Catatan Rizal Effendi
LEBARAN pulang kampung ke Balikpapan, tentu tak biasa. Tradisi mudik biasanya dilakukan pekerja minyak dan kelapa sawit dari Kaltim ke Jawa, Sulawesi dan Sumatera. Tapi ternyata ada juga warga Balikpapan, yang sekarang bermukim di luar daerah pulang mudik.
Salah satunya Laras Sekar Arum, model dunia yang tidak saja membanggakan Kaltim, tapi juga Indonesia. Maklum tak banyak model Tanah Air, yang bisa melenggang lenggok di catwalk dunia terutama Paris. Itu yang dilakoni Laras saat ini.
Sejak pekan lalu dia tengah berada di Balikpapan. Selain mudik Lebaran sekalian dia menghadiri acara wedding adik kandungnya. “Saya ketemu di acara perkawinan adiknya itu,” kata Ibu Stevani Endah Purworini, wali kelas Laras ketika masih duduk di SMP Patra Dharma.
Laras tampil menarik di acara resepsi perkawinan adiknya. Mengenakan gaun panjang berwana cokelat dengan model tanktop. Dia tampak anggun dan seksi dengan tinggi badannya menjulang di atas 170 cm. “Ampun, tinggi saya cuma sampai bahunya saja,” kata Ibu Stevani ketika foto berdua.
Laras sempat jalan-jalan ke Samarinda. Saya tidak tahu persis apakah dia juga sempat singgah ke Titik Nol lokasi Ibu Kota Nusantara (IKN) di Sepaku, Penajam Paser Utara. Pasti orang luar juga banyak tanya ke Laras soal IKN, mengingat dia kelahiran Balikpapan, kota penyangga yang paling sibuk melayani pembangunan IKN.
Seperti pernah saya tulis, karier Laras boleh dibilang mulai go international tahun 2017, setahun setelah saya menjadi wali kota periode kedua. Melalui agen model Ford Paris dia mendapat kesempatan tampil pada pagelaran Paris Fashion Week membawakan karya Yves Saint Laurent, yang sangat elegan.
Yves Saint Laurent adalah salah satu seniman busana top asal Prancis. Dia dikenal sebagai salah satu tokoh perancang busana yang paling awal mendobrak ketimpangan gender dan masalah rasial. Dia menciptakan pakaian bergaya androgini yang memungkinkan perempuan untuk menggunakan pakaian bergaya maskulin.
Berkat penampilan yang apik, hanya setahun Laras sudah bisa mengalahkan pemodel dunia lainnya. Dia terpilih sebagai Model of The Years yang diadakan majalah Elle pada tahun 2018. Selanjutnya wajahnya juga mengisi majalah model dunia seperti Vogue Amerika, Vogue India dan media lainnya. Bahkan dia berhasil masuk sebagai brand model kosmetik kelas elite milik Kim Kardashian dan KKW Beauty.
Menurut Ibu Stevani, Laras hanya dua minggu di kampung halamannya. Setelah itu dia melanglang lagi untuk mengembangkan bakat dan karyanya. Ketika wabah Covid, dia sempat tinggal cukup lama di Bali. Kariernya terus berkembang dan ikut mengangkat nama baik kota Balikpapan.
BUPATI KOTABARU
Tidak saja Laras, Bupati Kotabaru, Kalsel, H Sayed Jafar Alaydrus SH juga pulang kampung. Dia dulu bermukim di Kampung Baru Tengah, Jl Riko, Kecamatan Balikpapan Barat. Rumah dan keluarga masih ada, sehingga dia dan istri menyempatkan pulang dan menggelar acara halalbihalal.
“Saya tak bisa melupakan kampung Baru Tengah. Meski saya lahir di Kota Baru, tapi saya dibesarkan, sekolah dan sukses jadi pengusaha kapal di kampung ini. Saya tetap warga di sini, saya tak bisa melupakan” katanya seperti diberitakan suaraindonesia-news.com.
Sayed Jafar merantau ke Balikpapan sejak tahun 1970-an. Waktu itu dia baru berusia 8 tahun. Lalu dibesarkan oleh orang tuanya di kampung Baru Tengah. Di sini dia berkembang, mulai sekolah sampai akhirnya jadi pengusaha perkapalan.
Orang Kampung Baru dikenal dengan dua jenis usaha yang membawa mereka jadi pengusaha sukses. Kalau tidak jual minyak, ya usaha di perkapalan. Mulai kapal kecil, speedboat sampai kapal besar membawa minyak. Maklum kampung ini berdekatan dengan kilang minyak Pertamina dan akrab berusaha di perairan Teluk Balikpapan.
Oleh teman dan keluarganya Sayed Jafar didorong masuk ke jalur politik di tanah kelahirannya. Dan sukses terpilih sebagai bupati Kotabaru sejak tahun 2016. Satu angkatan dengan saya, meski itu periode kedua masa jabatan saya sebagai wali kota. Sayed Jabar terpilih kembali di Pilkada 2021 dan sekarang tahun kedua di periode kedua masa jabatannya.
Di Balikpapan, Sayed Jafar pernah menjadi ketua Rabithah Alawiyah Kalimantan, wakil ketua Kadin dan anggota Hiswana Migas Bidang Transportasi Pertamina. Sedang di Kotabaru sebelum menjadi bupati, dia sempat menjadi ketua DPC Golkar Kotabaru.
Kabupaten Kotabaru terletak di Pulau Laut, pulau yang terpisah dari pulau Kalimantan. Jaraknya sekitar 305 kilometer dari Banjarmasin. Daerah ini merupakan salah satu kabupaten pertama dalam provinsi Kalimantan. Pada masa Hindia Belanda merupakan Afdeeling Pasir en de Tanah Boemboe. Luas wilayahnya 9.442,46 kilometer persegi dengan jumlah penduduk 329 ribu jiwa lebih.
Satu lagi warga Balikpapan pulang kampung. Dia pengusaha sukses dan akrab dengan sejumlah jenderal di Jakarta. Dia adalah H Muhammad Said, SE, MM, warga Karang Bugis yang sekarang bermukim di Ibu Kota. “Karena ibu kota bakal pindah ke Kaltim, bisa jadi saya pulang kampung benar-benar,” katanya ketika singgah ke kediaman saya saat Lebaran kemarin.
Saya mulai akrab dengan Said ketika dia menikahkan putrinya di Hotel Platinum Balikpapan beberapa bulan lalu. Sejumlah papan bunga ukuran besar dari puluhan jenderal TNI dan kepolisian mengucapkan selamat dan sukacita berderet di depan hotel. Kabarnya dia memang mempunyai relasi yang baik dengan kalangan di Mabes berkaitan dengan usahanya. Dia pengusaha travel haji dan umrah, selain juga masuk ke bisnis alutsista.
Waktu Pilwali Balikpapan tahun 2016, sebenarnya dia ingin ikut meramaikan bursa. Timnya sempat menghubungi saya, sayang dia jatuh sakit dan mengurungkan niatnya. Dia juga sempat menjadi calon anggota DPR RI dari PKS. “Tapi sekarang saya didorong Pak Wagub Hadi Mulyadi, nyaleg melalui Partai Gelora,” katanya.
Alumnus SMP Negeri I Balikpapan ini tadinya karyawan perusahaan swasta. Tapi dia nekat berhenti dan memilih berwiraswasta dengan istrinya, Risna Arina. Membuka usaha perjalanan ke Tanah Suci. Medannya tak tanggung-tanggung. Langsung hijrah ke Jakarta. Berkat keuletannya dengan cepat dia menggapai kesuksesan. Itu sebabnya dia didorong teman-temannya terjun ke panggung politik.
Ada teman menanyai saya, apakah saya tidak mudik? Saya bilang mau mudik ke mana, karena tanah kelahiran saya ya di Balikpapan. Tapi ada juga kampung halaman yang membesarkan saya, yaitu Samboja. Saya belum sempat ke sana. Rindu juga mancing di sela-sela kilang minyak sambil melihat keangkeran pompa angguk, yang menjadi tonggak sejarah perminyakan di sana. Saya jadi teringat ketika saya takut hantu, yang menjaga pompa minyak BPM waku itu. Saya lalu lari terbirit-birit. (*)