spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Angka Covid-19 Menurun Bukan Berarti Abai Prokes

Oleh: Insyirah Hanyfah

Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Mulawarman

Satgas penanganan Covid-19 di Indonesia melaporkan angka kematian akibat Covid-19 menurun hanya 1 kematian pada 28 November 2021. Ini angka terendah kasus kematian jika dibandingkan dengan puncak kasus Covid-19 di Indonesia pada pertengahan Juni 2021.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin mengatakan perkembangan pandemi Covid-19 di seluruh kabupaten/kota di Indonesia dalam keadaan baik sehingga tidak perlu dikhawatirkan.

Di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, per tanggal 7 Desember 2021, tidak ada penambahan kasus positif Covid-19. Pasien yang masih dirawat hanya satu pasien. Kabupaten ini berada di zona kuning.

Penurunan kasus Covid-19 ini tentu kabar yang menggembirakan bagi kita, khususnya masyarakat Paser. Sebelumnya kita sempat diteror oleh kenaikan kasus yang parah, sampai-sampai Paser sempat masuk zona merah penyebaran Covid-19 di Kalimantan Timur.

Sayangnya, tren penurunan kasus positif Covid-19 juga bersamaan dengan menurunnya kesadaran masyarakat, seperti tidak memakai masker, tidak mengurangi mobilitas, atau melanggar penerapan 5M lainnya. Di Kecamatan Tanah Grogot, tempat saya tinggal, banyak masyarakat yang mulai abai protokol kesehatan saat berada di lingkungan publik.

Seperti Sabtu malam, 4 Desember 2021 lalu, dimana banyak anak muda yang nongkrong dengan tidak mengindahkan himbauan 5M, seperti mengenakan masker ataupun menjaga jarak satu sama lain.

Menurunnya kesadaran ini bukan hanya terjadi pada anak muda, orang tua pun saya lihat mulai meninggalkan kebiasan memakai masker. Ini terlihat saat saya berbelanja di minimarket. Beberapa orang tua membawa anak mereka, di antaranya tidak memakai masker.

Kasir minimarket pun, ada yang tidak menggunakan masker secara benar, dengan hanya menaruh masker di dagu tanpa menutupi hidung dan mulut. Bahkan ada yang tidak memakai masker sama sekali. Ini bukan hanya satu minimarket, ada total 5 minimarket yang saya kunjungi.

Tren penurunan kesadaran ini timbul karena masyarakat menyakini telah kebal Covid-19 karena sudah dua kali vaksin. Juga virus Covid-19 dianggap benar-benar hilang. Padahal menurut Menteri Kesehatan, vaksin meminimalkan gejala berat dan kematian, tidak membuat seseorang kebal Covid-19.

Saya pernah berbicara pada teman saya yang masih suka keluyuran, sebut saja Wulan. Wulan mengatakan, dia jarang memakai masker dan sering bepergian untuk nongkrong bersama temannya karena menganggap dirinya sehat. Apalagi setelah mendapatkan dosis kedua vaksin Covid-19.

Wulan juga menilai Covid-19 sudah jarang ditemui di Tanah Grogot, seperti yang terlihat dari data Dinas Kesehatan Kalimantan Timur. Untuk itu dia yakin Covid-19 sudah tidak ada. Wulan mengatakan hanya memakai masker saat-saat tertentu saja, seperti ada razia masker. Selain itu ia hanya menaruh maskernya di tas.

Hal ini menimbulkan kekhawatiran saya, karena dapat berakibat fatal apabila ada kasus positif Covid-19 di tengah-tengah mereka sementara mereka lengah dengan protokol kesehatan. Akibatnya kasus Covid-19 bisa kembali naik.

Seperti yang kita tahu, kasus Covid-19 yang melandai bukan berarti masyarakat bisa bebas beraktivitas dengan tidak menerapkan protokol kesehatan 5M. Walaupun masih dapat dikendalikan dan dalam perkembangan yang baik, pandemi Covid-19 saat ini berlangsung di tengah-tengah kita.

Kesadaran masyarakat sangat penting sebagai kunci utama dalam upaya memutus mata rantai penyebaran penyakit menular yang telah mematikan 143.863 warga Indonesia ini. Pemerintah pusat bersama-sama dengan pemerintah daerah sudah seharusnya memiliki strategi yang tegas agar himbauan 5M yang dikeluarkan tidak diabaikan dan dapat ditaati dengan benar oleh warga. Covid-19 harus tetap diwaspadai perkembangannya, apalagi baru-baru ini terdapat varian virus terbaru Covid-19 yaitu Omicron. (*)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti