spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Bahaya Kotak Kosong di Pilkada Kaltim 2024, Pengamat: Demokrasi Dikendalikan Oligarki

SAMARINDA – Kotak kosong sebenarnya bukan hal baru pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Provinsi Kalimantan Timur. Balikpapan dan Kutai Kartanegara pernah berhadapan dengan kotak kosong pada Pilkada sebelumnya.

Desas-desus kotak kosong kembali mencuat ke publik menjelang Pilkada serentak tahun ini. Gelagat Rudy Mas’ud pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) Kaltim dengan memiliki rekomendasi mega partai jadi pemicunya.

Dengan memiliki 41 kursi di genggaman, Rudy Mas’ud mantap jadi salah satu kandidat terkuat bahkan bisa jadi satu-satunya pada Pilgub nanti. Di saat belum ada calon lain yang memiliki syarat maksimal kursi untuk pencalonan.

Fenomena yang disebut “Borong Partai” sepertinya masih belum terlalu familiar bagi Pilgub Kaltim. Namun kali ini justru kekhawatiran datang dari sosok pengamat politik, Herdiansyah Hamzah.

Menurutnya, situasi politik Kaltim hari ini mengindikasikan dua hal. Pertama, partai-partai seakan dikendalikan oleh kelompok kecil. Kemudian kelompok kecil itulah yang mengatur peta politik jelang pilgub Kaltim. “Aksi borong partai itu mengkonfirmasi bagaimana oligarki bekerja,” jelasnya.

BACA JUGA :  Pj Gubernur Kaltim Sebut Pemkot Tepat Hentikan BCT

Ia menambahkan, cara berpolitik seperti itu tidak sehat. Jelas, apalagi seakan partai-partai memberikan karpet merah kepada sosok tertentu.

Baru-baru ini, Liga Muda Nusantara (LMN) komunitas anak muda melek politik itu membuat press release yang memiliki kesamaan pendapat dengan pandangan Herdiansyah Hamzah.

“Rudy Mas’ud telah melakukan strategi membunuh peluang lawan. Sehingga ia menutup kesempatan untuk lawan lain memenuhi syarat,” begitu yang tertulis.

Terlepas dari itu, Herdiansyah Hamzah atau yang biasa disebut Castro menegaskan strategi seperti itu justru dapat menurunkan kualitas demokrasi. “Sama sekali tidak mendidik publik,” jelas Castro saat dihubungi melalui WhatsApp.

Meski begitu, kritik keras juga hadir dengan kekhawatiran perihal kemungkinan kotak kosong di Pilgub Kaltim. “Kotak kosong bermakna kendali demokrasi ada di tangan oligarki,” tambah Castro.

Menurutnya hadirnya kotak kosong malah membatasi ruang demokrasi untuk segelintir kelompok saja. “Itu bukan pesta demokrasi kalau kontestasinya hanya pada satu orang…. Kalau lawan kotak kosong ya namanya pesta oligarki,” tegas Castro lagi.

BACA JUGA :  Prihatin Soal Kasus Anak Tenggelam, Pj Gubernur Kaltim Imbau Tingkatkan Pengawasan

Untuk itu, Liga Muda Nusantara menyarankan sosok-sosok yang mampu mengikuti kontestasi pilgub untuk tampil. Termasuk menekan Isran Noor yang merupakan petahana. Mereka melihat sosok Isran sebagai yang paling mungkin, namun juga yang paling menganggap enteng demokrasi.

“Kotak kosong harus ditiadakan bagaimanapun caranya,” tulis LMN.

Kemudian, Castro melanjutkan poin yang kedua, dengan menandakan bahwa partai-partai saat ini sedang kering ideologi. Oleh dasar itu pula, Castro tidak heran bila dukungan diberikan bukan atas dasar ide dan gagasan, melainkan kepada untung rugi yang pragmatis.

“Situasi ini yang memprihatinkan. Partai-partai bisa kehilangan public trust,” tekan Castro.

Bahkan baginya, kelak publik akan lebih percaya kehidupan di luar bumi dibandingkan percaya kepada partai politik. Sebagai akademisi Universitas Mulawarman, Castro menyayangkan bila kotak kosong ikut berkontestasi. Demokrasi tidak berjalan seperti itu.

Ia mengharapkan ada adu gagasan dan ide perihal masa depan Kaltim. Apalagi tantangannya adalah Nusantara. Ekonomi Kaltim juga masih berpangku tangan kepada sumber daya alam. “Jangan biarkan panggung ide dan gagasan menghilang,” tulis LMN senada.

BACA JUGA :  Parade Ogoh-Ogoh, Wali Kota Andi Harun Harapkan Kebaikan untuk Kota Samarinda

Pewarta: Khoirul Umam
Editor : Nicha R

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img