas Kesehatan (Dinkes) Bontang, Adi Permana saat diwawancara usai kegiatan pisah kenang pegawai purna tugas dan mutasi di lingkungan Dinkes Bontang beberapa waktu lalu.
Dikatakan Adi, saat ini Bontang terpilih sebagai 1 dari 5 kota untuk menjalankan program inovasi wolbachia, lantaran Kota Taman, sebutan Kota Bontang merupakan salahsatu kota yang tertinggi kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).
Bahkan Bontang merupakan satu-satunya kota kecil yang terpilih, sementara 4 daerah lainnya merupakan daerah atau kota besar. Seperti Kupang, Bandung, Jakarta Barat, dan Semarang.
“Bayangkan kita hanya punya 3 kecamatan, sementara kota-kota lain yang terpilih memiliki belasan bahkan puluhan kecamatan,” ujar pria yang termasuk pegawai mutasi di Dinkes Bontang ini.
Dijelaskan, seharusnya Bontang menjadi yang pertama setelah Jogja yang menjalankan program ini. Lantaran di tahun 2019 lalu, pihaknya sudah menginisiasi dan seringkali menggaungkan program wolbachia ini sebagai solusi mencegah tingginya kasus DBD.
“Saat itu kebetulan saya melihat World Mosquito Program (WMP) di Yogyakarta. Lalu kami komunikasi secara personal dari pemkot ke pihak mereka. Karena keburu ada pandemi Covid-19, jadi setop rencananya,” bebernya.
Sekarang program ini dan seluruh pendanaannya sudah dicover Kemenkes RI. Namun Dinkes Bontang mensupport kader-kader di lapangan untuk mensukseskan program penanganan DBD ini.
Diketahui, Pada Januari 2014, World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta, yang dulu dikenal dengan Eliminate Dengue Project (EDP) Yogya, telah melepas nyamuk ber-Wolbachia di beberapa komunitas di Yogyakarta, kota padat penduduk yang merupakan daerah endemis demam berdarah. Tujuan pelepasan ini adalah untuk mengembangbiakkan Wolbachia di antara populasi nyamuk lokal sehingga memiliki kemampuan untuk mengurangi penularan demam berdarah pada manusia.
Pelepasan nyamuk ber-Wolbachia dilakukan setelah dua tahun masa persiapan bersama masyarakat dan mendapat ijin dari pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan dukungan masyarakat dan persetujuan pemerintah, kami berharap bisa mengembangkan metode Wolbachia yang murah ini pada skala yang lebih besar di seluruh kota di Indonesia.
WMP Yogyakarta adalah program penelitian bersama dipimpin oleh Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada dan didanai oleh Yayasan Tahija (Tahija Foundation). (al/adv)