Sudah 14 tahun, pabrik pengolahan beras atau rice production unit (RPU) di Desa Karang Tunggal, Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara, tidak beroperasi. Padahal, duit APBD Kukar yang dikuras untuk mendirikan RPU ini cukup banyak yakni Rp 59 miliar. Janji manis menghidupkan lagi pabrik tersebut diwacanakan perusahaan pertanian, PT Indoditas Duta Raya.
Hal tersebut disampaikan Direktur PT Indoditas Duta Raya, Muhammad Firly Firdauzi. Untuk menghidupkan RPU Desa Karang Tunggal, kata dia, perusahaannya bekerja sama dengan Pemkab Kukar. Selain mengoperasikan, PT Indoditas Duta Raya akan menambah unit usaha baru di RPU tersebut. Usaha baru itu seperti food station alias pusat makanan.
Selain itu, tambah Firly, di dalam kompleks RPU akan didirikan tempat tinggal karyawan, pabrik tepung beras, pupuk organik, dan pakan ternak. Temasuk pusat pengolah sayur segar, pusat penjualan hasil komoditi pertanian, serta toko alat dan mesin pertanian (alsintan), juga dibangun. Hal ini dilakukan untuk mengembangkan pertanian dari sektor hulu sampai hilir.
“Fungsi awal RPU tidak dihilangkan. Tetapi menjadikannya multifungsi usaha,” kata Firly kepada kaltimkece.id jaringan mediakaltim.com, Rabu, 15 Desember 2021. Saat diwawancarai, ia baru selesai mempresentasikan konsep rencana pengoperasian RPU ini kepada pejabat Pemkab Kukar.
Biaya yang dibutuhkan mengadakan sarana RPU, sebut Firly, sekitar Rp 30–50 miliar. Anggarannya dipastikan bertambah karena jumlah tersebut belum termasuk pengadaan unit prasarana dan kebutuhan penunjang lain. Saat ini, PT Indoditas Duta Raya sedang membangun 10 unit sarana di RPU tersebut. Seluruh dananya bersumber dari APBD dan investor.
Tujuan penambahan usaha baru ini, terang Firly, agar RPU tidak hanya sebagai pabrik memproduksi beras dan jagung, namun juga mengembangkan usah tani. PT Indoditas Duta Raya dipastikan membeli semua hasil panen petani. Dengan demikian, ekonomi pertanian Kukar diharapkan dapat meningkat. “Tujuan utamanya agar pertanian tidak kesulitan lagi karena semua yang dibutuhkan akan ada di situ,” ucapnya.
Akan tetapi, dia mengingatkan, keberhasilan usaha tani tidak bisa mengandalkan segelintir pihak. Dibutuhkan kolaborasi yang baik dari semua elemen. Peringatan ini berdasarkan dari pengalaman. Selama ini, kata Firly, kendala utama pertanian adalah tidak optimalnya pengawalan proses hulu pertanian dan tidak berimbangnya pembangunan di hilirisasi pertanian. “Kalau semua lengkap dan menghasilkan, ‘kan lebih optimal,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kukar, Wiyono, mengaku sudah mendengar seluruh pemaparan PT Indoditas Duta Raya tentang konsep pengoperasian RPU di Desa Karang Tunggal. Akan tetapi, Wiyono belum bisa memberikan kesimpulan karena mesti dipelajari lebih dalam. Pemkab berencana mangadakan rapat lanjutan bersama perusahaan swasta tersebut untuk mematangkan konsep.
“Kami juga akan mengadakan diskusi intensif agar aset itu optimal,” kata Wiyono.
Meski demikian, Wiyono menyatakan, rencana tersebut sangat baik karena menjadi solusi agar RPU tidak mangkrak. Mengingat pula, kata dia, tanpa adanya kolaborasi dengan pihak swasta, sulit mengoptimalkan pabrik tersebut. Bekerja sama dengan berbagai pihak tentu meringankan beban anggaran Pemkab Kukar.
“Namun, pemerintah daerah belum memikirkan keuntungan tapi bagaimana mengembangkan fungsinya,” jelasnya.
Jika rencana PT Indoditas Duta Raya bisa dijalankan, petani dan masyarakat diyakini akan diuntungkan karena konsepnya membangun ekosistem pertanian dari hulu ke hilir. Konsep tersebut, tambah Wiyono, juga selaras dengan rencana pembangunan ibu kota negara di Kukar. (kk)