SANGATTA– Hingga saat ini, tenaga medis di Kutim masih kurang. Terkhususnya dokter gigi, jumlahnya masih jauh dari rata-rata banyaknya dokter gigi di ibu kota. Padahal, Kutim merupakan daerah yang sangat luas.
Hal itu diungkapkan Ketua Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) Kutim drg Dwi Agustina. Perempuan tersebut menyatakan, dari jumlah dokter gigi di Kutim, seperti yang tercatat di daftar keanggotaan organisasinya yaitu 48 orang, belum mengisi semua kecamatan.
Dia mengaku sulit bagi dokter gigi untuk berpraktek di sejumlah kawasan Kutim yang jauh, katakan saja seperti di Kecamatan Muara Bengkal, Long Mesangat, hingga Batu Ampar. Lokasinya sangat jauh, dan akses jalannya sangat sulit.
“Apalagi kami doker gigi kebanyakan dari kaum hawa. Dari dulu mayoritas profesi ini digeluti oleh perempuan,” ungkap dia.
Sementara itu, beber Dwi, jumlah dokter gigi di Kutim yang memiliki spesialisasi juga masih minim. “Saat ini, masih ada anggota kami yang menempu pendidik yakni mengambil spesialisasi,” ulasnya.
Ia mengaku, kekurangan tenaga medis tersebut membuat dokter gigi di Kutim harus banyak bekerja sama dengan beberapa rumah sakit dan puskesmas, agar bisa mengcover penanganan pasien yang menumpuk.
Menurutnya kendala lain medis dokter gigi di Kutim, yaitu berubah-ubahnya program pusat, ketika pergantian kepemimpinan.
“Dulu kami punya dirjen kesehatan gigi dan mulut, itu sangat membantu. Tapi kemudian dirjen tersebut dilebur digabung dengan dirjen kesehatan, sehingga banyak perubahan,” ungkap dia.
Sementara hubungan perkumpulan dokter gigi tersebut dengan pemkab, Dwi mengklaim, sangat baik. Namun sejauh ini tenaga medis yang bersedia mengabdi di pedalaman tak banyak dan belum merata. “Hubungan kami dengan pemkab sangat baik. Kami sering menjalin komunikasi,” tutupnya. (ref/ADV)