BONTANG – Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Dispopar) Bontang mengadakan Focus Group Discussion (FGD) Fasilitasi Penyusunan Peta Jalan Ekonomi Kreatif Kota Bontang, Senin (24/7/2023) bertempat di Ruang Rapat Dispopar Bontang.
Kegiatan ini diadakan secara hybrid, antara Dispopar beserta seluruh pihak yang terlibat pada tim ekonomi kreatif (ekraf) Bontang dengan 2 pemateri Erwiantono dan Heru Susilo dari Tim Faslilitator Talanpekda Kota Bontang.
Kadispopar Bontang, Ahmad Aznem menyampaikan, FGD ini bertujuan mendiskusikan peluang dan tantangan dalam menyusun peta jalan sektor ekonomi kreatif di Kota Bontang pada era strategis. Dari beragam perspektif agensi pembangunan yang kompeten bersama dengan aparat pemerintah, akademisi, pelaku usaha dan komunitas kreatif serta penggiat media dan khalayak luas.
“Peserta yang hadir merupakan perwakilan OPD-OPD yang terlibat dalam tim ekraf Bontang. Ada Bapenda, Disnaker, Disdikbud, Diskop UKMP, dan teman-teman dari 17 sektor ekraf,” bebernya dalam sambutan.
Lanjutnya, di kegiatan tersebut ingin mendengarkan pemaparan dari Erwiantono dan Heru Susilo selaku Tim Fasilitator Talanpekda Kota Bontang, bagaimana konsep dasar ekraf di Kota Bontang.
Provinsi Kaltim telah menyusun peta ekraf, dan akan ditindaklanjuti oleh seluruh kota di Kaltim. Di Bontang akan dikaji bersama apa yang sudah disusun oleh Erwin dan Heru.
“Diharapkan sebelum jadi acuan perkembangan ekraf di kota ini tentu akan dibahas sampai tuntas. Setelah kita dengar dari kedua pemateri kita akan dengar masukan dari teman-teman di lapangan. Saya rasa masukan dari teman-teman di lapangan akan semakin memantapkan konsep,” ungkapnya.
Pemateri pertama, Erwiantono memaparkan bahwa ekraf di Indonesia memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian nasional. Berdasarkan perhitungan Badan Pusat Statistik, selama periode 2010-2013 ekonomi kreatif secara rata-rata menyumbang 7,8 persen terhadap PDB Indonesia.
Nilai tambah ekonomi kreatif mencapai Rp. 641,8 triliun pada tahun 2013 dengan pertumbuhan sekitar 5,76 persen, dimana jumlah industri kreatif tercatat sebanyak 5,4 juta usaha yang menyerap angkatan kerja sebanyak 11,8 juta orang. Peran sektor ekonomi kreatif dinilai semakin signifikan menjadi penopang pertumbuhan perekonomian Indonesia di masa depan.
“Kenapa ekraf diperbincangkan saat ini? Karena bahan tambang dan mineral bisa habis. Ekraf bisa jadi masa depan ekonomi kita sendiri. Saat ini 60 persen ekonomi Kaltim masih ditopang oleh hasil galian dan tambang. Tentu ke depan akan berkurang,” bebernya.
Sementara itu, pemateri kedua Heru Susilo memaparkan cara penyusunan dokumen peta jalan pengembangan ekraf Kota Bontang tahun 2023-2027 (Talanpekda Bontang). Menyampaikan pula bagaimana cara pengisian kuesioner yang harus dilakukan di tahapan awal.
Disebutkannya, instrumen penelitian /Kuesioner dimaksudkan untuk memperoleh data/informasi dalam penyusunan dokumen, sehingga diperoleh gambaran yang jernih tentang situasi dan dinamika ekonomi kreatif, serta peluang untuk mengembangkannya di masa yang akan datang.
”Oleh karenanya tidak perlu ragu dalam memberikan jawaban yang objektif dalam pandangan bapak/ibu/saudara. Independensi bapak/ibu/saudara dijamin sepenuhnya dalam kerangka etika penelitian,” tegasnya. (adv/al)