spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Berau Coal Gelar Sharing Session Cocoa Talk Kepada Gen Z Terkait Perkembangan Perkebunan Kakao di Kabupaten Berau

TANJUNG REDEB – PT Berau Coal melalui Program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) ikut berpartisipasi dalam kegiatan Berau Expo dengan mendirikan stand dan memamerkan berbagai produk olahan hasil pendampingan petani cokelat di Kabupaten Berau.

Dalam stan tersebut menggelar Sharing Session Cocoa Talk kepada pelajar tingkat Sekolah Menengah Akhir (SMA) dan perguruan tinggi yang diwakili oleh SMKN 1 Berau dan Stipper Berau. Kegiatan ini merupakan bagian dari program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Berau Coal.

CSR tersebut merupakan perkembangan Agri Bisnis dari Berau Cocoa yang dikelola oleh PT Berau Coal dengan menggunakan program dari hulu ke hilir. Dimulai dari penggarapan petani hingga produksi coklat.

Sharing Session Cocoa Talk bertujuan untuk sharing kepada para pelajar dan mahasiswa terkait perkembangan perkebunan Kakao yang dilakukan oleh PT Berau Coal melalui Berau Cocoa.

Issaef Berau Cocoa menyampaikan potensi perkebunan kakao di Berau sangat besar. Maka dari itu, potensi tersebut patut dikembangkan untuk persiapan pada pasca tambang. Agar di Kabupaten Berau memiliki potensi lain secara berkelanjutan untuk dikelola.

“Dengan melahirkan kakao berkualitas meningkatkan harga jualjual, banyak pembeli dan membuka peluang kerja sama dengan banyak pihak,” ucapnya.

Kemudian, berdasarkan trend harga kakao cenderung lebih stabil sebelum tahun 2023. Terbukti harga kakao meningkat 124 persen ditahun 2023. Namun, suplai kakao justru menurun 70 persen dalam satu tahun terakhir.

“Namun, sejak tahun 2019 hingga 2023 luas lahan produksi kakao di Berau terus menurun. Hal ini menyebabkan tingkat produksinya menurun,” ujarnya.

Padahal, Issaef menjelaskan potensi keuntungan dari bertani kakao jauh melebihi Upah Minimun Kabupaten (UMK) Berau. Hal ini ditandai dengan produksi sekarang hanya 500 kg per haktare dengan harga perkilonya mencapai Rp 80 ribu dengan jumlah kentungan pertahun sebesar Rp 40 juta.

”Namun potensinya sangat besar, jumlah produksinya bisa mencapai 1-2 ton per haktare dengan harga perkilonya mencapai Rp 90 ribu dengan jumlah kentungan pertahun sebesar Rp 90-180 juta,” tuturnya.

Untuk pengembangannya tidak dibutuhkan petani yang memiliki usia khusus untuk merawatnya. Baik usia muda maupun tua dapat membudidayakannya.

“Selain itu, lahan dari kakao memiliki kelebihan khusus. Karena kebun kakao kaya akan cadangan karbon dan cocok untuk dikembangkan dengan banyak jenis tanaman,” jelasnya.

Program inovasi pemberdayaan terintegrasi dari hulu ke hilir yang bertujuan mewujudkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan petani melalui kemandirian ekonomi dengan budidaya coklat.

Kemudian, dirinya menjelaskan program Agribisnis dari Hulu yang dilakukan melalui pengembangan kebun dan pendampingan petani.

“Termasuk penyediaan bibit unggul, saprodi, rehabilitas lahan, dan penanganan hama. Kemudian pelatihan dan pendampingan sambung samping untuk peningkatan hasil dan penerapan Good Agricultural Practices (GAP),” jelasnya.

“pelatihan dan pengembangan sdm petani berkolaborasi dengan puslitkoka, jember, sekolah lapang budidaya kakao dan pembentukan organisasi kelompok tani,” tambahnya.

Pembangunan Pabrik Berau Cocoa untuk Pengelolaan Biji Kakao, Fermentasi biji kakao untuk produk premium, Good Processing Practice (GPP) dan menjamin Pasar Biji Kakao Domestik & Ekspor di Kabupaten Berau,” tambahnya.

Suasana sharing session Cocoa Talk kepada Pelajar dan Mahasiswa.

Untuk program hilirnya akan dilakukan proses pengelolaan biji kakao, pembuatan produk turunan kakao dan pemasaran produk turunan kakao. Kemudian, pengelolaan biji kakao akan dilakukan pembangunan Pabrik Berau Cocoa untuk Pengelolaan Biji Kakao, Fermentasi biji kakao untuk produk premium, Good Processing Practice (GPP) dan menjamin Pasar Biji Kakao Domestik & Ekspor di Kabupaten Berau.

Kemudian, untuk pembuatan produk turunan kakao akan dilakukan pengembangan bumk labanan makarti, bantuan saprodi dan pelatihan pembuatan produk turunan coklat dan pendampingan standarisasi legalitas produk turunan kakao.

“Pemasaran produk turunan kakao akan dilakukan penjualan produk turunan kakao di rumah cokelat labanan makarti dan Rumah Kemas Batiwakkal,” katanya.

Pihaknya memiliki prediksi 3-5 tahun kedepan Kabupaten Berau akan kekurangan banyak petani kakao. Sedangkan, Berau Cocoa memiliki mimpi untuk mempunyai lahan beribu hektare di tahun 2030.

”Sekarang hanya perkebunan rakyat dengan produktivitasnya masih jauh dari produktivitas ideal yang kita harapkan yang bisa dirasakan oleh petani kita,” bebernya.

Harapannya generasi muda yang hadir pada hari inj memiliki cita-cita menjadi pengusahan kakao yang nantinya akan mengembangkan kakao secara berkelanjutan dan lebih efisen. Sehingga, dengan hasil yang dicapai menjadi bukti kakao memiliki potensi yang besar dan lebih tinggi dibandingkan sekarang.

“Petani kita untuk berkembang itu memerlukan bukti. Untuk itu, harapannya para pelajar dan mahasiswa dengan berbekal ilmu dan bisa memanfaatkan teknologi dapat memberikan bukti untuk para petani kita bisa berkembang,” tandasnya.

Sementara itu, perwakilan pelajar SMK Negeri 1 Berau, Ahmad Dicky Kurniawan mengakui sangat senang mendapatkan ilmu baru dari penyampaian terkait perkembangan perkebunan coklat yang ada di Kabupaten Berau dan dikelola oleh PT Berau Coal.

Dirinya menyadari bahwa selama ini hanya beranggapan bahwa PT Berau Coal hanya bergerak di sektor pertambangan saja. Ternyata PT Berau Coal melakukan pendampingan terhadap sektor perkebunan. Khususnya untuk perkebunan kakao.

“Menurut saya ini bisa menjadi potensi besar untuk melahirkan petani kakao milenial kedepan untuk memanfaatkan kakao menjadi produk andalan bagi Kabupaten Berau,” tandasnya. (adv/dez)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti