spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Maroko Tetap Menang

Catatan Rizal Effendi

MAROKO menang, Pak? Asisten rumah tangga saya yang baru bangun pukul 05.10 subuh tanya begitu. Persis pada saat pertandingan Prancis lawan Maroko berakhir, Kamis (15/12) dinihari. Saya kaget ternyata diam-diam dia pendukung timnas Singa Atlas. Dia mengucek-ngucek matanya memelototi gambar di TV.

Seperti juga Kroasia, Maroko akhirnya gagal membuat kejutan lagi, setelah disungkurkan tim ayam jantan, Les Bleus 0-2 sekaligus membuyarkan impian mereka melangkah ke babak final Piala Dunia 2022, yang penuh drama di Qatar.

Anak-anak asuhan pelatih Walid Regragui ini sudah bertarung mati-matian. Bahkan ball possession mereka lebih unggul dan cukup banyak menciptakan beberapa peluang yang menegangkan. Tetapi tampaknya dewi fortuna  tak memihak mereka. Si kulit bundar tetap enggan  merobek gawang Hugo Lioris. Yang terjadi kemudian justru sebaliknya mereka yang kebobolan dua gol lewat kaki Theo Hernandez dan Randal Kolo Mulani.

Kolo menjadi pemain pengganti tercepat mencetak gol di pertandingan Piala Dunia 2022. Baru 45 detik menggantikan Ousmane Dembele, ia sudah berhasil menyarangkan bola ke gawang Yassine Bounou setelah mendapat asis dari Mbappe.

Begitu peluit panjang ditiup wasit Cesar Ramos asal Meksiko, pemandangan yang kontras kita saksikan di Al Bayt Stadium.  Mbappe dan ribuan fansnya bersorak ria, sementara pemain Maroko tertunduk lesu. Drama indah yang mereka ciptakan selama babak penyisihan, perempat final sampai semifinal berakhir sudah.

Saya ikut menitikkan air mata di depan layar TV, melihat ribuan pendukung Maroko terisak-isak. Gagal harapan kita menyaksikan sejarah baru di Piala Dunia empat tahun sekali ini. Digelar di negara Islam dan maunya kita sang juaranya juga timnas negara Islam. Tapi terlepas dari itu, Piala Dunia 2022 di Qatar telah berhasil menampilkan wajah Islam yang ramah dan penuh perdamaian. Islam yang rahmatan lil aalamiin.

Betapa impresifnya ketika Gafhin Al Muftah membacakan surat Al Hujurat 13 di acara pembukaan. Betapa kuatnya syiar Islam ketika para pemain Maroko merayakan kemenangan dengan bersama-sama melafalkan surat Al Fatihah dan  salawat Nabi Muhammad SAW di ruang ganti.

Saya menganggap Maroko tetap menang. Sepakbola fantastis sudah mereka tampilkan. Tim besar dibuat bertekuk lutut, padahal mereka tidak diunggulkan. Malah Maroko memberikan filsafat bola yang sangat inspiratif seperti disampaikan komentator dari Jerman. Di saat timnas Barat termasuk Tim Panser mencium gadis modelnya yang cantik-cantik dan mendukung homoseksualitas, justru pemain Maroko berlari mencium ibu kandungnya.

“Kami mengajari mereka (Maroko) cara bermain sepak bola, kini mereka unggul dan melebihi kami. Kami juga harus belajar etika dan nilai-nilai keluarga. Kami berharap suatu hari nanti kami melihat para pemain kami mencium kening ayah dan ibu mereka juga. Tidak membiarkan orangtua mereka hanya di panti jompo saja,” begitu kata sang komentator penuh makna mendalam.

Maroko masih menyisakan satu pertandingan lagi. Mereka akan memperebutkan juara ketiga melawan Kroasia, yang akan dimainkan Sabtu (17/12) di  Khalifa International Stadium. Saya berharap pasukan Romain Saiss dan kawan-kawan bisa memenangi pertandingan, mempersembahkan gelar juara ketiga, yang juga baru pertama kali bakal diraih wakil Afrika dan dunia Arab.

Sedang final perebutan juara  antara Prancis lawan Argentina akan digelar Minggu (18/12) di Lusail Iconic Stadium. Ini stadion terbesar dengan kapasitas 86.250 penonton yang dibangun di bagian utara Doha dengan biaya 767 juta US dolar atau setara Rp12 triliun. Empat atau lima kali APBD Balikpapan.

Setelah Piala Dunia, stadion ini akan diperkecil dengan kapasitas 20 ribu penonton saja. Akan tetapi ditambah beberapa fasilitas seperti restoran, tempat belanja, klinik, taman bermain, dan lainnya.

Syukur  pertandingan final tidak dimainkan pukul 03.00 dinihari,  tetapi pukul 23.00 atau 11 malam, sehingga kita bisa nobar. Saya bersama anggota DPRD Kaltim Pak Adam Sinte, kaka Hafni, Maikel dan beberapa teman merencanakan nonton bareng di JCuvee Lounge & Bar, Grand Jatra Hotel Balikpapan.

Kalau ditanya saya dukung yang mana, saya juga bingung. Tim kesayangan saya Inggris sudah kandas. Sekarang tidak ada pilihan lain, kecuali ke  juara bertahan Prancis atau ke Tim Tango yang ada Messi-nya. Cucu saya Defa, yang sekarang memperkuat “timnas” sekolahnya pilih Messi. “Hebat dia itu, Kai!” serunya. Tapi yang saya senang dari kedua timnas itu, di situ sama-sama ada tersisa satu pemain Manchester United (MU), yang menjadi tim kebanggaan saya. Ada Raphael Varane di timnas Prancis dan ada Lisandro Martinez di Argentina. Keduanya sama-sama pemain belakang yang andal.

Berdasarkan catatan, ini merupakan pertemuan pertama Argentina vs Prancis sejak babak 16 besar Piala Dunia 2018 di Rusia. Itu pertandingan kelam bagi Argentina, yang tersungkur menyakitkan setelah sama-sama mencetak gol besar.

Timnas Argentina saat itu menelan kekalahan 3-4 dari Prancis. Tiga gol Argentina dibukukan oleh Angel Di Maria, Gabriel Mercado, dan Sergio Aguero. Sedang empat gol dari Prancis dicetak oleh Antoine Griezmann, Benjamin Pavard, dan dua gol dari Kylian Mbappe.  Para pencetak gol itu sebagian besar masih bermain di Qatar.

Berdasarkan laman resmi FIFA, saat ini Messi dan Mbappe sama-sama tercatat sebagai pencetak gol terbanyak di Piala Dunia Qatar. Mereka sama-sama membukukan lima gol. Pertandingan final nanti, bakal menentukan siapa pemain terhebat dan paling produktif di jagat ini.

Top skor bakal membawa pulang hadiah sepatu emas atau golden boot. Sedang pencetak gol terbanyak kedua dan ketiga mendapatkan silver boot, dan bronze boot. Harry Kane dari Inggris, James Rodrigues dari Kolombia dan Thomas Muller dari Jerman, di antara pemain yang pernah meraih sepatu emas di Piala Dunia sebelumnya.

BESARNYA HADIAH

Berapa besarnya hadiah uang yang diterima para pemenang di Piala Dunia 2022? Tentu sangat fantastis.  Sebab, pertandingan berlangsung di negeri Kerajaan Qatar, yang berani menghabiskan dana sebesar 220 miliar US dolar atau setara Rp3.449 triliun sama dengan APBN Indonesia untuk biaya pembangunan stadion dan penyelenggaraan.

Wasit saja di Piala Dunia Qatar dibayar FIFA tiga ribu US dolar atau Rp 46 juta per pertandingan. Bayaran mereka meningkat menjadi 10 ribu dolar AS atau sekitar Rp155 juta. Bila sukses memimpin seluruh pertandingan termasuk final menjadi 300 ribu dolar AS atau sekitar Rp4,6 miliar.

Sedang hadiah untuk juara disiapkan oleh FIFA sebesar 440 juta US dolar atau setara Rp6,9 triliun. Jumlah ini lebih besar dibanding Piala Dunia 2018 di Rusia. Total hadiah empat tahun lalu hanya 400 juta US dolar. Dibagi secara proporsional sampai ke peringkat terbawah.

Untuk tim yang berada di posisi 17 sampai 32 besar mendapatkan hadiah uang sebesar 9 juta US dolar atau setara Rp141 miliar. Bagi yang berada di peringkat 9-16 mendapat 13 juta US dolar atau setara Rp 203 miliar. Sedang peringkat 5 sampai 8 memperoleh uang tunai 17 juta US dolar atau sekitar Rp266 miliar.

Sementara tim peringkat keempat mendapatkan uang tunai 25 juta US dolar atau Rp392 miliar.  Peringkat ketiga 27 juta US dolar atau Rp423 miliar. Sedang juara kedua atau runner-up Piala Dunia 2022 membawa pulang uang tunai 30 juta US dolar atau sekitar 470 miliar. Nah sang juaranya mendapat kehormatan membawa pulang uang sebesar 42 juta US dolar atau setara Rp659 miliar.

Selain itu, semua tim yang lolos ke Piala Dunia 2022 juga mendapatkan tambahan uang tunai sebesar 1,5 juta US dolar atau sekitar Rp23 miliar sebagai biaya persiapan.

Kepada sang juara, juga berhak memboyong trofi Piala Dunia, yang dibuat dari emas 18 karat dengan tinggi 37 cm dan beratnya 6 kg. Sejak Piala Dunia pertama digelar tahun 1930, sudah ada dua piala yang dibuat, yaitu Piala Jules Rimet pada tahun 1930 sampai 1970. Kemudian diganti trofi Piala Dunia FIFA dari 1974 sampai sekarang.

Trofi tersebut memiliki desain yang unik, dengan warna emas dan menggambarkan sosok manusia yang memegang bola dunia atau globe. Tapi ada yang menjadi misteri, soal peta Indonesia yang terlihat jelas di bagian kepala Dewi Yunani, yang bernama Nike di trofi tersebut.

Konon sang pembuat, seniman dari Italia Silvio Cazzaniga sangat terinspirasi dengan Indonesia yang indah. Dan ia meyakini bahwa pada saatnya nanti Indonesia bakal menjadi juara Piala Dunia. Wah, tentu kita tunggu banget. Tidak sekadar candanya dari Cak Lontong semata. Timnas Indonesia belum terkalahkan karena belum pernah lolos dan bertanding lawan tim-tim besar.(*)

 

*) Rizal Effendi

– Wartawan Senior Kalimantan Timur.

– Pendukung berat Manchester United (MU).

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti