SAMARINDA – Belakangan ini, bisnis kopi sedang menjamur di Kota Samarinda. Dari angkringan, kedai biasa, hingga coffee shop mewah tumbuh setiap tahun seiring dengan perkembangan pasar kopi.
Namun, apalah arti secangkir kopi tanpa cerita tentang si pembuatnya. Barista, begitu sebutan untuk orang di balik bar sekaligus peracik kopi.
Di antara sekian banyak barista, ada sosok Faisal Nor Halim yang cukup dikenal di dunia kopi Samarinda. Pria ini selalu menyapa pelanggannya dengan kehangatan, murah senyum, serta tak pernah segan meminta pendapat tentang kopi buatannya. Tak heran jika ia dikenal sebagai pribadi yang ramah.
Halim, sapaan akrabnya, kini bekerja di EJ 33 Coffee, Jalan M. Yamin, Samarinda, setelah sebelumnya menimba pengalaman di berbagai tempat, termasuk di Kota Malang, Jawa Timur.
“Tertarik pada kopi sebenarnya berawal dari gengsi, melihat teman-teman setongkrongan pesan kopi, kelihatan keren,” ungkapnya.
Meski awalnya bekerja sebagai juru masak di sebuah outlet burger pada 2019, tren kopi yang sedang naik daun di Samarinda membuatnya tertarik untuk beralih profesi menjadi barista.
“Setelah mendengar perbincangan mereka, saya memutuskan untuk menjadi barista,” ujarnya.
Halim memberanikan diri memulai karier sebagai barista, mempelajari berbagai metode seduh kopi, salah satunya metode V60. Metode ini, yang ditemukan di Tokyo pada 2004, menggunakan dripper berbentuk V dengan sudut kemiringan 60 derajat dan dianggap mampu mengeluarkan kekayaan rasa dalam secangkir kopi.
Dengan bekal pengetahuan seadanya, Halim terus mendalami metode V60 serta teknik manual brewing lainnya. Hasil pendalamannya mengantarkan dirinya menjadi juara pertama Coffee Battle di Samarinda pada tahun berikutnya.
Kini, Halim sering diminta untuk take over bar di beberapa kedai bersama Mboiz Crafted.
“Sampai sekarang tetap sering ngulik-ngulik kopi, karena memang kalau bicara kopi ini kan tidak ada habisnya,” tutur Halim.
KOPIENAK BUKAN HANYA UNTUK SI AHLI KOPI
Menurut Halim, kopi enak dihasilkan melalui pemahaman mendalam tentang biji kopi, alat, dan metode yang digunakan. Menyeduh kopi bukan sekadar menuangkan air panas pada bubuk kopi, tetapi memerlukan langkah-langkah yang harus diperhatikan.
Halim menekankan pentingnya pemahaman dasar bagi seorang barista untuk menghasilkan kopi yang enak. “Untuk menghasilkan kopi yang enak, fundamental knowledge itu penting. Bukan soal skill saja tapi bagaimana cara mengolah kopi ini,” katanya.
Kopi yang enak, menurut Halim, adalah kopi yang bisa dinikmati oleh semua orang, bukan hanya para ahli kopi. Bagi Halim, tugas seorang barista adalah menjembatani perbedaan selera agar setiap orang dapat menikmati kopi yang disajikan.
TANTANGAN DAN HARAPAN
Bekerja sebagai barista juga memiliki tantangan tersendiri. Dari segi penghasilan, gaji seorang barista di Samarinda mungkin tidak sebesar di kota-kota besar, tetapi Halim tetap teguh karena merasa barista adalah jalan hidupnya.
“Soal gaji di Samarinda memang tidak sebesar di Jakarta. Tapi kembali lagi bagaimana memanfaatkan situasi. Kalau saya sendiri alhamdulillah bisa punya tambah-tambah di luar kedai,” ucap Halim.
Meskipun demikian, Halim tetap optimis melihat tren kopi di Samarinda yang stabil, dan ia berharap agar peluang ini dapat terus dimaksimalkan dengan kerjasama yang baik antara barista, pemilik, dan tim manajemen kedai.
Pewarta: Khoirul Umam
Editor: Agus S