ANDI HARUN (AH), Wali Kota Samarinda tetap tegar. Meski terjadi perubahan sangat dramatis yang dialaminya. Tentu berkaitan badai politik yang tengah dihadapinya. Dia harus putar haluan dan menyusun skenario baru.
Seperti santer beredar, posisi AH sebagai ketua DPD Gerindra Kaltim lagi goyah gara-gara Pileg 2024 lalu. Di perhelatan demokrasi itu dia dianggap tidak maksimal menghimpun suara untuk Budisatrio Djiwandono, keponakan Prabowo. Hal yang sama untuk Nabil Husien Said Amin, yang membuat dia berjarak dengan Ketua MPW Pemuda Pancasila (PP) Kaltim Said Amin.
Akibat berikutnya dari dilema politik yang dialami AH itu, ada beberapa hal perubahan yang terjadi. Peta politik Kaltim dan Samarinda jadi sangat dinamis sekali. AH seperti pepatah, “sangat disayang, tetapi juga lagi dikesampingkan.” Hasil survei Pilkada menempatkan dia sebagai tokoh pertama menjadi pilihan rakyat. Tingkat kepuasan warga Tepian sangat tinggi untuk dirinya.
Beberapa perubahan yang saya catat di antaranya:
Pertama, sepertinya kecil kemungkinan AH maju ke Pilgub Kaltim. DPP Gerindra disebut-sebut akan merekomendasikan Seno Aji, sekretaris DPD Gerindra Kaltim yang juga wakil ketua DPRD Kaltim maju sebagai bakal calon wakil gubernur mendampingi H Rudy Mas’ud (HARUM), ketua Golkar Kaltim dan anggota DPR RI. Mereka sudah beberapa kali bertemu. Malah sudah beredar akronim baru, yaitu dari HARUM menjadi HARUS. Haji Rudy Mas’ud dan Seno Aji.
Kedua, AH sepertinya juga tidak didukung Gerindra dalam Pilwali Samarinda. Gerindra memberi isyarat menunjuk Ir H Agus Suwandy, anggota DPRD Kaltim sebagai calon baru. Malah sudah dibentuk tim khusus, kata Wakil Ketua Gerindra Kaltim Sulaiman Hattase. Tim itu sudah membangun komunikasi politik dengan Golkar, PDIP, dan PKB. Pasti bakal seru Agus menghadapi ketuanya sendiri, AH.
Ketiga, AH tetap tak goyah maju sebagai petahana. Tapi jalur kontestan yang bakal ditempuhnya belum dipastikan. Apakah menggunakan jalur perseorangan atau tetap partai. Bisa jadi parpol di luar Gerindra. Dia sudah mendaftar di beberapa partai dan sudah punya surat dukungan (surduk) hampir 60 ribu fotokopi KTP warga. Masyarakat memuji dia berhasil membenahi Kota Samarinda, karena itu dia disayang dan diberi dukungan penuh agar AH melanjutkan lagi di periode kedua, 2024-2029. “Surduk itu bukan dari tim saya, itu benar-benar murni dari masyarakat,” kata AH. Syarat jumlah surduk di Pilwali Samarinda menurut KPU minimal 45.332.
Keempat, tersiar kabar dia juga hampir pasti “pisah ranjang” dengan wakilnya sekarang, Rusmadi Wongso. Keretakan hubungan AH dengan Rusmadi sudah lama terdengar. Rusmadi tidak banyak diberi peran sebagai wakil wali kota Samarinda. Rusmadi sepertinya akan maju sendiri dalam Pilwali 2024. Bahkan 7 ormas daerah yaitu Majelis Rakyat Kaltim Berdaulat (MRKB), KBBKT, LABAK, Ikapakarti, KKSS dan ICDN terang-terangan sudah memberi dukungan. Ada juga kemungkinan Rusmadi menjadi bacawagub Kaltim mendampingi Mahyudin. Wakil ketua DPD RI ini beberapa waktu lalu sudah menemui Rusmadi. Mereka tampak akrab dan saling memuji. Rusmadi sudah pengalaman menjadi cagub Kaltim. Pada Pilgub 2018, dia maju bersama Ketua PDIP Kaltim Safaruddin. Sayang hanya jadi runner up.
Kelima, AH disebut-sebut sudah punya pasangan baru. Namanya Syaparudin, S.Sos. Bukan ketua PDIP Kaltim. Dia adalah wakil ketua PWNU Kaltim, yang dipercaya AH menjadi ketua Tim Wali Kota Akselerasi Pembangunan (TWAP) Samarinda. Itu tim hasil diskresi AH. Dalam struktur organisasi resmi pemerintahan, tidak ada tim seperti itu. Tugasnya memberikan masukan kepada AH agar proses pembangunan di ibu kota Kaltim ini berjalan lancar. Jadi hubungan mereka sangat akrab. Syaparudin belum mau berkomentar. Tapi timnya sudah berkonsultasi dengan KPU untuk persiapan maju melalui jalur perseorangan. “Saya ini apalah. Yang penting men-support beliau. Terserah keputusan Pak Andi Harun,” katanya merendah.
Di tengah badai cukup panas itu, ada juga pernyataan dari Akhmed Reza Fachlevi, ketua Tidar Kaltim yang baru bertemu Budisatrio. “Pak Andi Harun masih ketua Gerindra Kaltim. Semua harus patuh dengan beliau. Kader Gerindra memang punya potensi untuk maju di Pilgub, Pilwali, dan Pilbup. Tapi kami tetap solid,” tandasnya. Tidar (Tunas Indonesia Raya) adalah salah satu organisasi sayap partai milik Prabowo Subianto.
CALON LAINNYA
Ketika saya kirim beberapa tulisan saya tentang Pilkada Serentak di Kaltim, Pak Dahlan Iskan sempat tanya apa istri saya, Bunda Arita maju? Istri saya memang ditawari maju ke Pilwali Balikpapan sebagai bakal calon wakil wali kota. Ada yang ngajak perseorangan, ada juga diminta mendaftar di Partai Nasdem dan PDIP.
Pak Dahlan juga tanya soal Pilwali Samarinda. Maklum dia pernah merintis karier jadi wartawan di sini. Dia dulu jadi wartawan koran Mimbar Masyarakat, milik Pak Alwy AS, sesepuh Kaltim. Istri beliau Hj Nafsiah Sabri, orang Loa Kulu yang tinggal di Samarinda. Kalau ke Samarinda, Pak Dahlan sering mencari nasi kuning atau soto banjar. Jadi Samarinda seperti kampung halamannya juga.
Selain AH dan Rusmadi, ada beberapa nama yang beredar. Di antaranya tokoh muda, Andi Satya Adi Saputra (42), calon dari Golkar. Dia dokter yang mulai beralih profesi jadi politisi. Padahal dia spesialis kandungan atau obgyn dan magister kesehatan (Sp.OG dan M.Kes). Sangat dibutuhkan di dunia kesehatan.
Dia mengikuti jejak ayahnya, dr Andi Sofyan Hasdam, Sp.S. Pak Sofyan sempat menjadi wali Kota Bontang dan sekarang terpilih menjadi anggota DPD RI. Istri Pak Sofyan atau ibu kandung Adi Saputra juga dokter spesialis kandungan. Neni Moerniaeni, juga sempat menjadi wali kota Bontang. Sekarang kabarnya mau kembali nyalon.
Masih ada saudara Adi Saputra yang juga terjun ke dunia politik, yaitu Andi Faizal Sofyan Hasdam. Dia ketua DPRD Bontang. Bayangkan hebatnya, dia ketua DPRD sementara mitranya, sang wali kota, ibu kandungnya sendiri.
Adi Saputra baru saja terpilih menjadi anggota DPRD Kaltim mewakili dapil Samarinda. Kalau memang resmi menjadi cawali Samarinda, maka terpaksa harus mengundurkan diri. “Memang benar Golkar mengusulkan dia ke Pilwali Samarinda,” kata Hendra, ketua Golkar Samarinda.
Sayang Golkar Samarinda tidak bisa mengusung sendiri. Karena hasil Pileg 2024 hanya meraih 8 kursi, jadi kurang satu untuk mengajukan calon pasangan. Golkar katanya sudah berkomunikasi dengan PKS, Demokrat, dan PAN.
Selain itu ada nama M Barkati, S.Sos, MH (ketua DPC Demokrat). Juga Nidya Listiyono (ketua Komisi II DPRD Kaltim) dan Muhammad Ridwan (ketua MKGR dan Kadin Samarinda).
M Barkati sempat menjadi wakil wali kota Samarinda selama 19 bulan sejak meninggalnya Nusyirwan Ismail pada Februari 2018. Wali kotanya Syaharie Ja’ang. Sebelumnya dia sempat maju dalam Pilwali Samarinda 2015 berpasangan dengan Zuhdi Yahya, mantan ketua KONI Kaltim. Lalu maju lagi dengan Darlis Pattalongi pada Pilwali 2020. Sayang belum berhasil.
Belum tahu apakah Zairin Zain, mantan ketua Bappeda Kaltim maju kembali ke Pilwali Samarinda. Dalam Pilwali 2020 dia bersama H Sarwono maju melalui jalur perseorangan. Hanya kalah tipis dengan pasangan Andi Harun-Rusmadi. Tapi saya lihat baliho Zairin beredar di Tenggarong saat ini. “Mulang Kampung,” kata tagline-nya dalam bahasa Kutai.
Sarwono disebut-sebut akan maju di Pilwali 2024. Dia sekarang Sekretaris DPW Partai Gelora Kaltim dan banyak menemani Hadi Mulyadi ke pelosok-pelosok.
Lucunya ide teman-teman wartawan Samarinda di grup WA, Wartawan Legend. Mereka bilang kalau saya tak bisa lagi maju di Pilwali Balikpapan, kita usung saja di Pilwali Samarinda. “Sudah waktunya Pak Rizal memimpin Kota Samarinda. Tuhan bersamanya.” Begitu usulnya.
Ada lagi yang bilang begini. “Saya tak meragukan Pak Rizal. Tapi jika AH masih maju, kansnya cukup berat. Infrastruktur AH komplet. Bagaimana jika Pak RZ kita dorong jadi cawagub? Cawagub mana pun butuh pendamping yang proksimitasnya dengan Balikpapan kuat.”
Saya tak berani berkomentar. Hidung saya lagi mampet dan stres. Dua tim kebanggaan saya, Manchester United (MU) lagi babak belur. Ditambah lagi Timnas U-23 kita gagal ke Olimpiade Paris. Tapi Alhamdulillah, dua cucu saya Defa dan Dafin sudah sembuh dari cacar dan demam berdarah (DBD). Hidup Pilkada. Sehat selalu. (*)
Catatan Rizal Effendi