BERAU – Komunitas Adat Terpencil (KAT) Km 2 Lati, terletak dalam wilayah administrasi Kampung Sambakungan, Kecamatan Gunung Tabur, Kabupaten Berau. Komunitas ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sejarah panjang Suku Dayak Punan Basap, yang mendiami Kabupaten paling utara Kaltim ini.
Dahulu, aktivitas keseharian warga suku Dayak Punan Basap adalah berburu dan memancing, bertempat tinggal dan tidur hanya dengan beratap daun, lebih sering hidup secara nomaden, dan hanya memanfaatkan hasil alam sebagai sumber pangan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Kondisi ini diakui oleh Puluk, salah seorang warga KAT Km 2 Lati, yang kini telah hidup layak bersama dengan puluhan warga Punan Basap lainnya, berkat pendampingan PT Berau Coal, salah satu perusahaan batubara yang beroperasi di Kampung Sambakungan.
“Kehadiran PT Berau Coal membawa kehidupan kami menjadi jauh lebih baik. Seluruh kebutuhan mendasar seperti air, listrik dan rumah dibantu sepenuhnya. Seperti saat ini kami sudah tinggal di Km 2 dan diberikan rumah. Lalu juga membantu anak-anak kami untuk sekolah,” bebernya.
Pihaknya tak menampik, perubahan sosial dan ekonomi yang lebih baik telah dialami oleh Warga Dayak Punan Basap berkat pendampingan PT Berau Coal yang dilakukan sejak lama. Mulai dari penyediaan hunian yang layak, penyediaan fasilitas air bersih, listrik, pendidikan untuk anak-anak, dan sejumlah fasilitas pendukung lainnya.
“Kalau tidak ada Berau Coal, mungkin saja kami-kami ini masih tinggal di tengah hutan untuk bertahan hidup,” tuturnya.
Kehidupan warga KAT Dayak Punan Basap yang sangat erat dengan pemanfaatan hasil alam dan hutan, masih berjalan hingga kini. Mereka memanfaatkannya sebagai sumber pendapatan. Salah satu usaha mereka adalah budidaya madu hutan, yang dalam proses hulu hingga hilirnya juga telah didampingi oleh Berau Coal.
“Selain berburu, kami juga mencari madu hutan untuk dijual. Beberapa tahun terakhir, kami tidak kesulitan mencari siapa yang akan membeli madu hutan. Karena sudah ada Berau Coal yang pasti akan menampung madu hutan kami,” ungkap Puluk.
Namun, diakui Puluk, madu hutan memiliki masa panen yang cukup lama untuk sekali panen. Tidak hanya itu, resiko yang dihadapi dalam memanen madu tersebut juga tidak main-main. Pemanjat harus sangat terlatih dan berpengalaman. Sebab, salah perhitungan dalam memanjat pohon madu, atau tidak kuat dengan sengatan lebah, pemanen bisa jatuh dari ketinggian.
“Tidak semua warga KAT bisa memanjat pohon untuk mengambil madu hutan, hanya beberapa saja yang sudah terlatih. Makanya memang perlu dilatih ke anak-anak kami,” tambahnya.
Dimulai sejak akhir tahun 2021 dan berjalan efektif pada tahun 2022, melalui inovasi pengembangan madu kelulut, PT Berau Coal memberi inisiasi pemberdayaan baru bagi warga KAT Km 2 Lati.
Kegiatan yang dilakukan mulai dari pemeliharaan lebah madu kelulut, kegiatan pecah koloni untuk perbanyakan kegiatan pemanenan, dan kegiatan konservasi penanaman tanaman bunga sumber pakan lebah Madu Kelulut.
“Kami juga sudah ikut pelatihan budidaya Madu Kelulut, mulai dari cara memecah koloninya. Bahkan bunganya pun dari pihak Berau Coal, semua didukung,” terangnya.
Menurutnya inovasi pengembangan budidaya Madu Kelulut ini dapat menjadi solusi alternatif menghadapi kendala kelangkaan madu hutan yang tidak bisa berproduksi sepanjang waktu atau bersifat musiman.
Dengan demikian produksi madu tidak lagi harus mencari ke hutan yang mempunyai risiko dan lebih berbahaya, namun bisa dilakukan di sekitar rumah dan tidak perlu menunggu musim. Adanya pembinaan budidaya madu kelulut dari Berau Coal juga memberikan dampak besar bagi pengembangan budidaya madu berkelanjutan.
“Sekarang jika menunggu musim madu hutan, kami sudah punya kegiatan lain. Terlebih lagi, madu kelulut ini lebih mudah. Bisa dibudidayakan di sekitar rumah. Tentu membuat kami menjadi lebih mudah” jelasnya.
Banyak pelajaran yang didapatkan dari pelatihan budidaya madu kelulut yang telah diikutinya, sehingga dipraktikkan di kampungnya. Dengan membudidayakan madu kelulut di sekitar rumah, Puluk bersyukur karena tidak lagi merasa kesulitan.
Ia menyampaikan terima kasih banyak kepada pihak Berau Coal yang selama ini telah banyak membantu. “Itu sangat membantu kami yang terjun ke dunia madu kelulut ini. Kami sangat bersyukur, karena ekonomi kami bisa meningkat,” jelasnya.
Sementara itu, Community Development Manager PT Berau Coal, Hikmawaty menambahkan, melalui Program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) PT Berau Coal berkomitmen memberikan pendampingan kelompok pemanen madu hutan dengan berbagai aktivitas.
Seperti pelatihan dan edukasi mengenai panen madu lestari, pengadaan fasilitas untuk memproses hasil panen madu hutan, edukasi panen madu yang aman, serta yang baru-baru ini dilakukan adalah inovasi pengembangan budidaya madu kelulut.
“Program tersebut merupakan wujud kepedulian dan konsistensi PT Berau Coal melakukan pengelolaan lingkungan hidup dan program inovasi sosial dalam mendorong kemandirian masyarakat Komunitas Adat Terpencil (KAT) di area lingkar operasional PT Berau Coal,” ungkapnya.
Konsistensi PT Berau Coal dalam pendampingan warga KAT dan mendorong kemandirian ekonomi warga setempat, diganjar dengan penghargaan Emas dalam program Proper Nasional.
“Alhamdulillah, dua tahun berturut-turut PT Berau Coal Site Lati mendapatkan Penghargaan Proper Emas Tingkat Nasional dari KLHK. Sebuah kebanggaan bagi kami dapat terus memberikan kontribusi positif bagi warga KAT Km 2 Lati,” pungkasnya. (dez/adv)