spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ayah Kami Veteran RI, Pandai Mendongeng dan Menggambar

TAK AKAN PERNAH LELAH, tangan ini menuliskan tentang ayah yang begitu menginspirasi kami, ketiga putrinya. Yap, setiap memasuki bulan Agustus tentu ingatan kita kembali segar pada kemerdekaan bangsa ini. Mengingat betapa berat perjuangan mereka mempertahankan tanah air kita. Tak terhitung banyaknya korban yang gugur karena mempertahankan kemerdekaan.

Menunjukkan betapa kejamnya kolonialisme dan imperialisme dengan nafsu jajahannya. Karena itulah para pendiri Republik dalam Pembukaan UUD 1945 merumuskan bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan.

Ikrar tersebut sejalan dengan prinsip dan ajaran Islam yang mengutuk segala macam bentuk penjajahan dan penindasan oleh suatu bangsa terhadap bangsa lain. Islam juga menegaskan: kemerdekaan merupakan hak bagi setiap bangsa. Karena itulah begitu Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan, banyak kyai dan tokoh agama melalui pesantren dan masjid-masjid menyerukan jihad untuk membela Tanah Air dan mempertahankan kemerdekaan.

”Hanya bangsa yang besar yang menghormati jasa pahlawannya”, demikian ungkapan patriotik yang dimaksudkan agar kita tetap mengenang pejuang kemerdekaan.

Nah, bila memasuki Agustus saya selalu mengingat sosok ayah yang begitu menginspirasi. Ayahku seorang veteran yang mengajarkan kejujuran dan kerja keras, terlebih lagi ayah memiliki keahlian tersendiri.

Ayah Pandai Bercerita dan Menggambar, Mengajarkan Berjuang Tanpa Pamrih
Sikap jujur, pantang berbohong dan kerja keras, selalu ayah tanamkan kepada tiga putrinya sejak kami masih kecil. Termasuk juga membiasakan bangun waktu subuh hari, bila kami terlambat bunyi tendangan pintu kamar pun terdengar. Ayah memang mendidik kami sangat tegas dan disiplin, salat terlambat pun sangat pantangan bagi ayah, mungkin karena ayah terbiasa saat berjuang dahulu. Ayah adalah pejuang veteran RI asal Blitar, berjuang mempertahankan RI di bawah komando Sukarno.

Bersama beberapa temannya, ayah dibuang ke hutan Kalimantan Timur oleh penjajah saat itu. Mendengar cerita perjuangan ayah tentu sangat luar biasa, bagaimana hidup di hutan lebat Kalimantan bersama beberapa teman tanpa bekal apapun. Dari cerita duka perjuangan, hal-hal gaib yang ditemui dilalui bersama.

Ayah hampir setiap pekan bercerita tentang kisah perjuangannya, walau selalu diulang-ulang kami sangat menghargai dan mendengarkan ayah yang selalu bersemangat bercerita kepada kami ketiga putrinya. Nilai-nilai akhlaq dari cerita ayah sangat membekas pada diri kami, hingga dewasa menjadikan kami senantiasa bersemangat, pantang putus asa juga senantiasa membuang kata berpamrih dalam setiap ladang amal kebaikan.

Walau mata ayah hanya satu yang dapat melihat, satu matanya buta karena terkena peluru zaman Belanda dahulu, tapi ayah jago sekali menggambar termasuk mengajariku sejak kecil cara menggambar yang baik. Mulai dari menggambar rumah, aneka pohon dan tumbuhan hingga binatang. Termasuk juga cara mewarnai yang baik dengan pensil warna. Ayah telaten dan sabar mengajari kami putrinya. Hingga kini pun kegemaran menggambar yang ayah ajarkan kepada kami, mengalir pula kepada cucu-cucunya juga murid-murid kami.

Semoga hal baik ini menjadi amal jariah untuk ayah kami. Sosok ayah yang religi, tegas serta sabar sangat lekat dalam ingatan kami putri-putrinya, hingga saat ini, meski sudah 20 tahun lebih ayah wafat. Sangat menginpirasi kami, bagaimana menjadi orangtua yang baik bagi anak-anak serta anak didik kami, melalui keutamaan keteladan beliau. Semoga Allah senantiasa melapangkan kubur ayah, juga mamah yang setia mendampingi ayah hingga ayah wafat. Aamiin ya Rabb…(**)

Catatan oleh: Muthi’ Masfu’ah, A.Md, CN. NLP
(Direktur Pelaksana Harian Yayasan RK Salsabila, Penulis dan Koordinator Abi Literasi Kaltim)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti