Catatan Rizal Effendi
DIREKTUR Rumah Sakit Pertamina Balikpapan (RSPB) dr M Noor Khairuddin, Sp.B, MPH didaulat seakan menjadi seorang kepala suku, lalu diarak naik becak. Itu terjadi di halaman RSPB Minggu (28/5) kemarin, mewarnai perayaan hari ulang tahun sang ahli bedah yang ke-56. Khairuddin lahir, tumbuh berkembang, sukses berkarier di Balikpapan. Dalam lingkungan keluarga dekatnya pria berkumis lebat berpostur tinggi besar ini disapa dengan panggilan sayang “Nunung”.
“Selamat ulang tahun, Pak Dokter Khairuddin. Kami semua senang di bawah kepemimpinan Bapak. Sehat dan sukses,” kata sejumlah karyawan, tim manajemen, dokter, dan tenaga kesehatan RSPB lainnya hampir serempak.
Khairuddin tampak gagah dan bahagia mengenakan baju adat Dayak. Dia memang sudah hampir tiga tahun menjadi “kepala suku” di RSPB. Dia diangkat sebagai direktur RSPB menggantikan dr Syamsul Bahri, 8 Juli 2020. Sebelumnya Khairuddin wakil direktur. Saat itu saya masih menjabat wali kota.
“Pak Khairuddin diberi pakaian adat karena beliau putra daerah. Jadi selalu punya komitmen yang tinggi membangun daerahnya sendiri. Sengaja kita naikkan becak, supaya beliau tetap sebagai pemimpin yang merakyat dan selalu membela kepentingan rakyat,” kata Bu Lisa, Humas RSPB.
Dokter spesialis bedah lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) ini kaget ketika saya datang di sela perayaan. Sengaja saya bawakan kado berupa sekeranjang pisang mahuli dan tomat yang saya panen dari kebun di depan rumah saya di Balikpapan Regency. Paket yang sama juga pernah saya kirim ke dr Elies Pitriani Sp.P, yang saya anggap seperti keluarga sendiri.
Saya banyak berutang budi kepada dr Khairuddin. Termasuk ketika saya menjadi wali kota dan tengah sibuk menangani pandemi Covid-19. Saya hormat karena dr Khairuddin sangat peduli dan mau bekerja sama dengan Pemerintah Kota Balikpapan. Dia bersama tim dokter lainnya juga menangani istri, menantu, dan dua cucu saya yang tersengat wabah Covid saat itu.
Perayaan HUT Khairuddin dirangkai dengan HUT ke-36 RSPB. RSPB yang berdiri di atas tanah seluas 34 hektare lebih itu, diresmikan oleh Dirut Pertamina Brigjen TNI Dr Ibnu Sutowo pada era Presiden Soeharto, 4 April 1987. Ibnu Sutowo juga yang membangun kompleks Banua Patra termasuk Lapangan Merdeka.
Meski kelasnya masih setingkat di bawah RSUD Kanujoso milik Pemprov Kaltim, toh RSPB diakui sebagai salah satu rumah sakit rujukan terbaik tidak saja bagi pekerja Pertamina dan keluarga, tetapi juga masyarakat umum. “Rasanya kelasnya beda kalau dirawat di RSPB,” kata seorang pasien.
Tiga hari lalu ada komentar seorang keluarga pasien bernama Ernita. “Terima kasih RSPB sudah melayani kedua orang tua saya dengan baik. Padahal sudah mondar-mandir ke beberapa rumah sakit yang lain, tapi tak ada yang bisa. Pas ke Pertamina, langsung dilayani rawat inap. Pelayanannya juga oke,” katanya begitu.
“Mungkin ini RS yang menerima pasien BPJS dengan pelayanan terbaik. Semua staf ramah. Semoga tetap seperti ini. Kita patut bersyukur Balikpapan punya RS seperti ini,” kata Goeij.
Setidaknya ada 10 dokter spesialis dengan segudang pengalaman bertugas di RSPB. Ada dokter Muhammad Iqbal yang dikenal sebagai spesialis jantung, ada dr Alvarez, spesialis othopedi yang sering muncul di medsos, ada dr Aspian Noor, ahli obstetri dan ginekologi yang juga suami Kepala Dinas Kesehatan Kota dr Andi Sri Juliarty alias dr Dio. Selain itu ada dr Sentot, spesialis bedah onkologi, dr David, spesialis jantung dan pembuluh darah serta dr Rahmat, spesialis plastic surgery.
Dengan mengenakan kaus merah, keluarga besar RSPB larut dalam keriangan dan suka cita HUT. Ada sejumlah lomba digelar dengan disediakan berbagai hadiah. Mulai lomba band, lomba masak antarunit, lomba poster edukasi, lomba membuat video ucapan HUT RSPB, lomba futsal putra/putri, lomba tenis meja sampai lomba PUBG.
Saya mendapat kehormatan menerima bagian nasi tumpeng pertama dari dr Khairuddin. Bahkan pulangnya diberi 4 kotak kue. Cucu saya, Defa yang lagi latihan sepak bola di Lapangan Merdeka suka sekali. “Terima kasih, Kai, selamat ulang tahun dokter Khairuddin,” katanya gembira.
TETAP DI BALIKPAPAN
Menurut dr Khairuddin, dia sempat ditawari “hijrah” ke kantor korporasi di Jakarta. “Tapi saya minta izin tetap di Balikpapan untuk menuntaskan pembangunan dan pengembangan RSPB dan fasilitas kesehatan lainnya,”jelasnya.
Salah satunya mengembangkan klinik kesehatan milik Pertamina di Panorama, Rapak menjadi rumah sakit type C. “Kalau di sana sudah rampung dan sudah beroperasi, maka RSPB akan kita kembangkan dan tingkatkan lagi,” kata Khairuddin.
Ada beberapa program pengembangan RSPB yang tengah dipersiapkan. Antara lain dibukanya Klinik Fertilitas bekerjasama dengan Morula IVF Indonesia, hyperbaric chamber, MCU one stop-service, perubahan ruang kamar rawat inap secara menyeluruh serta membuka klinik tumbuh kembang anak.
Sekarang ini RSPB dilengkapi pelayanan rawat inap termasuk kelas super VIP, instalasi gawat darurat (ICU/ICCU/PICU/NICU), kamar operasi, gedung layanan sport medicine, Cardiac Center, Eye Center, Diabetes Center, pelayanan poli, apotek dan fasilitas penunjang lainnya seperti laboratorium, rontgen dan CT Scan, USG4D, EEG, fisioterapi serta endoskopi.
RSPB juga punya fasilitas pendaratan helikopter untuk melayani pasien rujukan, yang biasanya dari pekerja Pertamina atau perusahaan pendukungnya di anjungan lepas pantai atau yang bekerja di daerah pelosok.
Khairuddin menyadari dengan adanya proyek perluasan kilang Pertamina (RDMP) Balikpapan dan dimulakannya pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), maka keandalan pelayanan RSPB sangat dibutuhkan. Bahkan menjadi tuntutan untuk terus ditingkatkan.
Menurut dia, RSPB memiliki visi menjadi penyelenggara layanan kesehatan yang prima, terpercaya, serta memiliki keunggulan kompetitif yang berkelanjutan di Kaltim. Selamat ulang tahun dr Khairuddin, sukses dan terus mengabdi untuk kepentingan rakyat banyak. Dan selamat ulang tahun juga untuk RSPB yang hebat dan terpercaya. (*)