Beranda SAMARINDA Batu Bara, Pangan, dan IKN, Ancaman Ekonomi Kaltim Masa Mendatang

Batu Bara, Pangan, dan IKN, Ancaman Ekonomi Kaltim Masa Mendatang

0

SAMARINDA – Kondisi perekonomian Kalimantan Timur dilaporkan mengalami perbaikan pada 2022. Bank Indonesia mencatat, pada triwulan III tahun ini, ekonomi Kaltim tumbuh 5,28 persen (secara year on year/yoy). Akan tetapi, terdapat sejumlah ancaman yang dapat menghambat gerak ekonomi Kaltim pada masa depan.

Hal tersebut disampaikan oleh pelaksana harian Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kaltim, Hendik Sudaryanto, dalam sebuah pertemuan tahunan Bank Indonesia pada Rabu, 30 November 2022, di Kantor Perwakilan BI Kaltim, Samarinda. Menurut Hendik, perbaikan ekonomi Kaltim turut didukung oleh peningkatan mobilitas dan permintaan masyarakat seiring dengan semakin gencarnya upaya program vaksinasi. Capaian vaksinasi di Kaltim menjadi salah satu yang tertinggi dan berada di atas rata-rata capaian vaksinasi nasional.

Di sisi pengendalian harga, inflasi Kaltim hingga triwulan III pada 2022 tercatat 5,69 persen (yoy). Capaian tersebut utamanya disebabkan gangguan rantai pasok global, berlanjutnya ketegangan geopolitik, dan proteksionisme pangan di beberapa negara. “Inflasi yang lebih tinggi dapat tertahan seiring dengan sinergi dan koordinasi TPID dalam lingkup Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP),” jelas Hendik seperti dilansir kaltimkece.id jaringan mediakaltim.com.

Ia menjelaskan, di sisi stabilitas sistem keuangan, laju penyaluran kredit di Kaltim masih melanjutkan tren pertumbuhan positif yang bersumber dari meningkatnya kredit modal kerja dan konsumsi. Sejalan dengan perbaikan kinerja korporasi dan daya beli masyarakat. Kinerja kredit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) juga menunjukkan tren peningkatan

Di sisi sistem pembayaran, geliat pembayaran nontunai di Kaltim semakin masif. Tercermin dari peningkatan penggunaan quick respons code Indonesian standard (QRIS), baik dari sisi pengguna maupun merchant. Total jumlah merchant QRIS di Kaltim hingga Oktober 2022 tercatat lebih dari 330 ribu dan pengguna QRIS sebanyak 380 ribu orang.

“Secara keseluruhan pada 2022, ekonomi Kaltim diperkirakan tumbuh positif dan lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Sejalan dengan membaiknya kinerja di lapangan usaha utama. Selain itu, tingkat inflasi Kaltim diperkirakan mengalami peningkatan namun inflasi dari sisi pangan tetap terjaga seiring dengan gencarnya upaya GNPIP. Seluruh capaian kinerja Kaltim selama 2022, utamanya didukung oleh sinergi yang kuat dan dibarengi oleh penciptaan berbagai inovasi yang berkelanjutan dari seluruh pihak sehingga perekonomian Kaltim tumbuh tinggi dan inflasi tetap dapat dikendalikan secara optimal,” urai Hendik.

Walau ekonomi Kaltim telah mampu pulih dan mengalami peningkatan pada tahun ini, namun masih terdapat berbagai tantangan. Dalam sambutannya, Wakil Gubernur Kaltim, Hadi Mulyadi, mengatakan, permasalahan di sektor pertambangan, terutama batu bara, sangat memengaruhi kondisi perekonomian Kaltim. Harga batu bara yang saat ini berada di level tertinggi diharapkan tidak membuat terlena.

“Upaya hilirisasi batu bara harus kita kembangkan. Kita harus mampu memanfaatkan cadangan batu bara Kaltim yang begitu besar untuk diolah turunannya sehingga memiliki nilai tambah yang jauh lebih tinggi dibandingkan hanya melakukan penjualan bahan mentah batu bara,” ujar Hadi Mulyadi.

Ditambahkannya, “Pertumbuhan ekonomi Kaltim yang tinggi, berkesinambungan, dan inklusif, dapat dicapai apabila hilirisasi sumber daya alam (SDA) yang melimpah di Kaltim terus dilakukan. Bersamaan dengan hal tersebut, pengembangan pariwisata dan usaha, mikro, kecil, dan menengah (UMKM) juga perlu senantiasa dilakukan agar peningkatan perekonomian juga mengalir ke lapisan masyarakat yang lebih bawah. Selain itu, pengembangan dan penguatan UMKM juga bertujuan untuk memunculkan lebih banyak lagi produk-produk berdaya saing tinggi dari Kaltim yang siap memasuki ke pasar global.”

Hendik Sudaryanto melanjutkan, tantangan pertama adalah tingginya ketergantungan Kaltim terhadap sektor pertambangan. Hal ini mengarahkan perekonomian Kaltim menjadi sangat rentan terhadap dinamika global di tengah ketidakpastian. Selain itu, permintaan batu bara ke depan akan semakin melandai, seiring dengan adanya berbagai komitmen global dalam rangka shifting energy ke green economy. Kedua adalah ketergantungan pemenuhan komoditas pangan dari daerah lain yang menyebabkan gejolak harga pangan. Ketiga adalah proses pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara turut memberikan risiko peningkatan inflasi, mengingat adanya potensi penambahan jumlah penduduk yang dapat memberi dampak terhadap pasokan pangan.

Ditambahkan Hendik, “Untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut, BI Kaltim menjawab isu tingginya ketergantungan ekonomi Kaltim terhadap ekspor batu bara dengan percepatan dan perluasan hilirisasi komoditas sumber daya alam (SDA) mentah untuk menjadi lebih bernilai tambah. BI Kaltim juga terus mendorong hilirisasi dan penciptaan proyek bernilai tambah tinggi melalui sinergi dengan pemerintah daerah, serta pelaku usaha dalam wadah RIRU (regional investor relation unit). Salah satu produk RIRU Kaltim adalah pembuatan Profiling Investasi Kalimantan Timur (PIKAT) yang bertujuan menjaring berbagai potensi ekonomi baru non-SDA.”

“Tidak hanya mendorong hilirisasi melalui advisory dan penguatan investasi, kami juga terus bersinergi mengembangkan potensi sektor pariwisata dan UMKM sebagai sumber perekonomian baru. Terkait pengembangan pariwisata, BI Kaltim turut memberikan bantuan sosial BI dengan sinergi dan koordinasi bersama Dinas Pariwisata, menjalankan program multiyears penguatan sumber daya manusia (SDM), kelembagaan, dan UMKM Pariwisata di Kepulauan Derawan selama tiga tahun ini. Untuk mendorong kinerja UMKM yang berdaya saing, BI Kaltim melaksanakan berbagai program melalui sinergi dengan beberapa pihak/instansi. Pengembangan UMKM pada setiap level mulai dari sub sistem, maju, digital, hingga ekspor. Untuk mendorong UMKM menembus pasar ekspor, BI Kaltim bekerja sama dengan Export Center Surabaya melaksanakan pelatihan dan pendampingan program Export Kaltimpreneurs 2022 yang berhasil membina 132 UMKM dengan total transaksi mencapai Rp 5,7 miliar,” pungkas Hendik.

Berdasarkan asesmen BI Kaltim, pertumbuhan ekonomi Kaltim diperkirakan berlanjut pada 2023 namun berjalan lambat tidak seperti pada 2022. Demikian juga inflasi akan berada di kisaran 3,0+1 persen, seiring implementasi berbagai kebijakan stabilitas harga dan nilai tukar rupiah. Sejalan dengan langkah penyesuaian suku bunga acuan, serta risiko fluktuasi harga pangan yang melandai seiring dengan optimalisasi program GNPIP. (kk)

TIDAK ADA KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Exit mobile version