Catatan Rizal Effendi
SAYA bukan alumnus Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Samarinda (Spansa). Jadi tak bisa ikut reuni akbar para alumninya, yang berlangsung meriah Sabtu-Minggu (29-30/10). Dulu saya di Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP).
Karena itu saya hanya dapat cerita dari mantan sekprov Kaltim Dr Meiliana, yang kebetulan salah seorang alumnus. “Ampun rami banar kita bedapatan,” kata Mei menggambarkan suasananya.
Bagaimana tidak ramai? Pesertanya saja sekitar 2.500 orang dari puluhan angkatan. Bahkan ada yang menyebut sampai 4.000. Di antaranya sekarang punya jabatan penting seperti Wagub Kaltim Dr Hadi Mulyadi, Danrem 091/ASN Brigjen TNI Dendi Suryadi, Staf Ahli Menteri Ketenagakerjaan Dr Ir HM Nurdin, MT, Sekprov Kaltim Dr Sri Wahyuni, Dirut Bankaltimtara M Yamin, dan Agus Suwandi, anggota DPRD Kaltim dari Gerindra.
Selain itu ada dua tokoh yang lagi menarik perhatian. Mereka baru saja dilantik, yaitu Dr Myrna Asnawati Safitri, SH, MA sebagai deputi Bidang Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) dan Dr Ir Abdunnur, M.Si sebagai rektor Universitas Mulawarman (Unmul).
Dr Myrna, putri tokoh politik dan pers Fuad Arieph ini, menjadi orang Kaltim pertama yang duduk di lembaga Otorita IKN. Sedang Dr Abdunnur, putra ulama kharismatik KH Sabranity adalah orang Kaltim pertama, yang bisa menjadi rektor Unmul dengan populasi mahasiswa sebanyak 30 ribu lebih.
SMPN 1 Samarinda didirikan tahun 1947, dua tahun setelah kemerdekaan. Jadi usianya sudah 75 tahun. Sampai sekarang, ini sekolah terbaik di tingkat SMP di Ibukota Provinsi Kaltim. Tak heran kalau banyak lulusannya yang sukses. Baik di jabatan pemerintahan maupun swasta.
Dulu gedung sekolahnya di persimpangan empat, masuk ke Jl Bhayangkara. Bersebelahan dengan gedung SMA Negeri 1. Konon awalnya itu gedung rumah sakit Belanda bernama OBM Hospital. Sangat kukuh. Sayang kedua gedung yang bersejarah itu dirobohkan sekitar tahun 2014 menyusul dibangunnya Taman Samarendah dan Museum Samarinda.
Di depan SMPN dan SMAN 1 itu, ada lapangan terbuka yang dikenal sebagai Lapangan Pemuda. Di sampingnya rumah dinas Wali Kota Samarinda, yang sekarang jadi rumah dinas wakil gubernur Kaltim. Dan di atas bukit belakang Lapangan Pemuda, bangunan yang sekarang menjadi Kantor Dinas Catatan Sipil dulunya adalah Kantor Wali Kota Samarinda.
Meski bukan alumnus Spansa, saya punya kenangan tersendiri, baik di SMPN 1 maupun SMA-nya. Ketika duduk di bangku Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) tahun 1972, kami sempat meminjam ruang belajar di SMAN 1 karena gedung SMEA di Jl Pahlawan masih dibangun.
Sekolahnya sore setelah anak-anak Smansa pulang. Maklum numpang. Saya bersama teman-teman sering salat Jumat di SMPN 1, termasuk salat tarawih di bulan Ramadan.
Selain itu, sahabat saya Tomy, tinggal di kompleks SMPN 1. Kebetulan ibunya, Ibu Suliah mengajar Bahasa Inggris di sekolah tersebut. Saya sering juga makan singkong goreng karena Ibu Suliah buka warung di sana.
Kalau lagi pelajaran Pendidikan Jasmani, Lapangan Pemuda tempat kami berolahraga. Mulai senam, main bola atau berlari. Guru olahraga kami Pak Seni, orang Kampung Bugis. Agak keras, tapi sangat membela siswanya. Kalau tak salah Pak Hatta, yang masih hadir di tengah-tengah alumni Spansa adalah guru olahraga juga di SMPN 1.
Lapangan Pemuda termasuk lapangan bersejarah. Karena dua presiden kita, Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto pernah pidato dalam rapat umum, yang dihadiri ribuan warga di lapangan itu. Sama-sama dalam kunjungan pertama dan sama-sama pada hari Minggu. Bung Karno datang hari Minggu, 17 September 1950 dan Pak Harto tiba di Samarinda, 20 Oktober 1968.
DEKLARASI “TAMAN PEMUDA”
Para alumni Spansa, hari Sabtu berkumpul di Taman Samarendah. Ada yang datang dari Malaysia dan Australia. Mereka jalan santai, bermain dan bercengkerama sambil mengenang gedung sekolahnya, yang sudah tidak ada lagi. Sedih juga karena bangunannya sudah lenyap. Selain itu, mereka mendeklarasikan permintaan perubahan nama Taman Samarendah menjadi Taman Pemuda.
Keinginan taman tersebut diberi nama Taman Pemuda, sudah lama digaungkan oleh para alumni Smansa. Mereka menilai tidak pas diberi nama Taman Samarendah, yang memberi konotasi sebagai dataran rendah yang sering kebanjiran. Nama Taman Pemuda lebih tepat sebagai representasi Lapangan Pemuda dan sekolah yang pernah ada di situ.
Sebenarnya Gubernur Kaltim Dr Awang Faroek Ishak tidak terlalu setuju dibangunnya Taman Samarendah. Begitu juga anggota DPRD Samarinda, terutama soal pembongkaran SMPN I dan SMAN 1. “Kesalahan terbesar,” kata Saiful, anggota Komisi III saat itu.
Wagub Hadi Mulyadi bersama alumni Spansa lainnya menandatangani deklarasi Taman Pemuda beramai-ramai di atas spanduk sepanjang 75 meter. Angka 75 itu dipaskan dengan jumlah angkatan Spansa yang sudah mencapai 75.
“Deklarasi ini sebagai bukti ada sejarah panjang di Kaltim, ketika berdirinya SMPN 1 dan SMAN 1 Samarinda berikut Lapangan Pemuda-nya. Ini fakta, kita harapkan Pemerintah Kota Samarinda menyetujui usul perubahan nama tersebut,” kata Hadi, yang juga terpilih sebagai ketua Ikatan Alumni (IKA) Spansa masa bakti 2022-2025.
Pengukuhan Hadi Mulyadi bersama anggota pengurus IKA Spansa lainnya berlangsung hari Minggu kemarin di Plenary Hall Gelora Kadrie Oening Samarinda. Tidak tanggung-tanggung yang melantiknya, langsung Gubernur Dr H Isran Noor, yang juga didaulat menjadi ketua dewan pembina.
“Spansa memiliki peran yang besar dalam mencetak generasi terbaik dan terpercaya di Kaltim. Ada yang jadi Wagub, Danrem, Senator, Deputi IKN, dan Rektor. Semua lahir dari rahim SMPN 1 Samarinda. Suatu prestasi yang luar biasa,” kata Gubernur.
Isran juga menyayangkan gedung kedua sekolah itu diruntuhkan dan sudah berubah menjadi Taman Samarendah dan Museum Samarinda. “Ya semua sudah jadi kenangan karena sekolahnya sudah dipindahkan ke Jl Anang Hasyim,” tambahnya.
Ketua Panitia Wahyudi Manaff mengaku puas reuni akbar berlangsung sukses. “Ya, setelah dua tahun vakum karena Covid, jadi semua bersemangat untuk hadir tahun ini,” jelasnya. Apalagi panitia juga mengundang kelompok musik Kotak dari Jakarta.
Wagub Hadi Mulyadi habis-habisan nyanyi di atas panggung. Sempat di sampingnya Rektor Unmul Dr Abdunnur yang ternyata juga jago bergoyang. Hadi makin bahagia karena hadiah umrah yang disiapkannya jatuh kepada Pak Mustafa, guru Bahasa Indonesia yang pernah memberi pelajaran kepada dirinya. “Alhamdulillah, Pak Mustafa itu guru Bahasa Indonesia saya,” kata Hadi sambil memeluk sang guru.
Saya lihat teman-teman saya dari alumni Fakultas Ekonomi Unmul ternyata juga anak-anak Spansa. Ada Dr Fitriadi, Dr Dani, Dr Fathur, dan Abi Wahyu Hanafi alias Om Buyung. Rumah Om Buyung dulu di Jl Cempaka di belakang gedung sekolah itu. Jadi kalau ke sekolah, cukup lewat belakang jalan kaki saja. Karenanya dia satu-satunya siswa yang tak pernah terlambat masuk sekolah.(*)
*) Rizal Effendi
– Wartawan Senior Kalimantan Timur
– Wali Kota Balikpapan dua periode (2011-2021)