PPU – Pemkab Penajam Paser Utara (PPU) sedang mempersiapkan perelokasian Pasar Waru. Rencana lama ini ditargetkan bisa dilakukan pada akhir 2023, sejalan dengan penyedian fasilitas pendukungnya rampung dikerjakan.
Keinginan Dinas KUKM Perindag PPU untuk merelokasi seluruh pedagang pasar yang ada di Kelurahan Waru itu sejatinya sudah sejak lama. Dalam rencana itu, pedagang akan dipindahkan ke bangunan pasar baru yang ada di Desa Sesulu.
Sekretaris Dinas KUKM Perindag PPU Erwansyah menuturkan masih ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan pada infrastruktur Pasar Waru tersebut. Pihaknya memperkirakan relokasi baru bisa dilaksanaan pada akhir tahun ini.
“Rencananya Pasar Waru, khususnya bagian pasar basah akan dioperasikan akhir tahun ini. Jadi, nanti pedagang dari Pasar Waru yang lama dipindahkan ke pasar yang baru,” katanya, Rabu (25/5/2023).
Adapun yang kini tengah dipersiapkan ialah beberapa fasilitas pendukungnya. Dalam hal ini, pemerintah daerah telah menganggarkan untuk pembangunan fasilitas penunjang Pasar Waru sebesar Rp 750 juta.
“Pembangunan tambahan fasilitas itu juga selesai dibangun di akhir 2023,” sebutnya.
Fasilitas penunjang yang dibangun yakni toilet, tempat sampah, pemasangan jaringan listrik dan air bersih. “Kalau fasilitas penunjang susah selesai dikerjakan, baru kami fungsikan Pasar Waru di Desa Sesulu,” sambungnya.
Sekadar informasi, Pemkab PPU sebelumnya membangun Pasar Waru di sejak 2016 lalu. Dibangun di atas lahan lima hektare dan bersumber Dana Alokasi Khusus (DAK) dari Kementerian Perdagangan (Kemendag) sebesar Rp 7 miliar.
Bangunan semi permanen tersebut terbangun fasilitas pasar basah atau tempat jualan ikan, daging dan sayur-sayuran. Sementara untuk fasilitas pasar kering belum dibangun sampai sekarang.
Kemudian, alokasi anggaran untuk penambahannya diusulkan di tahun berikutnya sekira Rp 6 miliar. Namun hingga saat ini pengajuan bantuan anggaran ke pemerintah pusat itu belum terpenuhi.
Lebih lanjut, dasar pembangunan pasar ini sedari awal dirujukan untuk mengurai permasalah di Pasar Waru saat ini yang berada di pinggir jalan. Banyaknya pedagang di sana membuat acap kali dagangan tumpah ke jalanan dan menganggu aktifitas lalu-lintas.
Belum lagi kapasitas pasar yang dimiliki perorangan ini hanya ada 100 kios saja. Tentu hal ini menambah kesan kumuh dari para pembeli, pun pedagang.
“Anggaran untuk bangunan pasar kering akan kembali diajukan ke Kemendag. Sedangkan untuk pengelolaan nantinya, akan bekerjasama dengan Bumses) (Badan Usaha Milik Desa). Ada sekitar 5 hektar lahan pasar yang sudah bersertifikat, jadi kalau ada pembangunan pasar kering tidak ada masalah,” tutup Erwansyah. (SBK)