spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Pemprov Lakukan Audit Building, Ongkos Perbaikan Stadion Palaran Ditaksir Rp 160 Miliar

SAMARINDA – Pemprov Kaltim saat ini sedang melakukan proses audit building atau pengecekan kekuatan struktur bangunan Stadion Utama Palaran Samarinda. Menurut Kepala Dispora Kaltim Agus Tianur, pengecekan yang dilakukan terkait kondisi kerusakan dari struktur bangunan stadion.

“Kami sedang melakukan audit building ini, melihat tingkat kerusakannya dan berapa biaya yang akan dikeluarkan jika bangunan itu dibenahi. Apakah bangunan ini kerusakannya ringan atau berat,” ungkap Agus Tianur, Sabtu (26/12/2020).

Dijelaskannya, audit building untuk mendukung mewujudkan Stadion Utama Palaran Kaltim agar bisa tepat fungsi dan manfaat bagi masyarakat. Selama proses audit, maka tidak diperbolehkan ada kegiatan perbaikan atau pemeliharaan. Jika pun ada hanya sebatas kebersihan lingkungan stadion saja. “Tidak ada kegiatan pembangunan fisik,” katanya.

Audit building ini dilakukan tim PUPR dan Infrastruktur Wilayah Kaltim. “Audit ini, upaya Pemprov membenahi sarana dan prasarana publik. Agar dimanfaatkan dengan baik dan memberikan nilai tambah bagi pendapatan asli daerah,” tuturnya. “Artinya, audit sebagai upaya memaksimalkan fungsi stadion, apakah menjadi pusat rekreasi olahraga masyarakat maupun pembinaan olahraga atlet di Kaltim,” tambahnya.

WAJAH SURAM STADION PALARAN
Saat ini, kondisi Stadion Palaran begitu memilukan. Kemegahan hanya bertahan sekejap. Setelah belasan tahun, kejayaannya nyaris tak tersisa. Arena olahraga itu berdiri di selatan Samarinda. Tepatnya Kecamatan Palaran. Waktu tempuh dari pusat kota sekitar 40 menit. Itupun bila tak dikepung macet.

Keberadaannya ditandai gerbang bertuliskan ‘Stadion Utama Palaran’. Kondisi pun terbengkalai. Tiang pancang tampak kusam karena korosi. Belum lagi jalan masuk yang sudah tidak rata. Berhiaskan sejumlah lubang. Jalur ini kerap jadi lintasan truk-truk bermuatan besar. Dari gerbang utama, jarak tempuhnya sekitar 10 menit.

Dengan kapasitas 67.000 penonton, stadion terbesar di Kaltim tersebut harusnya layak untuk kejuaraan bertaraf internasional. Nyatanya, venue tersebut sudah terbengkalai setelah menyelenggarakan PON 2008. Jadi tuan rumah gelaran Piala Gubernur Kaltim pada Februari 2018 juga tak banyak menolong.

Hal itu diungkapkan Sayid Husein Sadly, kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pengelolaan Prasarana Olahraga (PPO). Ketika dijumpai di Gedung Olahraga Akuatik oleh koresponden media kaltim pada tahun lalu. “Ya, beginilah kondisinya sekarang,” ucapnya, saat kunjungan kerja mengecek kondisi genset utama di komplek stadion.

Bangunan megah tersebut dulunya menelan biaya Rp 800 miliar. Dibangun dengan taraf internasional. Kondisinya kini dikelilingi tanaman belukar. Tembok yang retak bahkan telah ditumbuhi rumput liar. Dari pintu masuk menuju lapangan hijau, anak tangganya sudah terbelah. Tanahnya amblas. Bagian fondasi pun sudah sangat tak kokoh. Bangunan penopang kursi tribune penonton sudah miring. Nyaris ambruk. Pengelola tak dapat berbuat banyak. Terbatas oleh anggaran.

Kepala Pengelola Stadion Utama Palaran, Hasbar, telah mengusulkan audit building atau pemeriksaan bangunan pada 2016. Bertujuan mengetahui tingkat kerusakan stadion. Juga anggaran yang harus disediakan. “Kira-kira sekitar Rp 160 miliar. Sudah semua. Termasuk memperbaiki pagar dan jalan,” jelasnya.

Hanya, hasil audit itu tak mendapat tindak lanjut. Persoalan tetap sama. Anggaran tak mencukupi. Pengelola pun hanya mampu mempekerjakan 16 pegawai. Empat di antaranya PNS. Sisanya non-PNS. “Kalau petugas keamanan ada 26 orang dengan tiga shift waktu jaga,” kata Hasbar. “Beberapa tahun lalu perbaikan cuma cat. Yang benar-benar mendapatkan perbaikan hanya GOR Serbaguna,” sambungnya.

Hasbar berharap pemerintah bisa memerhatikan bangunan lain. Seperti gedung bulu tangkis, lapangan tenis, softball, panjat tebing, kolam renang, dan lain-lain. Total ada 10 venue.

TANDA TAK MAMPU
Anggota Komisi III DPRD Kaltim, Syafruddin, menyebut Stadion Palaran adalah tanda ketidakmampuan pemerintah merawat apa yang telah dibangun. Termasuk untuk memanfaatkannya menjadi potensi rupiah. “Ini berkali-kali kami sampaikan kepada pemerintah, khususnya yang bertugas menjaga aset-aset kita itu,” sebut Udin, sapaan karib Syafruddin. “Sampai sekarang kita tidak tahu Stadion Palaran, Stadion Madya Sempaja, hingga Convention Hall, kontribusi fasilitas itu terhadap PAD,” sambung Udin.

Menurut politikus PKB tersebut, anggaran pemeliharaan stadion bisa saja dinaikkan jika hal tersebut jadi pangkal permasalahan. Namun, mesti diingat pula bahwa pengelola berperan menghasilkan uang dari aset daerah yang dikelolanya. “Jangan sampai hanya bisa meminta uang tapi tidak bisa menghasilkan,” imbuhnya.

Rusman Yaqub, ketua Komisi IV DPRD Kaltim, sudah lama memprediksi wajah Stadion Utama Palaran bakal jadi seperti sekarang. Ia mendesak perhatian serius pemerintah dalam pemeliharaan fasilitas olahraga tersebut. “Sama saja kita menghambur-hamburkan uang untuk dipakai sekali pas penyelenggaraan PON, setelah itu lalai dan membiarkan stadion tenggelam begitu saja,” keluhnya.

ANGGARAN MINIM PUN TERBAGI
Sayid Husein Sadly menegaskan pemerintah bukan tanpa perhatian untuk bekas kandang klub Putra Samarinda tersebut. Dalam setahun, APBD Rp 1,3 miliar diterima untuk pemeliharaan. Namun, alokasi tersebut masih jauh dari cukup. Apalagi digabung dengan perawatan Stadion Madya Sempaja. Pemerintah tak punya banyak opsi. Kondisi anggaran memang terbatas.

Stadion Utama Palaran memiliki luas 88 hektare. Berisikan 10 gelanggang olahraga. Rp 1,3 miliar yang terbagi, tentu tak akan cukup. Lebih-lebih mengembalikan wajah stadion seperti semula. “Kami berharap ada tambahan,” tuturnya.

Nyatanya, untuk kebersihan stadion saja sudah memakan Rp 1 miliar dalam setahun. Selama ini pemeliharaan dilakukan pihak ketiga untuk bagian cleaning service. Stadion Madya Sempaja masih lebih baik. Tersedia sumber dana secara mandiri. Mengambil anggaran retribusi parkir. Didapat sekitar Rp150 juta. Itupun dibagi lagi dengan pihak ketiga. Stadion Utama Palaran sempat mendapat perbaikan saat menggelar Piala Gubernur Kaltim pada 2016 dan 2018. Setelah setahun, kondisinya sudah rusak berat. (red)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti