TENGGARONG – Peluang budidaya rumput laut mulai dilirik di Kutai Kartanegara (Kukar). Potensinya dianggap menjanjikan, terutama di kawasan pesisir Kukar, seperti Kecamatan Muara Jawa, Samboja, Marangkayu, dan Muara Badak.
Potensi ini mulai digandrungi, terutama oleh para nelayan. Awalnya melaut kini banting setir jadi pembudidaya rumput laut. Salah satu penyebab nelayan beralih profesi karena sulitnya mendapatkan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi jenis solar.
Ditambah adanya fasilitas pendukung di sektor hilir, yakni pembangunan pabrik pengolahan rumput laut di Kecamatan Muara Badak oleh Pemkab Kukar.
Pembangunan pabrik ini ditindaklanjuti dengan kunjungan Wakil Bupati Kukar, Rendi Solihin dan jajaran ke Sulawesi Selatan (Sulsel).Dalam agenda Studi Aplikatif Pemkab untuk pengembangan rumput laut di Kukar. Masing-masing ke perusahaan PT Biota Laut Ganggang (BLG), pengolahan rumput laut di Desa Polewali, Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang. Juga melihat secara langsung potensi budidaya rumput laut Kelurahan Akkajeng, Kecamatan Sajoanging Kabupaten Wajo.
Rendi mengatakan, Kukar memiliki peluang yang sama besarnya, baik potensi maupun pasarnya. Tentu ini dianggap menjadi sumber ekonomi baru bagi masyarakat daerah pesisir.
“Pasar sangat terbuka lebar, kita sudah memiliki pabriknya bahkan potensinya juga ada, tinggal kita berikan pendampingan dan bantuan kepada petani kita agar survive kedepan” ujar Rendi Solihin, Jumat (5/8/2022).
Karena melihat potensi di dua daerah tersebut, perusahaan mampu memproduksi 100-150 ton dalam sehari. Dengan mengolah 7 turunan olahan dari rumput laut untuk kemudian diekspor ke beberapa negara. Sementara peluang budidaya, mampu melibatkan 2 ribu pembudidaya dari 90 kelompok.
Harapan akan peluang yang coba dijajal oleh Pemkab Kukar, cukup sejalan dengan apa yang dirasakan oleh Ramlan, salah satu pembudidaya rumput laut di Desa Salo Palai, Kecamatan Muara Badak, Kukar.
Dia pernah mendapatkan bantuan berupa benih rumput laut sebanyak 150 kilogram (kg) pada 2018, cukup dirasakan manfaatnya hingga saat ini. Bersama 26 orang anggota kelompok pembudidaya rumput laut, dia menggarap rumput laut di lahan seluas 102 hektare (ha).
Hingga saat ini, bantuan yang dibutuhkan berupa pendampingan dalam proses pembudidayaannya. Karena potensi rumput lautnya tak kalah menjanjikan dari Kelurahan Akkajeng, Kabupaten Wajo yang dikunjungi oleh Wabup Kukar, Rendi Solihin. Yakni lahan yang bakal dikembangkan mencapai 12 ribu ha di Kecamatan Muara Badak.
“Menjadi salah satu kemajuan ekonomi pesisir Kukar saat ini dari pengembangan budidaya rumput laut,” ungkap Ramlan.
Berbicara hasil panen, dalam 1 ha lahan, Ramlan mengatakan, mereka mampu menghasilkan 2 ton rumput laut dengan omzet Rp 10 juta sekali panen. Atau keuntungan bersih mencapai Rp 6 juta.
Sejak 2017, tambak yang kerap jebol menjadi kendala budidaya rumput laut di Kecamatan Muara Badak. Namun dalam segi budidaya termasuk lebih mudah ketimbang komoditas laut lainnya.
Selain itu pasar bagi pembeli rumput laut disebutnya turut terjamin. Sebab tanaman bawah air ini adalah komoditi yang di cari pasar internasional. Dimana pelanggan tetap nya dari negara Taiwan, China, Jepang, dan sebagian negara Eropa.
“Rumput laut pemeliharaannya sangat mudah, tidak seperti komoditi laut lainnya,” pungkas Ramlan. (adv/afi)