KUPANG – Hujan lebat dan angin kencang yang terjadi di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), sejak Sabtu (3/4) mengakibatkan sejumlah wilayah terendam air dan ratusan rumah warga rusak. Longsor juga terjadi Minggu dini hari setelah cuaca ekstrem berlangsung cukup lama.
Kepala BPBD Kota Kupang Jemmi Didok menyatakan telah meminta penetapan status tanggap darurat. Permintaan penetapan status tanggap darurat, menurut Jemmi, karena BPBD Kota Kupang sudah tidak sanggup menangani banyaknya korban terdampak hujan dan angin kencang dalam dua hari terakhir.
Dikutip dari CNNIndonesia, Jemmi menngungkapkan, keterbatasan personel dan anggaran juga menjadi salah satu penyebab pihaknya meminta status tanggap darurat. “Saya minta penetapan tanggap darurat karena dari BPBD sendiri sudah tidak mampu menangani kasus yang terjadi dua hari ini”, jelas Jemmi.
BPBD Kota Kupang, kata Jemmi, belum bisa merinci berapa banyak korban terdampak. Alasannnya, laporan mengenai warga terdampak bencana masih terus mengalir. “Tapi sudah ratusan (warga terdampak) dalam dua hari ini. Dan data terus masuk ke kami (BPBD) sehingga selalu naik setiap saat laporannya,” ucap Jemmi.
Dia telah memerintahkan seluruh staf BPBD untuk terjun ke lapangan dan mendata korban terdampak. Menurut Jemmi, saat ini kasus terbanyak adalah banjir dan longsor yang dialami warga Kota Kupang.
Ada beberapa titik banjir dan longsor terparah seperti di kelurahan Oesapa, Oebufu dan Lasiana. Sedangkan untuk longsor di Kelurahan Belo, Kuanino, Fontein dan Kayu Putih. “Hampir merata di semua kelurahan di kota kupang yang terdampak hujan dan angin kencang,” katanya.
Jemmi mengakui sampai saat ini belum ada posko bencana yang didirikan oleh BPBD. Tetapi ia sudah meminta kepada seluruh lurah untuk membantu membangun posko pengungsian warga di sekolah-sekolah dan rumah ibadah.
Saat ini menurut Jemmi belum ada bantuan yang bisa diberikan karena masih mendata kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Kendala lain BPBD belum memiliki persediaan logistik. Stok hanya terbatas pada makanan berupa mie instan dan beberapa makanan cepat saji lain. Itupun belum bisa disalurkan karena BPBD juga masih disibukkan dengan banyak pohon tumbang di jalan-jalan protokol di Kota Kupang.
Sementara itu, Wakil Bupati Flores Timur Agustinus Boli mengatakan, diperoleh informasi 63 warga di Desa Nelelamadike, Kecamatan Ileboleng, Flores Timur, NTT, tewas tertimbun longsor. Hingga Minggu (4/4) siang kemarin sudah ada 23 jenazah yang ditemukan. “Yang dievakuasi 23 orang dan ada yang masih tertimbun,” ujar Agustinus dikutip dari Kompas TV, Minggu.
Dari informasi kepala Desa Nele Lamadike, Agustinus mengatakan ada ratusan orang belum ditemukan. “Kepala Desa Nele Lamadike Pius Pedang menyampaikan kepada saya bahwa ratusan orang belum ditemukan dalam bencana tanah longsor,” katanya.
Menurutnya, saat ini sedang dilakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk turun ke lapangan melakukan penanganan termasuk pengerahan alat berat. “Kita segera kerahkan alat berat ke lapangan untuk mencari para korban,” ucapnya. (red)