Catatan Rizal Effendi
ADA kado peringatan dan anjuran menjelang HUT ke-77 Kemerdekaan RI. Datangnya dari Menteri Pertanian Prof Syahrul Yasin Limpo. “Hati-hati yang makan mi dari gandum, besok harganya naik 3 kali lipat,” katanya dalam webinar Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Senin (9/8).
Syahrul mengungkapkan, gandum yang merupakan bahan baku pembuatan mi harganya lagi melonjak imbas dari perang Rusia-Ukraina. Di sana ada 180 juta ton gandum tidak bisa keluar untuk diekspor termasuk ke Indonesia. Padahal kita sangat tergantung dengan negara tersebut.
“Gandumnya ada di pasaran, tapi mahal banget. Saya tidak setuju kalau kita impor terus. Karena itu kita lebih baik makan singkong saja, sorghum atau makan sagu saja,” tandasnya.
Soal “hati-hati” harga bakal naik, sebelumnya sudah diperingatkan Presiden Jokowi pada peringatan Hari Keluarga Nasional di Medan, Rabu (7/7) lalu.
“Ini hati-hati yang suka makan roti dan mi. Harganya bisa naik. Karena apa? Ada perang Ukraina-Rusia. Kenapa perang memengaruhi harga gandum? Karena produksi gandum 34 persen berada di negara itu. Rusia, Ukraina, dan Belarusia semua ada di situ. Di Ukraina saja ada stok gandum,” papar Jokowi.
Lalu Presiden menceritakan pengalamannya ketika berkunjung ke Ukraina. Di sana ia menanyakan langsung kepada Presiden Volodymyr Zelensky soal stok gandum. Zelensky bilang ada stok 22 juta ton ditambah 55 juta ton lagi dari hasil panen baru. Jadi totalnya 77 juta ton. “Itu semua tidak bisa dijual ke luar,” kata Presiden, yang bekas pelawak itu.
Hal yang sama ditanyakan juga oleh Presiden Jokowi ketika meneruskan perjalanannya ke Rusia. Presiden Vladimir Putin menyebutkan ada 130 juta ton stok gandum di negaranya.
“Bayangkan berapa ratus juta orang yang memiliki ketergantungan kepada gandum Ukraina dan Rusia. Dan sekarang ini sudah mulai langka. Barang itu nggak bisa keluar dari Ukraina dan nggak bisa keluar dari Rusia,” kata Jokowi.
Meski yang disebut-sebut Presiden hanya roti dan mi, sesungguhnya hampir sebagian besar makanan terutama dari jenis kue menggunakan tepung gandum atau tepung terigu. Apa itu kue kering atau kue basah. Apa itu kue tradisional maupun kue atau makanan modern.
Pizza yang sering dibuat istri saya, Bunda Arita juga bahan baku utamanya tepung terigu. Jadi dapat diprediksi, dengan harga tepung yang meroket, otomatis semua makanan yang berbahan baku tepung terigu akan mengalami kenaikan. Dan pasti yang banyak terpukul adalah pelaku UMKM.
BUKAN HAL BARU
Anjuran makan singkong sebenarnya bukan hal baru. Sejak zaman perjuangan sampai tahun 60-an kita sering makan singkong karena terbatasnya beras atau nasi. Ketika saya tinggal di Samboja, sekeliling rumah ditanami singkong. Sekarang pun saya tanam singkong di Balikpapan Regency. Terkadang juga beli ke Pasar Buton.
Pada masa sekarang menu singkong tetap populer. Terutama dibuat keripik dan digoreng. Hampir semua café ada menu singkong goreng. Yang agak menghilang tape singkong. Dulu saya sering dikirimi Mas Agus dari Karang Joang. Tapenya sangat bagus dan enak. Getuk singkong saya lihat masih ada dijual di Pasar Klandasan dan Pasar Sepinggan.
Saya punya juru masak andalan. Namanya Bu Eeng, pemilik Eeng Wangsa Catering. Dia banyak memusatkan perhatian untuk mengolah singkong jadi berbagai jenis makanan. Saya sering dikirimi untuk mencicipi.
“Alhamdulillah, saya dengan teman chef dari Senyiur Balikpapan meraih juara I tingkat provinsi dalam lomba olahan pangan nonberas dan nonterigu,” kata Bu Eeng kepada saya.
Menurut Bu Eeng, melalui tangannya dia banyak mengolah makanan berbahan singkong. Di antaranya buras singkong, singkong tutup isi kepiting, sop singkong, dan kue-kue singkong. “Ketika Menteri Pertanian Pak Syahrul Yasin Limpo datang ke Balikpapan, saya sempat menyajikan makanan singkong kepada beliau,” tambahnya.
Singkong (Manihot utilissima), yang disebut juga ubi kayu atau ketela pohon, berasal dari Amerika Selatan. Menurut Haryono Rinardi dalam bukunya Politik Singkong Zaman Kolonial, singkong masuk Indonesia dibawa oleh bangsa Portugis ke Maluku sekitar abad ke-16.
Di kalangan masyarakat sempat muncul istilah “anak singkong.” Maksudnya keluarga banyak anak karena suburnya sang ibu dan tidak mengikuti program KB. Jadi seperti orang menanam singkong, cepat berkembang biak.
Selain itu, istilah “anak singkong” juga dipakai untuk anak-anak bumiputera zaman penjajahan dulu se bagai lawan “anak keju” atau anak-anak Belanda. Istilah “anak singkong” juga digunakan untuk anak yang tumbuh dengan alam.
Karena ada istilah anak singkong dan anak keju itu, membuat penyanyi dan pencipta lagu tahun 80-an Arie Wibowo menciptakan lagu yang sangat populer dengan judul Keju dan Singkong. Terkadang judulnya disebut Anak Singkong karena lirik penutupnya ada menyebut “Aku ini hanya anak singkong.” Arie ingin menggambarkan perbedaan anak kaya dan anak miskin.
Singkong mengandung kalori yang cukup tinggi. Dalam 100 gram singkong terkandung 110-150 kalori. Karena itu mengonsumsi singkong menambah energi. Singkong juga merupakan sumber serat dan karbohidrat kompleks, memiliki kandungan antioksidan yang baik serta membantu mengontrol gula darah.
Menurut ahli kesehatan, singkong tidak terlalu baik untuk dikonsumsi ibu hamil. Karena dapat meningkatkan risiko bayi mengalami cacat bawaan lahir dan kelainan tiroid. Dan tidak enak juga kalau anaknya disebut “anak singkong.” He..he. (*)
*) Rizal Effendi
– Wartawan senior di Kalimantan Timur
– Wali Kota Balikpapan dua periode (2011-2021)