Catatan Rizal Effendi
ADA berita yang membuat kita ngiler atau “beliuran” kata orang Banjar. Datuk Dr Low Tuck Kwong, pemilik saham terbesar kerajaan batu bara Bayan Group atau PT Bayan Resources TBK (BYAN) kini menjadi orang nomor 1 terkaya di Indonesia. Menurut Forbes, pebisnis asal Singapura yang sudah menjadi WNI itu, memiliki kekayaan sekitar 25,2 miliar US dolar atau setara Rp 392 triliun.
Dengan kekayaan sebesar itu, Datuk Kwong berhasil menggeser Budi Hartono dan Michael Hartono (duo Hartono), pendiri Djarum Group, yang tadinya di posisi teratas 1 dan 2 dengan kekayaan masing-masing Rp331,5 triliun dan Rp319,5 triliun. Sementara itu dalam daftar orang kaya di dunia, Datuk menduduki ranking ke-52.
Kalau dibandingkan dengan APBD Kaltim 2023, yang pertama kali mencapai Rp17,2 triliun, maka besarnya kekayaan Datuk itu mencapai 23 kali lipat lebih besar. Bayangkan betapa luar biasanya kekayaan sang taipan. Dia hanya sendirian mengalahkan Kaltim yang berpenduduk 3,8 juta jiwa.
Makin gendutnya kekayaan sang Datuk, tentu tidak terlepas dari hasil penjualan batu bara dari Kaltim. Batu bara Datuk sebagian besar digali dari lokasi tambang di Tabang, Kukar. Ada juga dari Kalsel. Lalu dijual atau diekspor ke mancanegara terutama China, Korea, India, Malaysia, dan Filipina. Sepanjang tahun 2021, perusahaan ini mampu menjual 40 juta ton batu bara atau naik 11,11 persen dari penjualan tahun 2020, yang tercatat 36 juta ton.
Di negeri “Mutiara dari Laut Orien” atau “Lumbung Padi ASEAN” alias Filipina Datuk selain jual batu bara juga mendapat gelar kehormatan doktor honoris causa (Dr Hc) dari Universitas Notre of Dadiangas, 17 Maret 2012. Dia juga memiliki diploma di bidang Teknik Sipil (Civil Engineering) dari Japan Institute.
Keuntungan yang diraup Bayan Group, tidak saja karena volume penjualan yang meningkat, tetapi juga karena harganya yang belakangan melonjak luar biasa. Itu dampak dari perang Ukraina – Rusia, yang menyebabkan distribusi gas Rusia ke berbagai negara tersendat. Mau tak mau berbagai negara memburu batu bara sebagai alternatif. Hukum ekonomi tentu berlaku. Kalau demand meningkat, ya harga juga melonjak. Apalagi kalau barangnya terbatas.
Bayan sendiri tahun ini menargetkan produksi antara 37 sampai 39 juta metrik ton (MT). Lebih tinggi dari angka 2021, yang tercatat 37,6 juta MT. Kualitas batu baranya sangat bagus 4.250 kcal/kg, yang disebut-sebut memiliki kadar belerang dan kadar abu sangat rendah termasuk biaya produksinya.
Tulisan ini sebenarnya tak bermaksud merinci lebih dalam kekayaan Datuk, konglomerat yang sudah berusia 74 tahun itu. Tapi saya ingin menggambarkan bahwa pertumbuhan ekonomi Kaltim dari tahun ke tahun, hampir sama dengan naiknya kekayaan Datuk. Soalnya batu bara memang menjadi salah satu andalan ekspor terbesar dari provinsi ini.
Menurut data September 2022, Kaltim tercatat sebagai provinsi pengekspor batu bara terbesar di Indonesia yakni 2,46 miliar US dolar atau 58,57 persen dari total ekspor batu bara nasional. Baru di bawahnya Kalsel dan Kalteng.
Gubernur Isran Noor pernah bilang nilai ekspor batu bara Kaltim itu bisa menghasilkan 40 ribu US dolar atau sekitar Rp 500 triliun. Itu sudah cukup untuk membiayai pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), yang membutuhkan dana Rp 466 triliun. Jadi tak perlu lagi merayu investor dari luar.
Saya ingin menghubungkan masalah ekspor batu bara ini dengan ulasan ekonom Universitas Mulawarman Dr Aji Sofyan Effendi, yang membuat catatan ekonomi Kaltim 2022 dan outlook tahun 2023. Dia menggarisbawahi bahwa perekonomian daerah ini menunjukkan angka yang bagus dibanding daerah lain. Kondisi itu diprediksinya masih berlanjut pada tahun 2023.
Menurut Aji Sofyan, pertumbuhan ekonomi Kaltim dalam dua tahun terakhir, yaitu di fase melandainya Covid 19 berada di angka 2,48 persen dengan tingkat inflasi 2,15 persen. Hal itu menunjukkan bahwa daya beli masyarakat atau purchasing power parity masih terjangkau dengan baik.
Sementara nilai ekspornya mencapai 23,75 miliar US dolar. Jauh di atas impor yang tercatat hanya 3,33 miliar US dolar. Itu artinya terdapat surplus neraca perdagangan yang sangat signifikan sekaligus mencerminkan adanya penguatan struktur ekonomi Kaltim dari berbasis sumber daya alam (SDA) ke arah non-SDA.
Meski Aji Sofyan mengatakan mulai ada penguatan struktur ekonomi Kaltim, tapi orang tahu bahwa andalan utama dari ekspor Kaltim mulai dulu berasal dari ekspor migas, kayu lalu menyusul batu bara dan kelapa sawit belakangan ini.
Semua komoditas itu, memang sangat dibutuhkan dunia. Sepanjang potensi atau cadangannya masih ada, pasti selalu mendongkrak angka pertumbuhan ekonomi Kaltim. Kalaupun nanti ada pembatasan karena kepentingan lingkungan dan komitmen dunia serta kebijakan penggunaan energi terbarukan, tapi itu baru terjadi 20 atau 30 tahun ke depan. Bahkan bisa lebih.
Karena itu Aji Sofyan, yang juga ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Kaltim optimis pertumbuhan ekonomi Kaltim tahun 2023 bergerak naik antara 3,2 – 3,5 persen. Dengan catatan inflasi tetap terjaga. Meski angka itu masih di bawah nasional, yang diperkirakan antara 4,5 – 5,3 persen.
JANGAN “STROKE”
Di tengah pertumbuhan ekonomi yang bagus itu, Aji Sofyan mengungkapkan adanya situasi yang paradoks. Tingkat pengangguran di Kaltim relatif tinggi, yaitu 6,83 persen di atas angka nasional 5,6 persen dengan angka kemiskinan sekitar 6,27 persen.
Ia menggambarkan tingkat pengangguran itu seperti tensi darah. Kondisinya relatif tinggi. Jadi perlu dijaga agar potensi “stroke” tidak terjadi. Caranya, membuka peluang kerja di akar rumput melalui penguatan home industry dan UMKM.
Dari analisis Aji Sofyan, tingkat pengangguran yang tinggi juga akibat sebagian perusahaan belum pulih betul dari dampak Covid-19. Diperkirakan baru 40 persen yang full produksi atau aktif. Bahkan ada yang sudah collapse, sehingga masih ada yang dirumahkan atau belum mendapatkan pekerjaan.
Angka pengangguran itu punya korelasi cukup erat dengan angka kemiskinan. Ada kecenderungan jika angka pengangguran naik, maka angka kemiskinan juga relatif naik. Maklum kalau tidak bekerja, ya tidak ada pendapatan. Itu relevan dengan teori kemiskinan yang berasal dari pendapatan per kapita atau disposable income, pendapatan yang siap dibelanjakan.
Aji juga mengungkapkan tipikal kemiskinan di Kaltim, yang dikatakannya terjebak dengan narasi “Kaltim daerah kaya.” Maka pendatang dari luar ramai-ramai datang ke daerah ini. Dikira ada pekerjaan dan mudah mendapatkannya. Ternyata tidak semuanya benar. Akibatnya terjadilah kemiskinan yang berasal dari migrasi penduduk.
Kemiskinan dari migrasi penduduk membawa banyak persoalan, mulai soal kependudukan, permukiman, dan masalah sosial lainnya. Jarang mereka membawa surat pindah dan bahkan tidak punya KTP. Tinggal di gubuk atau rumah liar dengan sanitasi yang tidak sehat. Pendidikan dan kesehatan anak-anaknya sangat terbatas.
Perlu juga dilakukan kerjasama dan sosialisasi ke daerah asal mereka, bagaimana menjadi warga migrasi yang ideal dan smart. Mulai dipersiapkan modal pendidikan dan kompetensi yang cukup, kelengkapan administrasi kependudukan (apalagi sudah mendekati pemilu agar tidak kehilangan hak coblos), sampai urusan yang lain.
Menurut saya, perlu juga dibangun paradigma baru dalam mengukur kemajuan Kaltim dari tahun ke tahun. Dasarnya selama ini napas dan oksigen yang memacu jantung Kaltim hampir sebagian besar dari SDA. Jadi keteter SDM-nya. Karena itu orientasi ke depan harus habis-habisan atau bahkan mati-matian investasi ke sektor pendidikan dan kualitas SDM. Itu yang harus diukur lebih intensif.
Jangan ada lagi anak-anak kita yang harus menangis tersedu-sedu karena berebut bangku sekolah. SMK harus banyak dibangun. Universitas dan perguruan tinggi kita di daerah harus sama hebatnya dengan kualitas yang ada di Jawa bahkan dunia. Harus banyak kader-kader kita mengisi Ibu Kota Nusantara (IKN). Masa ibu kotanya di sini, tapi yang ngurusi orang jauh.
Selamat datang Tahun Baru 2023. Dirgahayu Kaltim ke-66. Tepat tanggal 9 Januari 2023 nanti, kita rayakan HUT ke-66 Provinsi Kalimantan Timur. Ruhui Rahayu, rukun dan damai warganya. (*)