Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulawarman (FEB Unmul) Kota Samarinda Chairul Anwar, menganggap kenaikan BBM adalah persoalan yang disebabkan hal klasik. Meski begitu begitu pemerintah cenderung tidak pernah melakukan hal antisipatif.
Menurutnya, menaikan harga Pertalite hingga 30 persen merupakan hal yang berani dilakukan pemerintah. Pasalnya, menaikkan 10 persen saja, inflasi bisa naik hingga setengah persen.
“(Kenaikan BBM) 30 persen risikonya besar, dampaknya inflasi hingga ke sektor rill. Untuk Kaltim, kita akan melihat satu bulan ke depan, berapa persen inflasi kita naik,” jelas sebut pria yang kerap disapa Cody ini, Minggu (4/9/20233).
Opsi untuk memberikan subsidi melalui APBD yang dicanangkan Komisi II DPRD Kaltim katanya, juga tidak akan mudah dilakukan. Subsidi melalui APBN terangnya, sudah diberikan kepada 26 juta penduduk Indonesia. Khawatirnya, justru pemberian subsidi atau bantuan kepada masyarakat Kaltim melalui APBD tidak tepat sasaran.
“Saya sepakat saja, idenya bagus, tapi berapa lama kita mendata? Bagaimana itu kalau double? Siapa lagi yang akan dapat subsidi atau bantuan dana. Karena kelemahan kita kan terkait data,” terangnya.
Jumlah besaran bantuan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat, memang akan sangat membantu untuk menggerakan roda ekonomi, khususnya industri dan sektor rill.
“Kalau dikasi Rp 300 ribu kecil tapi bisa langsung dibelanjakan artinya industri berjalan sektor rill berjalan. Kalau angkanya besar, artinya bisa saja menabung, menahan belanja dan permintaan barang menurun,” tandasnya. (eky)