spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Kasus DBD Meningkat, Wabup Avun Minta Intensifkan Fogging dan Kerja Bakti

UJOH BILANG – Wakil Bupati Mahakam Ulu (Mahulu) Yohanes Avun meminta diambil langkah cepat menekan kasus Demam Berdarah (DBD) di Mahulu.

Data Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Mahulu mencatat per Oktober 2022 terdapat 111 kasus DBD dan 3 orang dinyatakan meninggal dunia. Jumlah ini meningkat 4 kali lipat dibanding tahun 2021 yang hanya 35 kasus.

Penyakit DBD sering kali meningkat setiap musim hujan tiba. DBD disebabkan infeksi virus yang dibawa nyamuk spesies Aedes, Aegypti atau Aedes albopictus. Peningkatan kasus DBD di musim hujan karena banyaknya tergenang air di lingkungan sehingga menjadi tempat bersarangnya nyamuk.

“Intensitas fogging/pengasapan harus dilakukan cepat dengan intensitas tinggi. Jangan menunggu DBD baru fogging,” terang Wabup Avun diwawancarai media usai memimpin Upacara Hari Guru Nasional, Jumat (25/11/2022).

Pengasapan ini berguna untuk membunuh nyamuk dewasa pembawa infeksi virus DBD. Selain fogging, Avun juga meminta masyarakat berperan aktif menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Mengingat, selain masuk musim hujan, karakter permukiman di Mahulu berada di rumah panggung di pinggir sungai dan dikelilingi hutan hujan tropis.

Lanjut Avun, pembersihan dan penaburan bubuk abate itu berguna untuk memutus mata rantai tempat dan media berkembangnya jentik nyamuk pembawa penyakit DBD. Baik di saluran air, bekas kaleng, drum dan bak baik lainnya.

Tak hanya itu, ia juga mengajak Organisasi Perangkat Daerah (OPD), Camat dan Petinggi Kampung untuk mulai mengaktifkan kembali kerja bakti pembersihan kampung-kampung.

Pria yang sempat menjabat Sekretaris Kabupaten Mahulu ini menyampaikan kerja bakti itu sempat terhenti karena Covid-19. Dahulu, ia bercerita, setiap bulan, di minggu keempat, setiap OPD di lingkungan Pemkab Mahulu rajin menggelar kerja bakti di lingkungan kantor dan kampung.

“Menurut saya harus diaktifkan kembali gotong royong membersihkan kampung masing-masing. Sebelum mulai, bisa didahului senam massal melibatkan masyarakat,” kata Wabup Avun.

Avun menyarankan, gotong royong ini diluaskan ke seluruh kecamatan. Terutama yang memiliki permukiman padat penduduk. Tidak melulu di Kecamatan Long Bagun yang menjadi pusat aktivitas utama di Mahulu.

“Bisa di seluruh kecamatan. Terlebih di kampung yang padat penduduk. Itu harus dikoordinasi camat masing-masing,” tegasnya.

PUNCAK KASUS NOVEMBER-DESEMBER

Pelaksana Tugas Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Mahulu Petronela Tugan menjelaskan jajarannya akan berkoordinasi dengan petinggi dan aparat kampung setempat untuk penanganan dan pengendalian DBD di Mahulu. Koordinasi lanjutan ini setelah dilaksanakan konsolidasi di internal melibatkan Puskesmas di Mahulu.

“Kemungkinan puncak November–Desember,” ujar Petronela memperkirakan puncak kasus DBD di Mahulu.

Langkah penanganan dan pengendalian DBD itu, meliputi, fogging untuk membunuh nyamuk dewasa, penaburan bubuk abate dan pembersihan lingkungan sekitar. Harapannya, sarang tempat nyamuk penyebab DBD berkembang biak bisa dimusnahkan.

Petronela juga mengajak masyarakat menutup tampungan air, membersih rumah dari gantungan pakaian kotor, dan membuang wadah yang berpotensi tergenang air tempat nyamuk bersarang. Sebab, jelas dia, jentik nyamuk penyebab DBD biasanya hidup di air bersih.

“Pemutusan rantai penularan DBD lewat berantas sarang nyamuk, penaburan abate dan menutup air yang menggenang,” ujarnya.

Kenaikan DBD bukan hanya di Mahulu, tapi juga sejumlah daerah di Kaltim.

Langkah ini selaras dengan program Kementerian Kesehatan yaitu Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (Juru Pemantau Jentik). Yakni, menunjuk salah satu anggota keluarga atau anggota rumah untuk menjadi Jumantik yang secara konsisten dapat memeriksa kebersihan terutama dalam tampungan air dan sampah atau barang-barang yang tidak digunakan.

Selain pencegahan dan pengendalian, Petronela juga mengajak masyarakat mengerti gejala DBD. Di antaranya ; Demam tinggi mencapai suhu 40°Celsius atau lebih, sakit kepala, mual, nyeri otot, sendi, tulang, muncul ruam merah di kulit, nyeri di bagian belakang mata dan kelelahan.

Petronela menyarankan, apabila warga mengalami demam tinggi selama 3 hari sebaiknya segera memeriksakan diri ke laboratorium setempat. Petronela menyampaikan penurunan demam pada DBD justru hal yang membahayakan.

Sebab, masa inkubasi virus penyakit DBD yang menyebabkan panas dalam tubuh berlangsung 3 sampai 7 hari. Ketika suhu badan turun, ini menjadi indikasi penyakit DBD masuk ke fase berat. Terjadi kebocoran di dalam pembuluh darah yang menyebabkan turunnya kadar trombosit dalam darah.

“Kalau panas tiba-tiba dan tidak turun di hari ketiga harus waspada. Banyak kasus kematian karena terlambat mengetahui dan penanganan,” ungkapnya. (hms/adv)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti