Catatan Rizal Effendi
SAYA pikir prestasi SMA Negeri 10 Samarinda sudah habis. Ternyata tidak begitu. Setidaknya dengan viralnya Alphero Tanlianto, yang diperebutkan 8 universitas hebat di negeri orang pada saat ini. Dia baru saja lulus Mei 2023 lalu dan tengah mempersiapkan diri masuk ke bangku kuliah bersama teman-temannya yang lain.
Ketika dia mendaftar ke sejumlah perguruan tinggi melalui program Beasiswa Indonesia Maju (BIM), ternyata ada 8 universitas terbaik di luar negeri siap menampungnya. Kontan dia jadi viral. Siapa bilang daerah yang kaya sumber daya alam, tumpul otaknya?
Ke-8 universitas yang berebut menerima Alphero itu adalah University of Toronto (Kanada), University of British Columbia (Kanada), Wageningen University & Research (Belanda), Curtin University (Australia), Monash University of Sydney (Australia), Universitas of New South Wales (Australia), dan Nanyang Technological University (NTU) di Singapura.
Alphero sempat bingung memilih. Tapi ada Schoters, platform edutech untuk akses pendidikan ke luar negeri membantunya. Akhirnya dia memutuskan akan berlabuh di NTU. Dia melihat ranking universitas itu lebih tinggi, terutama fakultas atau jurusan yang menjadi pilihannya, yaitu teknik sipil atau civil engineering. Lagi pula orang tuanya merestui dan minta jangan terlalu jauh jaraknya dari Indonesia. Biar gampang ditengok atau pulang.
Selain itu, ada pertimbangan strategis yang menjadi mimpi dan tekadnya. Dia ingin berkontribusi kuat dalam pembangunan infrastruktur di Ibu Kota Nusantara (IKN). “Saya janji jika selesai menimba ilmu di NTU, saya segera balik ke kampung halaman. Sebagai anak Samarinda, saya siap ikut meningkatkan pembangunan infrastruktur di Kaltim khususnya di IKN,” kata Alphero bersemangat.
NTU adalah perguruan tinggi negeri tertua nomor 2 di Singapura. Didirikan tahun 1981. Kampus universitas ini terletak di kawasan industri Jurong, bagian baratdaya Singapura dan memiliki areal seluas 2 km persegi, yang membuat NTU menjadi universitas terbesar. Dia juga punya dua kampus lain, yaitu di lokasi Novena dan One-North.
Dengan jumlah mahasiswa 23.951 orang dan 3.846 tenaga pengajar, NTU menduduki peringkat 1 universitas termuda (di bawah 50 tahun) menurut QS World University Rankings. Secara umum, NTU menduduki peringkat 10 di dunia dan nomor 2 di Asia.
Jurusan civil engineering NTU adalah jurusan favorit dan paling banyak diminati. Di jurusan ini berbagai disiplin bisa dipelajari. Di antaranya perencanaan pembangunan, infrastruktur, pengelolaan dan pemeliharaan sebuah bangunan. Bangunan yang dimaksud adalah gedung, perkantoran, jalan raya, bandara, dan lainnya.
Banyak anak Indonesia kuliah di sana. Karena itu ada organisasi intrakampus bernama PINTU (Pelajar Indonesia di NTU). Ini adalah wadah pelajar Indonesia yang belajar di NTU. Mereka bikin berbagai kegiatan menarik . Di antaranya get together day (GTD) untuk menyambut mahasiswa baru. Ada NiRu (Night Run) yaitu lari bersama di malam hari dan diakhiri makan bubur dan minum milo serta T-Spray (Traditional SPortand cultural daY) yaitu acara perayaan kemerdekaan RI dengan menampilkan seni tradisional dan bermain olahraga tradisional bersama.
Sejak duduk di bangku SMP, Alphero sudah berprestasi. Dia berhasil meraih medali perak untuk Olimpiade Sains Nasional (OSN) di bidang IPA. Dia juga sangat tertarik dengan bidang riset. Karena itu dia digaet oleh Kedutaan Amerika Serikat menjadi salah satu dari empat siswa Indonesia yang dipanggil untuk mengikuti UNVIE Space Camp Exchanges 2022.
Mereka yang mengikuti program tersebut mendapat pelatihan dan pengalaman mengenai ruang angkasa, termasuk berkenalan dengan astronot, simulasi gravitasi bulan, hingga menjadi tim pelaksana keberangkatan roket.
“Kami sangat bangga ada anak Kaltim yang lolos ke NTU melalui program BIM yang dilaksanakan Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas),” kata Radyum Ikono, CEO Schoters Indonesia.
BIM merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menyemai bibit generasi masa depan Indonesia unggul. Ini juga selaras dengan misi Schoters untuk menciptakan berbagai karya dan inspirasi untuk negeri dengan mendorong anak bangsa memperoleh pendidikan terbaik di dunia.
Pihak SMAN 10 Samarinda optimis Alphero sukses menjalani program pendidikan di NTU. “Dia anak hebat dan menjadi salah satu siswa terbaik kami,” kata Mushadi, guru matematika sekaligus wakil kepala sekolah urusan kehumasan.
SEMPAT RIBUT
SMA 10 Samarinda juga populer disebut SMA Plus. Sekolah ini memang digagas punya nilai plus dibanding sekolah lain. Karena itu mereka hanya menerima anak-anak tamatan SMP terbaik se-Kaltim agar kualitas sekolah dan siswa benar-benar plus.
Sekolah ini didirikan pada era Gubernur HM Ardans, SH sebagai hasil kerjasama dengan Yayasan Melati yang dipimpin Haji Rusli, pemilik Hotel Mesra Samarinda. Tanahnya milik Pemprov, sedang bangunan dan fasilitas lainnya milik Yayasan.
Haji Rusli tidak sekadar pengusaha, tapi dia memang tokoh Kaltim yang sangat bersemangat memajukan pendidikan anak-anak daerah. Maklum dia pernah jadi guru di SMEA dan asisten dosen di kampus Unmul. Juga tokoh politik, yang pernah menjadi anggota DPRD Kaltim.
Ketika diresmikan Menteri Pendidikan Prof Wardiman Djojonegoro pada 11 Desember 1997, kepala sekolah pertamanya adalah Drs Harimurti WS, MM. Tokoh pendidikan berusia 69 tahun ini baru saja meninggal dunia, hari Rabu (28/6) pukul 13.30 di RS Dirgahayu Samarinda.
Selain di SMAN 10, dia pernah menjadi kepala SMPN 11, SMPN 1, mantan Kabid Dikmenjur Diknas Kaltim dan Kadisdik Samarinda. Hari juga aktif di Pengprov IPSI dan KONI. Dia pendiri Paguyuban Arek-Arek Suroboyo dan penasihat Ikapakarti Kaltim. “Pak Hari berjasa untuk kemajuan SMA 10,” kata para guru di sana.
Sejak Harimurti bertugas, pertumbuhan SMA 10 tumbuh pesat sebagai sekolah unggulan. Tapi sekolah ini tersedak di tahun ke-13. Benar juga kata orang angka 13 tidak terlalu baik. Kerjasama Yayasan Melati dan Pemprov Kaltim putus, buntut dari perseteruan Haji Rusli dengan Gubernur Awang Faroek Ishak.
Mereka saling gugat dan usir. Akhirnya dua-duanya hengkang dari kampus lama di Jl HAM Rifaddin RT 25 Harapan Baru, Kecamatan Loa Janan Ilir. Haji Rusli membentuk yayasan baru bernama Yayasan Bunga Bangsa dengan mendirikan sekolah Islam terpadu bertaraf internasional di kawasan Murgirejo, Sungai Pinang. Sedang Pemprov Kaltim membangun gedung baru SMA 10 di Jl PM Noor, Sempaja Selatan, Samarinda Utara.
Setiap ke Samarinda, saya sering melintas di depan kampus SMA 10 di Samarinda Seberang itu. Tak ada lagi kegiatan di sana. Padahal gedungnya masih baik dan bersejarah. Saya tidak tahu persis bagaimana akhirnya silang sengketa itu. Saya masih terngiang ucapan Haji Rusli sebelum meninggal dunia. “Secara pribadi saya tetap baik dengan Pak Awang, meski bersengketa urusan SMA Plus,” katanya saat itu. (*)