SEKITAR tahun 2007, Hamdam Pongrewa mulai aktif masuk ke dunia politik. Karier politik pertamanya dimulai bersama Partai Demokrat. Dirinya diamanatkan untuk membantu membesarkan Demokrat PPU.
Dirinya memulai menjadi Ketua Relawan di Pemilu 2008 saat Yusran Aspar yang ingin maju menjadi Incumbent. Namun, sayangnya saat itu timnya kalah.
“Saya banting setir akhirnya jadi tukang kebun, mulai merintis lahan yang telah dicicil sedikit demi sedikit,”ungkapnya.
Tetapi, dasarnya darah petarung sudah mengalir di dirinya, Hamdam tertantang dengan ajakan menjadi Calon Legislatif dari Organisasi Muhammadiyah melalui Partai Amanat Nasional (PAN). Akhirnya pada 2008 dirinya bersama Sutiman, salah satu anggota legislatif saat itu melaju menjadi Caleg di PAN.
“Saya tidak menyangka juga bisa menjadi politisi. Jalan saya melakukan pemberdayaan menjadi kepercayaan tersendiri di warga. Karena saya waktu di kuliah pun tidak aktif organisasi, lebih banyak waktu saya bekerja,” tambahnya.
Ia menyadari, yang mengajaknya terjun ke politik ialah Yusran Aspar. Saat itu dirinya menjadi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) PPU periode 2009 – 2014. Pada periode kedua, dirinya ditunjuk sebagai Ketua PAN PPU dan berhasil meraih dua kursi Anggota DPRD PPU pada periode 2015 – 2018.
“Saya saat itu merasa suara saya tidak didengar jika tidak menjadi pimpinan. Maka saya konsolidasikan dan memperbesar partai hingga tingkat kecamatan dan kelurahan. Tidak menyangka juga proses tersebut malah membuat pembicaraan hingga Pilkada. Sayangnya nama saya justru tidak pernah diperhitungkan,” paparnya.
Satu-satunya yang memperhitungkan dirinya saat itu ialah Abdul Ghafur Mas’ud (AGM). Dia pun tak pernah mengira bahwa anak muda tersebut yang memperhitungkan dirinya.
Sejak saat itu, dirinya mengenalkan AGM sebagai sosok yang akan menjadi pemimpin.
Walaupun awalnya terbentur dengan berbagai penolakan, namun akhirnya dirinya yakin berpasangan dengan AGM. Dirinya bersama AGM menggalang dukungan berbagai partai. Bahkan, Hamdam pun sangat tidak ragu bersama menuju Pilkada 2018.
“Saya mundur dari Anggota DPRD saat itu, masih ada satu setengah tahun lagi padahal, tapi saya meyakinkan diri, tidak ragu untuk menuju Pilkada,” tegasnya.
Dunia politik yang begitu dinamis pun juga dirasakan saat dirinya telah resmi menjadi Wakil Bupati PPU sejak 2019. Di awal masa jabatannya, Hamdam mengakui semuanya berjalan dengan baik. Komunikasi antara dirinya dan AGM terjalin sangat baik.
Tapi tiba-tiba bagai tersambar petir di siang bolong, dirinya menerima kabar bahwa AGM tertangkap Operasi Tangkap Tangan (OTT) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Padahal dia menilai AGM adalah sosok pemuda yang sangat baik dan visioner saat itu. Sehingga kabar ini cukup mengguncangnya secara personal.
“Saat itu sejak sore, saya dengar kabar simpang siur itu. Namun malamnya baru kami dengar berita resminya. Saat itu, yang kami tahu ya AGM ada di Penajam,” ungkapnya nanar sambil kembali menenggak kopi hitamnya yang hampir habis.
Ia mengaku sangat terkejut dengan pemberitaan tersebut. Kantor Pemkab sudah mulai disegel dan Kantor PUPR PPU telah digeledah. Dirinya langsung memikirkan bagaimana anak-anaknya dan keluarganya saat itu.
“Badan saya langsung dingin saat itu. Tapi bagaimanapun kami akan jadikan hal tersebut sebagai pelajaran yang berarti,” ungkapnya.
Pasca kejadian itu, tidak pula semulus yang dia kira. Berbagai spekulasi juga muncul yang berkaitan dengan dirinya. Beragam tuduhan terhadap dirinya. Hamdam dituduh melaporkan kasus yang menimpa AGM hingga terikut dalam kasus tersebut. Namun dirinya berusaha tetap tegar menghadapinya karena dirinya tidak terlibat dalam transaksi apapun.
“Saya tidak terlibat apapun, sebenarnya saya jujur sangat salut dengan semangatnya sebagai anak muda yang mau memimpin daerah,” tegasnya. (Bersambung …)
Pewarta : Nelly Agustina
Editor : Nicha R