TENGGARONG – Langit sudah gelap saat sejumlah warga Desa Muara Enggelam, Kecamatan Muara Wis, Kutai Kartanegara, berbondong-bondong menuju pelabuhan desa. Sesampainya di tujuan, satu per satu menaiki ketinting dan bersiap untuk berlayar. Rombongan warga malam itu bermaksud melihat pemutaran film lokal di atas Danau Melintang.
Danau Melintang merupakan danau terbesar di Kukar. Lingkungannya ditinggali masyarakat yang secara administratif masuk Desa Muara Enggelam atau umum disebut Mueng. Kehidupan di wilayah tersebut, semuanya dilakukan di atas air.
Sabtu malam lalu, 27 Maret 2021, aktivitas warga setempat di atas makin beragam seiring pemutaran film di atas Danau Melintang. Penayangan film tersebut menyedot bukan hanya muda-mudi setempat, tapi juga para warga yang membawa serta keluarganya.
Film lokal yang ditayangkan malam itu ditampilkan melalui proyektor yang mengarah ke kain putih berukuran 5×3 meter. Membentang di tiang penyangga di tepi pelabuhan. Sepasang film disiapkan untuk dipertontonkan kepada warga.
“Filmnya berjudul Duduk Sorangan dan Guru Beru,” sebut David Richard sang sutradara kedua film tersebut, kepada kaltimkece.id, jejaring mediakaltim.com.
Pemutaran film di tengah danau tersebut merupakan yang pertama kali di Kukar. Para penontonnya pun menikmati sajian sinema dari atas air dengan menumpangi perahu.
Mengambil Danau Melintang sebagai lokasi pemutaran film rupanya bukan tanpa sebab. Di kawasan itulah David Richard melakukan pengambilan gambar untuk film yang diproduksinya. Film pendek tersebut mengangkat genre sosial, edukasi, serta kearifan budaya Kukar. Termasuk mengangkat kondisi geografisnya yang penuh keunikan.
David yang merupakan jebolan jurusan film dan televisi Institut Seni Indonesia Yogyakarta, sangat terbantu peran Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskomnfo) Kukar, berikut Pemerintah Desa Mueng, serta warga setempat, dalam produksi film tersebut. “Sebagai apresiasi, cuplikan film yang diproduksi kami perlihatkan perdana kepada warga,” ucap David.
Selain sebagai apresiasi, pemilihan Danau Melintang sebagai lokasi pemutaran film juga lahir dari keinginan menampilkan film dengan cara berbeda. “Penikmat filmnya menumpangi perahu dan berlokasi di Danau Melintang,” imbuhnya.
David berharap dari kegiatan tersebut bisa menambah daya tarik wisatawan berkunjung ke Mueng. Sehingga para pelancong tak hanya ditawarkan keindahan Danau Melintang, melainkan juga sarana hiburan lain yang terdapat di desa tersebut.
Dari pelaksanaan ini, menggandeng pemerintahan kabupaten dan desa, serta bekerja sama dengan komunitas film Kaltim, David berencana membuat festival film tahunan dari lokasi tersebut. Turut mengusung misi meningkatkan pariwisata di desa tanpa daratan itu. Untuk memperkenalkan Danau Melintang dan Desa Mueng ke khalayak yang lebih luas, film pendek tersebut juga direncanakan mengikuti festival film nasional dan internasional.
PERKENALKAN POTENSI MUARA ENGGELAM
Kepala Desa Muara Enggelam, Juhar, menyebut bahwa pemutaran film malam itu merupakan kerja sama dari pemerintah desa, Diskominfo Kukar, dan East Film Borneo. Tak ketinggalan warga setempat yang ikut berkontribusi.
Setelah keberhasilannya, bioskop terapung direncakan pemerintah desa menjadi agenda tahunan. Sehingga bisa menjadi hiburan dan inspirasi bagi penduduk desa tengah danau seluas 10 ribu hektare tersebut, yang mayoritas penduduknya berprofesi nelayan.
Menurut pria 63 tahun tersebut, kehadiran bioskop terapung bakal membuat masyarakat kian mengenal potensi wisata di Muara Enggelam. Termasuk akan keberadaan warganya yang masih tinggal di atas rakit.
“Adanya film berlokasi di Muara Enggelam, semoga bisa membawa manfaat besar bagi warga setempat,” pungkasnya. (kk)