spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Banyak Petahana Tumbang, Legislator Baru Datang, Apa yang Akan Diperjuangkan?

SAMARINDA – Hasil perhitungan suara Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024 DPRD Kaltim, bakal rampung dalam waktu dekat. Sesuai jadwal tahap rekapitulasi akan berakhir 20 Maret mendatang.

Di situs KPU meski pembaruan informasinya lamban, sudah menunjukkan progres yang hampir selesai. Data yang ditampilkan, sedikit banyak bisa menjadi patokan atau gambaran siapa yang bakal melenggang ke Teuku Umar.

Ada hal yang cukup menarik menurut saya dari Pileg kali ini. Berdasarkan prediksi dan sedikit kalkulasi, sepertinya akan banyak petahana yang tumbang, kalah saing dengan calon legislator pendatang.

Misalnya saja di dapil Kaltim 1, Samarinda, dari 12 kursi yang jadi rebutan, kemungkinan besar hanya 4-5 nama petahana yang bertahan. Mungkin hal yang wajar, karena dapil ini terkenal “panas”. Pertarungan untuk meraih pemilih sebanyak-banyaknya tidak hanya terjadi sebelum pencoblosan, tapi juga pasca pemilihan saat suara sudah dalam pengamanan.

Di dapil lain pun saya sudah sedikit meraba-raba akan ada penggerusan massal para legislator petahana. Misalnya di dapil Bontang, Kutim, Berau, atau Kaltim 6, dimana Golkar sementara meraup suara paling besar jauh dari partai lainnya dan berpotensi memiliki 3 dari 12 kursi yang diperebutkan.

Adapun tiga calon legislatif Golkar dengan perolehan suara tertinggi di dapil ini, tidak ada yang petahana. Begitu pula partai lainnya yang berpotensi memiliki kursi di Karang Paci, nama baru kemungkinan menghiasi dapil Bontang, Kutim, Berau.

Hal semacam ini bisa terjadi juga di dapil Balikpapan atau Kaltim 2. Golkar yang mendominasi berpotensi memiliki 2 kursi atau lebih, sementara hanya ada 2 petahana yakni Ketua DPRD Hasanuddin Mas’ud dan Yusud Mustofa. Dan keduanya masih kalah dalam perolehan suara dari Abdullah yang notabene bukan anggota DPRD Kaltim periode ini.

Partai-partai lainnya yang berpotensi memiliki kursi juga tidak banyak menyajikan nama anggota DPRD periode 2019-2023 sebagai calon legislator dengan raihan suara terbanyak. Fenomena ini kemungkinan besar akan terjadi di semua dapil. Prediksi saya kemungkinan 70-80 persen DPRD Kaltim akan dihiasi wajah baru.

Ada berbagai indikator mengapa tidak banyak legislator mampu mempertahankan kursinya. Ketidakpuasan akan kinerja mungkin paling masuk akal mengapa konstituen petahana berpaling. Tapi pemilih yang pragmatis juga tidak bisa dipungkiri bisa menjadi penyebab memalingkan pilihan.

Para petahana yang tidak terpilih kembali, karena hanya membawa misi pribadi atau kelompoknya saja. Hanya datang tatkala masa kampanye tiba. Tetapi tidak sedikit juga yang gagal bertahan karena diguyur bertubi-tubi oleh calon yang penuh ambisi, siram sana-sini, di berbagai lini.

Ini hanya asumsi, tentunya butuh survei dan data yang mendalam untuk membuktikan sebuah indikator atau faktor penyebabnya. Yang lebih penting untuk diketahui adalah apa misi dan aspirasi yang akan diperjuangkan. Mereka ‘lah yang akan menjadi penyambung lidah kita, menjadi jembatan agar rakyat mendapat apa hakikatnya.

Saya jadi teringat saat wawancara dengan salah satu pengamat politik yang dulu dosen saya di Unmul. Dalam percakapan, kita berbincang santai meskipun topiknya berat tentang dinamika politik Kaltim.

“Pemilu menjadi sekadar memilih dan dipilih, mirip jual beli. Sehari setelahnya, apa yang kamu terima bukan lagi tanggung jawab pemberi. Siapa yang kamu pilih karena transaksi, jangan harap jadikan kamu tanggungannya.

Jadi, jangan fanatik, mengkultuskan seseorang politisi,” begitu kurang lebih yang disampaikannya.

Apapun itu, yang pasti saya bersemangat untuk bertemu orang baru, energi baru, kekuatan baru, saat meliput di Teuku Umar sana. Saya menunggu misi apa yang dibawa pendatang baru, dan hal baru sebagai pembeda para penghuni lama setelah terpilih kembali. (*)

Penulis: Andy Deski
Editor: Agus S

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti