Catatan Rizal Effendi
LAMA saya tak singgah di kampus Hidayatullah Gunung Tembak Balikpapan. Setidaknya sejak tak lagi menjabat wali kota. Tapi hubungan emosional saya dengan Hidayatullah tidak berubah. Jauh sebelum saya di pemerintahan, saya sudah sering berhubungan dengan Hidayatullah. Saat masih aktif sebagai wartawan Kaltim Post sesekali saya juga meliput berbagai kegiatan di Hidayatullah.
Saya kerap mengikuti dan wawancara dengan pendiri Hidayatullah, KH Abdullah Said. Ustaz yang sangat bersemangat membangun pesantren dengan berbagai terobosan. Dia berhasil mencetak santri yang mandiri dan mencintai lingkungan. Setelah lulus santri dinikahkan dengan pilihan pesantren, lalu diterjunkan untuk mengemban misi mengembangkan syiar Islam di berbagai daerah sampai Papua dan bahkan ke luar negeri.
Beberapa kali saya menghadiri nikah massal mubarak di Ponpes Hidayatullah. Sangat unik. Sampai pengucapan ijab kabul, barulah kedua pasangan mengetahui dan melihat wajah serta identitas pasangannya. Alhamdulillah, pernikahannya langgeng dan samawa. Tak terdengar ada yang sampai mengajukan perceraian termasuk KDRT.
Gaya Ustaz Abdullah Said mirip betul dengan Presiden BJ Habibie. Perawakan dan semangatnya juga. Sama-sama dari Sulawesi Selatan. Kalau Habibie dilahirkan di Parepare, 25 Juni 1936, sedang Abdullah Said lahir di Sinjai tepat pada hari Proklamasi Kemerdekaan RI, Jumat, 17 Agustus 1945.
Abdullah Said membangun Hidayatullah sejak 1973. Kerja keras dan penuh perjuangan. Dari aktivitas kecil di Gunung Sari, Karang Rejo, Karang Bugis sampai akhirnya memiliki kampus besar di Gunung Tembak. Wali Kota H Asnawie Arbain banyak memberikan dukungan waktu itu.
Kekuatan Hidayatullah sekarang tumbuh besar dan mendunia. Punya 610 cabang. Ada 34 DPD di tingkat provinsi dan 413 DPD di tingkat kabupaten/kota. Ada 1.784 santri putra/putri di Ponpes Gunung Tembak dengan jenjang pendidikan mulai PAUD/TK, MI, Mts, Aliyah sampai perguruan tinggi.
Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Hidayatullah selain di Balikpapan, dibuka juga di Makassar, Batam, Malang, dan Depok. Menyusul segera di Samarinda, yang masih dalam proses perizinan. Ketuanya, M Zaim Azhari, M.Pd, putra KH Hasyim HS, salah seorang perintis Hidayatullah.
Istri saya, Bunda Arita juga akrab dengan tokoh-tokoh wanita di Hidayatullah. Kami semua menganggap Hidayatullah adalah salah satu pusat peradaban Islam terbaik yang ada di Balikpapan. Tempat belajar dan menempa kader-kader terbaik bangsa. Kuat kapasitas keilmuannya, kuat semangat juangnya, dan kuat agamanya.
MENJALIN SILATURAHMI
Ba’da salat Jumat (25/11) lalu, tim besar pengurus Hidayatullah bersilaturahmi dengan pengurus Masjid Agung At Taqwa. Kebetulan di At Taqwa saya ketua umumnya. Imam besarnya KH Jailani Mawardi dari Pondok Pesantren Al Banjari Km 19. Ada dua pengawas mantan Kandepag, yaitu Drs H Abdul Muis Abdullah dan Drs HM Yusri Idris yang hadir bersama pengurus lainnya, H Semauna Rizal, Drs Hari Supriyono, HM Slamet Djunaedy MSi, Ahmad Gozali, dan Assikin Nur.
Masjid Agung At Taqwa adalah salah satu masjid bersejarah di Balikpapan. Didirikan sejak masa kolonial Belanda tahun 1911. Lokasi awalnya di pesisir pantai. Setelah terkena bom tentara Sekutu dan ancaman abrasi, lalu dipindahkan ke lokasi yang ada sekarang di antara kantor Pemkot dan BRI.
Pendirinya sejumlah ulama dan habaib di antaranya Habib Ghasim Bahasim, Habib Ali Asegaf, H Abdul Malik, Kiai Kintang, H Abdul Hasan, H Abdul Tamli, H Tharmiji Abbas dan mantan wali kota H Asnawi Arbain. Sementara mantan wali kota H Imdaad Hamid sangat berjasa ketika masjid ini direnovasi seperti sekarang ini.
Hidayatullah datang dipimpin langsung ketua pusatnya KH Hamzah Akbar, S.Sos. Dia didampingi sekretaris Ustaz Abul A’la Al Maududi, M.Pd, Ali Sarwanto, SH (Biro Hubungan Antarlembaga), Dr Kusnadi, S.Hum, M.Hum (ketua DKM Masjid Ar-Riyardh), M Nasir, S.Pd (ketua DPD Balikpapan), KH Husain Kallado (pembimbing/senior) dan Zaim Azhari M.Pd (ketua STIS Hidayatullah).
Hamzah juga memperkenalkan sejumlah tokoh muda Hidayatullah, yang sekarang terlibat dalam pengembangan Hidayatullah. “Ya ini muda-muda semua, karena kita lagi melakukan berbagai percepatan,” jelasnya.
Di antaranya Habib Lukman Hakim Al-Alatas BA, M.Pd, ketua Bidang II Ponpes Hidayatullah. Dia lulusan Universitas Islam Afrika Sudan, yang sekarang juga menjadi dosen andalan STIS Hidayatullah. Ada Muhammad Dinul Haq, Lc. Dia lulusan Universitas Islam Madinah, yang menjadi Mudir Pendidikan Ulama Zuama Hidayatullah.
Selain itu, Irwan Budiana, S.Sos I, M.Pd. S2 UINSI Samarinda, yang menjadi pengurus Hidayatullah bidang kurikulum dan litbang. Juga Muzhirul Haq, Lc. Dia alumnus Universitas Al-Imam, Yaman dan Akademi Beena Ulama Istanbul, Turki. Sekarang menjadi dosen STIS Hidayatullah. Dr Abdurrahim S.Hum M.Hum. Dia alumnus S3 UIN Sunan Kalijaga, yang menjadi ketua Dakwah Center Ponpes Hidayatullah.
Rata-rata memang muda dengan kapasitas pendidikan yang luar biasa. Saya banyak yang tidak kenal lagi. Saya jadi teringat Ustaz Dr Nashirul Haq, Lc MA. Tokoh Hidayatullah, yang sekarang banyak berkiprah di kantor pusat DPP Hidayatullah Jakarta dan melanglang ke berbagai wilayah. Wajahnya teduh dan wawasan keilmuannya sangat dalam. Dia juga akrab dan aktif membangun komunikasi dengan tokoh-tokoh ulama di Balikpapan.
Seperti juga Ustaz Kholis Mukhlis Lc, yang menjadi imam utama di Masjid Istiqamah Pertamina Balikpapan. Saya selalu terkesan dengan tartil bacaan Alqurannya, yang mempunyai ciri tersendiri dan sangat menyentuh kalbu.
Tapi sekarang Hidayatullah juga muncul dengan generasi barunya. “Saya juga sudah tak kenal lagi dengan sebagian pengasuh Hidayatullah sekarang, sebab waktu kami aktif masih pada masa kepemimpinan Kiai Abdullah Said,” kata Pak Muis dan Pak Yusri.
Pak Muis saat ini juga menjadi ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Balikpapan. Karena itu, ia juga mengajak para pengasuh dan generasi baru Hidayatullah mengembangkan kehidupan beragama, yang menjaga kerukunan, dan toleransi.
Saya juga mengajak generasi Hidayatullah memberikan dukungan dan ikut mewarnai pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) dalam aspek religius dan konsep keagamaan. Sebab, ini hal sangat penting untuk mewujudkan kota yang baru dan sangat modern.
Saya jadi teringat konsep pembangunan kota Balikpapan, yang kita gaungkan dengan istilah “Beriman.” Beriman dalam pengertian bersih, indah, aman, dan nyaman. Dan Beriman dalam pengertian membangun masyarakat yang maju dan modern, tetapi tetap menjaga aspek keagamaan dan keberimanannya. Itu sebabnya pada era Pak Imdaad, Balikpapan dipertegas sebagai kota Madinatul Iman.
Menurut Karo Humas Hidayatullah Ustaz Harja Dayat M.Si, Hidayatullah selalu berusaha membangun komunikasi dan bekerjasama dengan pengurus masjid dan lembaga ibadah lainnya dalam rangka menegakkan dan mengembangkan syiar Islam. “Kita memang harus bekerjasama dan saling mendukung. Kami siap ikut membangun dan mengembangkan At Taqwa,” katanya bersemangat. (*)