SAMARINDA – Hujan dengan intensitas tinggi ditambah dengan luapan Sungai Karang Mumus (SKM), membuat banjir parah melanda Samarinda, sejak Senin (6/9) sore.
Bahkan, sampai malam ini, sebagian besar wilayah di Kota Tepian, terendam banjir. Ketinggian air bervariasi, di beberapa kawasan ketinggiannya telah mencapai hampir satu meter.
Banjir telah merendam permukiman sejak Jumat (3/9) malam, menyusul hujan deras Kamis (3/9) malam. Curah hujan 125,5 mm menaikkan debit atau tinggi muka air (TMA) Bendung Benanga hingga hampir 80 cm atau di level waspada yang bermuara ke SKM. Imbasnya, SKM meluap.
Dua kelurahan yang paling parah terendam banjir ada di kelurahan Sempaja Timur di Kecamatan Samarinda Utara, serta Kelurahan Gunung Lingai di kecamatan Sungai Pinang.
Hingga Sabtu (4/9) malam lalu, tercatat ada 507 KK atau sekitar 2.019 jiwa jadi korban terdampak banjir. Sehari kemudian Minggu (5/9), banjir meluas sehingga angka warga korban banjir bertambah. TNI dan Polri, warga dan relawan pun turun melakukan pendataan.
“Sampai pendataan jam 8 malam (5/9) telah menjadi 578 KK atau sekitar 2.274 jiwa,” kata Koordinator Relawan Info Taruna amarinda Joko Iswanto, Minggu (5/9) malam kepada wartawan.
Joko menerangkan, di Sempaja Timur adalah kawasan terparah banjir dengan ketinggian air 95 cm. “Padahal sehari sebelumnya Sabtu (4/9) ketinggian air banjir 82 cm,” ujar Joko.
“Didirikan dapur umum untuk di lokasi Sempaja Timur di perumahan Bengkuring. Di sini nanti dilakukan sebagai pusat bantuan logistik seperti penyediaan makanan bagi warga korban banjir,” ucap Joko.
Sadi (42), seorang warga Gunung Lingai menyayangkan banjir kembali terjadi kesekian kalinya. “Kalau sudah banjir begini karena sungai (Karang Mumus) meluap, pasti baru surut seminggu kemudian,” kata Sadi.
Dari pengalaman banjir 2019 dan 2020 lalu di Samarinda, banjir besar di ibu kota provinsi Kaltim itu terancam terulang lagi disebabkan luapan SKM. Saat itu lebih 20 ribu jiwa jadi korban banjir. (red)