SAMARINDA – Dampak kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi di Kalimantan Timur semakin meluas. Desa yang belum tersentuh listrik dan mengandalkan genset sebagai penerangan reguler, semakin menderita.
Tak jarang mereka harus rela gelap gulita disaat malam karena kesulitan mendapat BBM itu.
Hal ini menjadi sorotan Ketua Komisi III DPRD Kaltim Veridiana Huraq Wang.
“Pemerintah perlu segera melakukan penanganan terkait kelangkaan BBM bersubsidi ini. Dampaknya sangat signifikan bagi warga desa yang masih bergantung pada genset sebagai penerangan malam hari,” ucap Veridiana, Rabu (29/11/2023).
Apalagi, tak hanya untuk penerangan, warga pedesaan dan perbatasan yang terisolir, butuh BBM bersubsidi sebagai bahan bakar kendaraan mereka.
“kelangkaan itu membuat BBM semakin mahal. Biaya tak sedikit harus mereka keluarkan untuk menikmati listrik,” katanya.
Solusi penggunaan panel tenaga surya, disebutnya bukan solusi terbaik. Karena harganya kurang terjangkau dan butuh penanganan khusus saat musim hujan.
“Warga desa sebagian besar merupakan petani, berkebun, dan nelayan, mengalami ketidakpastian penghasilan. Punya panel tenaga surya hanyalah mimpi,” katanya.
Ia pun berharap pemprov membangun pembangkit listrik tenaga surya atau alternatif lain yang dikelola oleh masyarakat untuk soluysi jangka pendek.
“Mesin dan instalasi jaringan mandiri membuat warga bisa berpartisipasi dalam perawatan melalui iuran bulanan yang disepakati,” paparnya.
Sedangkan untuk solusi jangka panjang, Veridiana berharap perencanaan pembangunan fasilitas PLN dapat masuk program prioritas.
“Mari berikan warga desa pedalaman itu solusi terjangkau dan berkelanjutan demia kebaikan, kemajuan dan kesejahteraan mereka,” tutupnya. (Adv/mk)