Memiliki keterbatasan, tak menjadi halangan seseorang untuk berprestasi. Seperti dialami Afif Muhammad Mirsa. Alumni Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Bontang yang menyandang tunarungu, ketika masih bersekolah di 2019, pernah meraih prestasi membanggakan sebagai juara ketiga tingkat nasional.
Kisahnya diceritakan dalam program Podcast “Meja Tamu” alias Media-Praja Tatap Muka, yang tayang di kanal YouTube Praja TV Bontang, Rabu (18/8/2021). Program kerjasama antara mediakaltim.com bersama Radio Praja TV, serta didukung Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Bontang.
Mengangkat tema “Guruku, Pahlawanku”, diskusi yang dipandu wartawati Media Kaltim, Annisa Hashifah, menghadirkan guru SLB Negeri Bontang, Fetri Efiawanti Nandatiar dan Abdul Rahman. Sebagai “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” keduanya berbagi kisah selama mengajar Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Di SLB Negeri Bontang, Rahman saat ini mengajar di jenjang SMA kelas X. Di kelasnya, alumnus Universitas Negeri Surabaya jurusan Pendidikan Luar Biasa ini menangani 4 siswa. Dua di antaranya penyandang tunadaksa, sisanya penyandang autis. Sedangkan Fetri, saat ini mengajar di jenjang SMP kelas VIII. Di kelasnya, dia menangani 6 siswa. Satu di antaranya penyandang autis, dan lima lainnya tunagrahita.
Saat mengajar, keduanya menyebutkan metode pembelajaran yang diterapkan berbeda tiap anak. Harus disesuaikan dengan kemampuan tiap anak didik. Bahkan sebelum mengajar, guru harus mengenali karakteristik anak, kekurangan berikut kelebihannya. Hal itu diperlukan untuk merancang program pendidikan anak ke depannya. “Kami fokus pada potensi yang siswa miliki, tidak fokus terhadap apa yang mereka tidak mampu lakukan,” ungkap Rahman.
Sebelum pandemi, berbagai ekstrakurikuler di luar pelajaran akademik difasilitasi pihak sekolah. Di antaranya keterampilan tata boga, tata rias, tata busana, desain grafis, Informasi teknologi (IT), seni musik, pencucian motor, pramuka, kewirausahaan, hingga lomba kesenian siswa. Siswa tinggal memilih keterampilan yang mereka minati. “Misalkan tata boga, mereka juga diajari mengolah makanan, kue, minuman, menjadi produk yang memiliki nilai jual. Kemudian hasil produknya dipajang di galeri kewirausahaan sekolah,” terang Fetri.
Namun pada masa pandemi Covid-19 seperti sekarang, proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) sangat bergantung dari guru. Larangan Pembelajaran Tatap Muka (PTM), membuat mereka harus rutin berkunjung ke rumah siswa (home visit), dan berkoordinasi dengan orang tua siswa memantau perkembangan peserta didik.
Selain menghadirkan dua guru hebat nan inspiratif, di tengah Podcast hadir Afif Muhammad Mirsa (20). Alumni SLB Negeri Bontang 2019 ini pernah menjuarai lomba membuat website, berisi informasi sekolah hingga tingkat nasional di Bandung. Afif yang merupakan penyandang tunarungu, berhasil meraih juara 3. Prestasi dia dapatkan berkat semangat belajar yang tinggi, tidak mudah mengeluh, dan tentunya bimbingan para guru yang merupakan “pahlawan” bagi Afif di tengah keterbatasan yang dimilikinya.
Pada HUT ke-76 RI saat ini, Rahman berpesan kepada orang tua dan masyarakat yang memiliki ABK, agar tidak berkecil hati dengan kondisi yang dialami anaknya. Sebab setiap anak memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Rahman juga berharap, cara pandang masyarakat terhadap ABK “merdeka” dari sesuatu hal negatif. Apalagi sampai aksi perundungan (bullying) dan bahan ejekan. “Karena dapat menurunkan rasa percaya diri (anak) sehingga bisa mengalami disfungsi sosial di masyarakat,” tutup Rahman. (bms)