Catatan Rizal Effendi
SALAH satu acara menarik dalam rangkaian kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali adalah saat Presiden Jokowi mengajak para pemimpin dunia menanam pohon mangrove di Kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai.
Ratusan wartawan dari mancanegara termasuk “wartawan dadakan” Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono ikut berebut mengabadikan peristiwa tersebut. Maklum kegiatan ini merupakan objek menarik kamera. Jarang pemimpin dunia melakukannya. Bahkan mungkin ada yang baru pertama kali memegang cangkul.
Kita saksikan dari layar TV, betapa cerianya para pemimpin dunia menanam mangrove. Termasuk Presiden AS Joe Biden, PM India Narendra Modi, PM Italia Giorgia Meloni, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Direktur Pelaksana WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur IMF Kristalina Georgieva hingga Sekretaris Jenderal OECD Mathias Cormann.
“Ini wujud konkret Indonesia dalam menyikapi perubahan iklim. Sebagai negara pemilik hutan mangrove terluas di dunia, yaitu 3,3 juta hektare, Indonesia ingin berkontribusi kepada perubahan iklim dengan serius,” ungkap Presiden Jokowi.
Jokowi menjelaskan, Tahura Ngurah Rai merupakan sebuah contoh kesuksesan restorasi ekosistem mangrove yang dilakukan Indonesia. Kawasan seluas 1.300 hektare tersebut sebelumnya adalah area tambak ikan yang tergerus abrasi, namun kini sudah berubah menjadi rumah bagi 33 spesies mangrove dan 300 ragam fauna.
Hutan mangrove atau hutan bakau juga ada di Kaltim termasuk di Balikpapan. Bahkan menjadi salah satu kawasan terbesar di Indonesia. Tahun 2018 tercatat luasnya 244.437,22 hektare. Sebagian ada di Delta Mahakam. Luasnya 113.503,77 hektare dengan tutupan lahan (vegetasi) sebesar 37,73 persen. Meskipun terus dilakukan rehabilitasi dan penanaman, luasan mangrove cenderung menyusut karena pesatnya kegiatan ekonomi masyarakat, mulai pembukaan hutan untuk pertambakan ikan, pelabuhan, dan aktivitas lainnya.
Sekalipun ada yang mengkritik, penanaman yang dilakukan pemimpin dunia G-20 di Bali sangat menginspirasi warga di bumi. Menanam pohon bukan sekadar acara seremonial, melainkan sudah menjadi wajib hukumnya bagi semua orang. Karena itu dunia menetapkan 21 November adalah Hari Pohon Sedunia (World Tree Day). Sedang Indonesia melalui Keppres No 24 Tahun 2008, yang ditandatangani Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menetapkan 28 November sebagai Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) sekaligus selama Desember ditetapkan sebagai Bulan Menanam Nasional (BMN).
Sebelumnya ada juga Gerakan Hari Sejuta Pohon Sedunia yang dilaksanakan setiap tanggal 10 Januari. Di Indonesia, gerakan ini pertama kali dicanangkan Presiden Soeharto tanggal 10 Januari 1993. Soeharto waktu itu menginstruksikan tiap provinsi menanam minimal satu juta pohon.
Pada era Presiden SBY, menandai HMPI dicanangkan Gerakan 1 Miliar Pohon. Tiap orang diminta menanam 5 pohon. Dengan penduduk sekitar 200 juta orang, maka Indonesia tiap tahun bisa menyumbang satu miliar pohon kepada dunia.
Rasanya pada era kepemimpinan saya selaku wali kota, Balikpapan dua kali meraih penghargaan menanam pohon terbanyak di tingkat kota se-Indonesia. Di antaranya saya menerima langsung penghargaan itu dari Presiden SBY waktu penanaman di kawasan hutan kota Bandara Soekarno-Hatta, 28 November 2012.
Waktu acara HMPI tahun 2014 di Wonogiri, Jateng, pada awal kepemimpinan Presiden Jokowi, dia minta agar kegiatan menanam pohon tidak lagi terlalu seremonial. “Acara simbolis harus dihentikan, yang penting praktiknya. Tanam dan pelihara,” tandasnya.
Jokowi juga mencanangkan konsep pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Sepaku, Kaltim adalah kota di dalam hutan (forest city) . Dia sudah menyiapkan kebun persemaian di Mentawir seluas 120 hektare untuk memproduksi 15 juta batang pohon per tahun. Semua akan ditanam di lokasi IKN.
Menurut Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLH) Prof Siti Nurbaya, mereka akan menanam jenis pohon endemik Kalimantan seperti belangeran (Shorea balangeran), kapur (Dryobalanops sp.) dan sejenisnya. Juga jenis pohon multipurpose tree species untuk naungan dan sumber pakan satwa seperti jengkol (Archidendron pauciflorum), rambai (Baccaurea motleyana), mangga (Mangifera indica), dan nyawai (Ficus wariegata).
AYO KERJA DAN TANAM
Hari Pohon Sedunia digagas Julius Sterling Morton, seorang pencinta alam dari Amerika Serikat, yang hidup pada tahun 1832-1902. Dia bersama istrinya, Caroline Joy French pindah dari Michigan ke Nebraska, suatu wilayah permukiman yang baru terbentuk tanpa pepohonan. Tandus.
Dia mendorong warga untuk menanam pohon sehingga wilayahnya tidak gersang lagi. Bahkan pada 10 April 1872, dia mengusulkan semua orang menyisihkan waktunya sehari penuh untuk menanam pohon. Itulah yang menginspirasi ditetapkannya Hari Pohon Sedunia 21 November, yang pertama kali dilaksanakan di Spanyol dengan sebutan Arbor Day atau Hari Pohon.
Tujuan dilaksanakannya Hari Pohon Sedunia adalah untuk membangkitkan kesadaran kita tentang pentingnya menjaga dan memelihara pohon. Tegaknya ribuan pohon sangat disadari bisa memerangi pemanasan global, mencegah banjir, tanah longsor, tempat hidup fauna dan membuat iklim mikro yang sehat.
Tema HMPI 2022 ini adalah “Ayo Kerja, Tanam dan Pelihara Pohon untuk Hidup yang Lebih Baik.” Maksudnya semangat kerja kita terus membara sambil terus menanam dan memelihara pohon untuk kehidupan yang lebih baik.
Saya jadi teringat peristiwa ketika saya menikahkan putri saya. Saya minta salah satu mas kawinnya dua pohon mangga, yang waktu itu ditanam di halaman belakang Masjid Madinatul Iman, Balikpapan Islamic Center. Biar buahnya jadi buah kebahagiaan buat mereka dan siapa saja, yang memakannya.
Saya menyarankan warga setiap ada peristiwa kehidupan seperti pernikahan, ulang tahun, kenaikan pangkat, promosi, kenaikan kelas dan lulus sekolah ditandai dengan menanam pohon. Setidaknya di bulan Desember, yang sudah ditetapkan sebagai bulan menanam. Ayo menanam untuk kehidupan yang lebih baik. Juga menjadi amal jariyah yang bisa membuat kita masuk surga. Taman surga niscaya penuh pepohonan.(*)
*) Rizal Effendi
- Wartawan Senior Kalimantan Timur
- Wali Kota Balikpapan dua periode (2011-2021)